HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DENGAN
KEJADIAN PERDARAHAN POST PARTUM DI RSUP
H. ADAM
MALIK MEDAN
ALISHA AINUN MUTMAINAH
ABSTRAK
Pada saat hamil, bila terjadi anemia dan tidak
tertangani hingga akhir kehamilan maka akan berpengaruh pada saat persalinan,
karena anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan perdarahan post partum. Jenis
penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan
penelitian retrospektif yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan
post partum. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mengalami
perdarahan post partum dengan riwayat anemia selama kehamilan yang keseluruhan dijadikan sampel ( total
population) sebanyak 36 orang.
Metode pengumpulan data yang dipakai adalah dengan menggunakan data sekunder
yang diperoleh dari rekam medic (medical
record) dan analisa data tersebut diolah menggunakan uji analisa chi-square
. Pada penelitian ini ditemukan bahwa dari 36 orang ibu bersalin yang mengalami
perdarahan didapatkan jumlah ibu yang mengalami anemia selama kehamilan adalah
sebanyak 32 orang (88,9%) dan jumlah ibu yang mengalami perdarahan adalah
sebanyak 33orang (91,7%). Dari hasil penelitian didapatkan , nilai probabilitas
sebesar 0,001 <0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat
hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan post partum. Disaran
kan kepada ibu hamil agar sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pemeriksaan
kehamilan dan melakukan pemeriksaan Hb,
hal ini bertujuan untuk mendeteksi dini secara dini anemia dalam kehamilan dan
mencegah terjadi perdarahan post partum pada saat persalinan nantinya. Dan
untuk tenaga kesehatan di harapkan data memberikan pelayanan pemeriksaan
kehamilan yang maksimal dan sesuai dengan standart operasional kerja, agar
anemia dalam kehamilan dapat dicegah.
Kata kunci : Anemia
Dalam Kehamilan, Perdarahan Post Partum
PENDAHULUAN
1.1. Latar Bekakang
Di seluruh dunia frekuensi anemia dalam
kehamilan cukup tinggi, sekitar antara 10% sampai 20%. Sedangkan frekuensi
ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%. Defisiensi
makanan memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya anemia sehingga
dapat dipahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negara yang sedang
berkembang dibandingkan dengan negara yang sudah maju. Frekuensi anemia dalam kehamilan setinggi
18,5%, pseudoanemia 57,9%, dan wanita hamil dengan Hb 12 g/100 ml atau lebih
sebanyak 23,6%, Hb rata-rata 12,3 g/ml dalam trimester III. Hal itu disebabkan
karena pengenceran darah menjadi makin nyata dengan bertambahnya umur
kehamilan, sehingga frekuensi anemia dalam kehamilan meningkat pula
(Prawiharjo, 2007).
Kematian ibu
di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dibawah 11 gr% pada
trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II. Anemia pada ibu
hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi, kekurangan asam folat, infeksi dan
kelainan darah (Atikah, 2007).
Anemia pada
ibu hamil juga dapat menyebabkan terjadinya perdarahan post partum dimana kita
ketahui bahwa perdarahan post partum merupakan penyebab kematian pada ibu. Istilah perdarahan post partum
digunakan apabila perdarahan setelah anak lahir melebihi 500 ml. Perdarahan
post partum sendiri terbagi menjadi perdarahan post partum primer yaitu
perdarahan yang terjadi dalam 24 jampertama,
dan perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan post partum yang
terjadi setelah 24 jam pertama (Nugroho, 2008).
Badan
kesehatan dunia World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa
prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, serta
semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Anemia defisiensi
zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang berkembang daripada
negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen (36% atau sebesar 1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800
juta orang di negara yang sedang berkembang menderita anemia jenis ini, dan menyebabkan
terjadinya perdarahan sebesar 25%, sedangkan prevalensi di negara maju hanya
sekitar 8% (atau sebesar 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta
orang. Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi
yaitu sekitar 40,1%. Mengingat besarnya dampak buruk dari anemia defisiensi zat
besi pada wanita hamil dan janin, oleh karena itu perlu kiranya perhatian yang
cukup terhadap masalah ini (Rusnah, 2007).
Jumlah
kematian ibu tahun 2007 di Indonesia yang mengalami perdarahan sebagai penyebab
utama kematiannya adalah sebanyak 392
orang diantaranya 36,48% (143 orang) karena anemia, 44,89% (176 orang) karena
hipertensi, 19,39% (73 orang) lain-lain.
Angka ini merupakan indikator yang peka terhadap ketersediaan pemanfaatan dan
kualitas terbaik untuk menilai pembangunan ekonomi masyarakat yang menyeluruh
(Rusnah, 2007).
Kematian akibat perdarahan sering terjadi
karena sejumlah komplikasi obstetrik yang merupakan predisposisi terjadinya
perdarahan hebat dan selanjutnya kematian bila tidak tersedia penanganan secara
ahli termasuk terapi pergantian darah yang tepat. Penyebab utama kematian ibu
adalah perdarahan mencapai 40% - 60%, infeksi 20% - 30%, eklampsi sekitar 20% -
30%, sedangkan penyebab kematian ibu tidak langsung ada 5,6% yaitu penyakit ibu
yang akan bertambah buruk dengan terjadinya kehamilan, seperti penyakit
jantung, ginjal atau penyakit kronis lainnya serta anemia zat besi pada ibu
hamil (Nugroho, 2007).
Anemia dalam
kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan
nifas. Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti: Gangguan dan hambatan pada
pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, Kekurangan Hb dalam darah
mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke
otak. Ibu hamil yang menderita anemia
memiliki kemungkinan akan mengalami perdarahan postpartum (Manuaba, 2007).
Frekuensi perdarahan post partum 5-15% dari seluruh persalinan, penyebab atonia
uteri memiliki angka presentasi paling tinggi dari yang lainnya 50-60%,
retensio plasenta 16-17%, sisa plasenta
23-24 %, laserasi jalan lahir 4-5%, dan kelainan pembekuan darah 0,5-0.6%
(Nugroho, 2010), sedangkan presentase perdarahan karena anemia selama kehamilan
15-20% . Mengingat besarnya dampak buruk dari anemia defisiensi zat besi pada
wanita hamil dan janin, oleh karena itu perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap
masalah ini (Rusnah, 2007).
Berdasarkan
data dari RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2007-2010 jumlah seluruh persalinan normal 430 persalinan,
dimana pada tahun 2007 jumlah ibu
bersalin secara normal sebesar 136 dan dari persalinan tersebut jumlah ibu yang
mengalami perdarahan yang disebabkan karena anemia adalah sebesar 19 kasus , sedangkan pada tahun 2010 jumlah ibu bersalin
normal sebesar 138 persalinan dan 17 kasus diantaranya mengalami perdarahan
yang disebabkan karena anemia. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan anemia dalam
kehamilan dengan kejadian perdarahan post partum.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah “Apakah ada hubungan
anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan post partum di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2010.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk
mengetahui hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan post
partum di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2007-2010.
Secara khusus
1. Untuk melihat disrtibusi frekuensi kejadian anemia
dalam kehamilan di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2007-2010.
2. Untuk melihat distribusi
frekuensi kejadian perdarahan post partum di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2007-2010.
1.4. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Dapat
memberikan informasi kepada pembaca
mengenai hubungan anemia pada kehamilan dengan kejadian perdarahan postpartum.
2.
Manfaat Praktis
a.
Memberikan informasi bagi masyarakat, khususnya ibu hamil mengenai
pentingnya memeriksakan kadar Hb supaya bisa diketahui tingkat anemia ibu
sehingga dapat diketahui tingkat anemia ibu sehingga timbul ketaatan untuk
mengkonsumsi tablet besi dan makanan bergizi.
b. Sebagai bahan masukan
dan refrensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian.
c.
Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, khususnya bidan mengenai
bahaya anemia dalam kehamilan dan perdarahan post partum, pemeriksaan deteksi
anemia serta pemberian konseling
mengenai persiapan menghadapi persalinan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anemia Dalam Kehamilan
2.1.1. Definisi
Anemia adalah suatu kondisi dimana
berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau masa
hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsi sebagai pembawa oksigen
keseluruh jaringan (Tarwoto, dkk., 2007).
Anemia merupakan kekurangan kualitas maupun
kuantitas sel darah yang membawa oksigen disekitar tubuh dalam bentuk
hemoglobin, nantinya hal ini akan menimbulkan pengurangan dalam kapasitas sel
darah merah untuk membawa oksigen bagi ibu dan janin (Atikah, 2007).
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu
dengan kadar Hb dibawah 11 gr% pada trimester
1 dan trimester 3 atau kadar Hb <10,5 gram% pada trimester 2 karena
terjadinya hemodilusi pada trimester II (Sarwono, 2007).
2.1.2. Etiologi
Anemia pada ibu hamil biasanya
disebabkan oleh:
1. Kurang gizi
(malnutrisi).
2. Kurang zat besi dalam
makanan.
3. Malabsorsi.
4. Kehilangan darah banyak
pada waktu persalinan yang lalu, haid.
2.1.3. Tanda dan gejala anemia
Menurut NS. Tarwono dkk., (2007), bahwa tanda
dan gejala anemia selama ibu hamil
adalah:
1. Cepat lelah/kelelahan, hal ini terjadi karena
penyimpangan oksigen dalam jaringan otot
kurang sehingga metabolism otot
terganggu.
2. Nyeri kepala dan pusing
merupakan kompensasi dimana otak kekurangan oksigen karena daya angkut
hemoglobin berkurang.
3. Pucat pada muka, telapak
tangan, kuku, mukosa, dan konjungtiva.
2.1.4. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi anemia pada ibu hamil
terdiri dari beberapa bagian
yaitu:
1. Anemia Defisiensi Zat
Besi
Anemia defisiensi besi
adalah merupakan jenis anemia yang terbanyak di dunia, Terutama pada Negara
miskin dan Negara yang berkembang. Anemia defisiensi besi merupakan gejala
kronis dengan keadaan hipokronik (konsentrasi hemoglobin berkurang).
Kurangnya besi
berpengaruh dalam pembentukan hemoglobin, sehingga kosentrasinya dalam sel
darah merah berkurang. Hal ini akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan
oksigen keseluruh jaringan tubuh.
Etiologi
a. Salah satu penyebab
terjadinya anemia zat gizi adalah akibat ketidakseimbangan pola makan dalam
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dengan kebutuhan didalam tubuh.
b. Ganguan absorpsi besi
pada usus dapat disebabkan oleh karna infeksi peradangan, neoplasma pada
gaster, duedonum maupun jejenum.
c. Kebutuhan sel darah
merah meningkat pada wanita hamil dan menyusui kebutuhan besi sangat besar
sehingga memerlukan asupan-asupan yang sangat besar pula untuk menegakkan
diagnosa anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese. Hasil anamnese
didapatkan seperti: cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan
keluhan muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilkukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil
pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai berikut:
- Hb 11 gr% : Tidak anemia
- Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
- Hb 7 – 8 gr% : Anemia sedang
- Hb < 7 gr% : Anemia berat
Tanda dan gejala
a. Cepat lelah /kelelahan,
hal ini terjadi karena penyimpangan oksigen didalam jaringan otot, sehingga
metabolisme di otot terganggu.
b. Nyeri kepala dan pusing
merupakan kompensasi dimana otak kekurangan oksigen, karena daya angkut
hemoglobin berkurang.
c. Pucat pada muka, telapak
tangan, kuku, mukosa mulut dan konjungtiva.
d. Kesulitan bernafas
dimana tubuh memerlukan lebih banyak oksigen lagi,dengan cara berkompensasi
pernapasan lebih cepat.
Penatalaksanaan
a. Pemberian diet tinggi
zat besi
b. Pemberian tambahan zat
besi misalnya:
1. Sulfat ferosus
2. Feroglukonat atau
diberikan secara parental jika mengalami alergi
c. Pemberian Vit C
d. Transfusi darah jika
diperlukan
2. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia karena
kerusakan sintesis DNA yang
mengakibatkan tidak sempurnanya sel darah merah , anemia ini disebabkan karena
kurangnya asam folat, umumnya terkait dengan anemia defisiensi zat besi, jarang
dijumpai kasus anemia megaloblastik saja.
Tanda dan Gejala
a. Mual dan muntah
b. Anoreksia
c. Kadar Hb dan Ht rendah
serta tidak berespons terhadap terapi zat besi
d. Riwayat diet menunjukan
asupan rendah sayuran segar, protein hewani, atau keduanya
Penatalaksanaan
Dalam pengobatan anemia
megaloblastik dalam kehamilan sebaiknya bersama-sama dengan asam folat
diberikan pula zat besi. Tablet asam folat diberikan 15-30mg sehari, jika perlu
asam folat diberikan dengan suntikan dalam dosis yang sama. Apabila anemia
megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B 12 maka penderita harus
diberikan Vit B 12 dengan dosis 100-1000 mikrogram sehari, baik per oral maupun
perparental.
3. Anemia hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan
karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemia
hipoplastik dalam kehamilan.
Etiologi
Penyebab terjadinya anemia hipoplastik sampai
sekarang belum diketahui secara jelas, kecuali
yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun atau obat-obatan,
dalam hal terakhir anemia dianggap hanya
sebagai komplikasi kehamilan.
Penanganan
Karena obat-obatan penambah darah tidak
memberi hasil, maka satu-satunya cara
untuk memperbaiki keadaan penderita ialah dengan transfusi darah, yang sering
perlu diulang sampai beberapa kali, biasanya anemia hipoplastik karena
kehamilan, apabila wanita dengan selamat mencapai masa nifas, akan sembuh
dengan sendirinya. Dalam kehamilan-kehamilan berikutnya wanita tersebut tidak
akan mengalami anemia hipoplastik lagi.
4. Anemia hemolitik
Etiologi
Anemia hemolitik disebabkan karena
penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita
dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, sebab apabila ia hamil maka anemianya akan menjadi lebih berat.
Sebaliknya mungkin kehamilan dapat menyebabkan krisis hemolitik pada wanita
yang sebelumnya tidak mengalami anemia.
Pengobatan
Pengobatan anemia hemolitik dalam kehamilan
tergantung pada jenis dan beratnya, obat-obat penambah darah tidak memberikan
hasil , transfuse darah yang
kadang-kadang diulang beberapa kali, diperlukan pada anemia berat untuk
meringankan penderitaan ibu dan untuk mengurangi bahaya hipoksia janin.
5. Anemia-Anemia lain
Seorang wanita yang menderita anemia,
misalnya berbagai jenis anemia hemolitik, herediter atau yang diperoleh seperti
anemia karena malaria, cacing tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit hati, tuberkolosis, sifilis, tumor
ganas, dan lain sebagainya, dapat menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya
menjadi lebih berat dan mempunyai pengaruh tidak baik terhadap ibu dalam masa
kehamilan, persalinan, dan masa nifas serta bagi anak dalam kandungan.
2.1.5. Pengobatan
Pengobatan ditujukan kepada sebab pokok
anemianya, misalnya antibiotika untuk infeksi, obat-obat anti malaria, anti
sifilis, obat cacing, dan lain-lain.
2.1.6. Dampak Anemia Selama
Kehamilan
Hemoglobin memiliki peran penting dalam
mengantar oksigen keseluruh tubuh, adapun kompikasi yang dapat ditimbulkan
karena anemia selama kehamilan antara lain sebagai berikut:
1. Kematian disebabkan
karena perdarahan, infeksi atau komplikasi lain dari transplantasi sumsum
tulang.
2. Infeksi
3. Gagal jantung
2.2. Perdarahan
Post Partum
2.2.1. Definisi
Perdarahan post partum merupakan penyebab
kematian maternal terbanyak, Semua wanita yang hamil 20 minggu memiliki resiko
perdarahan post partum. Walaupun angka kematian maternal telah turun
dinegara-negara berkembang, perdarahan post partum tetap merupakan penyebab
kematian maternal terbanyak dimana-mana
(Nugroho, 2007).
Perdarahan post partum
adalah perdarahan lebih dari 500cc yang
terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 ml setelah
persalinan abdominal. Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesakitan untuk
menentukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah perdarahan
disebutkan sebagai perdarahan yang lebih
dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital (Nugroho).
Perdarahan post partum dibagi menjadi
1.
Perdaran post partum primer
Adalah perdarahan post partum yang terjadi
dalam 24 jam pertama setelah kala III.
2.
Perdarahan post partum sekunder
Adalah perdarahan yang terjadi pada masa
nifas ,tejadi setelah 24 jam pertama.
2.2.2. Etiologi
Penyebab terjadinya perdrahan post partum aantara lain:
1.
Atonia uteri
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut
miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab
perdarahan post partum yang paling penting dan biasa terjadi setelah bayi lahir
hingga 4 jam setelah persalinan.Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat
dan dapat mengarah pada terjadinya hipovolemik.
Etiologi
Overdistensi uterus,
baik absolute maupun relative, merupakan faktor resiko mayor terjadinya atonia
uteri. Overdistensi uterus dapat disebabkan oleh kehamilan ganda, janin
makrosemia, polihidramnion atau abnormalitas janin, kelainan struktur uterus
atau kegagalan untuk melahirkan plasenta atau distensi akibat akumulasi darah
diuterus baik sebelum maupun sesudah plasenta lahir. Lemahnya kontraksi
miometrium merupakan akibat dari riwayat anemia selama kehamilan, kelelahan
karena persalinan lama atau persalinan
dengan tenaga besar, terutama bila mendapatkan stimulasi.
2.2.3. Insidensi
Berdasarkan dari
laporan-laporan baik dinegara maju maupun dinegara berkembang angka kejadian
berkisar 5% sampai 15%. Berdasarkan penyebab diperoleh gambaran sebagi berikut
:
1.
Atonia uteri 50-60%
2.
Sisa plasenta 23-24%
3.
Retensio plasenta 16-17%
4.
Laserasi jalan lahir 4-5 %
5.
kelainan darah 0,5-0,8%
2.3. Hubungan Antara Anemia Kehamilan Dengan
Perdarahan Postpartum
Pada anemia
jumlah efektif sel darah merah berkurang. Hal ini mempengaruhi jumlah
haemoglobin dalam darah. Berkurangnya jumlah haemoglobin menyebabkan jumlah
oksigen yang diikat dalam darah juga sedikit, sehingga mengurangi jumlah
pengiriman oksigen ke organ-organ vital. Anemia dalam kehamilan dapat
berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi
anemia yang tinggi berakibat negatif seperti Gangguan dan hambatan pada
pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, Kekurangan Hb dalam darah
mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke
otak. Sehingga dapat memberikan efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada
bayi yang dilahirkan.
Pada saat
hamil, bila terjadi anemia dan tidak tertangani hingga akhir kehamilan maka
akan berpengaruh pada saat postpartum. Pada ibu dengan anemia, saat postpartum
akan mengalami atonia uteri. Hal ini disebabkan karena oksigen yang dikirim ke
uterus kurang. Jumlah oksigen dalam darah yang kurang menyebabkan otot-otot
uterus tidak berkontraksi dengan adekuat sehingga timbul atonia uteri yang
mengakibatkan perdarahan banyak (Manuaba, 2007).
2.4 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah hubungan antara anemia
dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan post partum di RSUP. H. Adam Malik
Medan tahun 2010
Variabel Bebas Variabel Terikat
2.5. Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak
ada hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan post
partum di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2007-2010.
Ha : Ada
hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan postpartum di
RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2007-2010.
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
analitik dengan menggunakan rancangan penelitian retrospektif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan post partum.
3.2.
Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah
di RSUP. H. Adam Malik Medan tepatnya di bagian medical record(rekam medik). Waktu penelitian akan dilakukan pada
bulan Nopember 2007- Juni 2010.
3.3. Populasi
dan Sampel
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu yang mengalami perdarahan post partum dengan riwayat anemia
selama kehamilan dan yang menjadi sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sebagai sampel atau
disebut sebagai total sampling
sebanyak 36 orang.
3.4. Definisi
Operasional
1. Anemia dalam kehamilan
adalah suatu keadaan ibu dengan kadar Hb dibawah 11gram% yang dilihat pada saat ibu hendak melahirkan.
Dalam penelitian ini anemia dibagi menjadi 2
kategori yaitu:
- Anemia (Hb < 11 gram %).
- Tidak Anemia (Hb > 11 gram %).
2. Perdarahan Post
Partum adalah banyaknya darah yang ibu keluarkan pada saat
melahirkan. Dalam penelitian ini perdarahan post partum dibagi menjadi 2 yaitu:
- Perdarahan (> 500 ml)
- Tidak perdarahan (<500 ml)
3.5. Metode
Pengumpulan Data
Adalah menggunakan data sekunder yaitu
pengumpulan data berdasarkan hasil dari medical
record (rekam medic) dengan menggunakan lembar chek list sebagai alat ukur
yang bertujuan untuk melihat ibu yang
mengalami perdarahan post partum dengan riwayat anemia selama kehamilan. Dimana
pada tahun 2007 jumlah ibu bersalin
secara normal sebesar 136 pesalinan normal dan dari persalinan tersebut jumlah
ibu yang mengalami perdarahan yang disebabkan karena anemia adalah sebesar 9
kasus , sedangkan pada tahun 2010 jumlah ibu bersalin normal sebesar 138
persalinan dan 12 kasus diantaranya
mengalami perdarahan yang disebabkan karena anemia.
3.6. Pengolahan
Data
Data yang dikumpulkan selanjutnya dilakukan
pengolahan data melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.
Editing yaitu proses pengecekan data yang telah
terkumpul,bila ada kesalahan dan kelalaian dalam pengumpulan data akan
diperbaiki dan data di isi ulang terhadap responden.
2.
Coding yaitu data yang telah terkumpul di ubah ke bentuk angka dan disusun
sedemikian rupa agar proses analisis data menjadi lebih mudah dan cepat.
3.
Tabulating yaitu data yang telah lengkap dihitung
sesuai dengan variable yang dibutuhkan kemudian dimasukkan kedalam tabel
distribusi frekuensi.
4.
Melakukan teknik analisis
Dalam melakukan analisis khususnya terhadap
data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dianalisis.
3.7. Analisa
Data
Analisa data yang digunakan adalah :
1. Analisa Univariat
Analisis data secara univariat dilakukan
untuk menggambarkan karakteristik masing-masing variabel indevenden dan
dependen. Mengingat dua kategorik maka hasil analisis tersebut disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat adalah suatu analisa yang
dipakai untuk melihat dua variabel yang diduga memiliki hubungan . Dalam
penelitian ini analisis yang digunakan adalah uji chi square menggunakan perangkat komputer dengan menggunakan batas kemaknaan
α = 0,05 artinya apabila (probabilitas) ≤ 0,05 (Ho ditolak) artinya ada
hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan post partum,
sebaliknya jika p value > 0,05 (Ho gagal ditolak) artinya tidak ada hubungan
anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdaran post partum.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
RSUP H.Adam Malik Medan yang berlokasi
dijalan Bungalau No 17 Medan Tuntungan adalah RSU milik pemerintah pusat secara
teknis berada dibawah naungan direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI.
RSUP H.Adam Malik Medan merupakan RSU tipe A
yang melayani rujukan wilayah perbaungan A yang meliputi provinsi Sumatera
Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sesuai dengan SK Menkes No 335, Menkes No
502/Menkes/SK/IX/1991.
Struktur organisasi dari RSUP H.Adam Malik
Medan terdapat keputusan Menkes RI No. 547/Menkes/SK VI/194, Tentang Pedoman
organisasi RSUP kelas A dengan SK ini, RSUP H.Adam Malik Medan seluruh kegiatannya dengan mengikuti
pula seluruh kegiatan yang terdapat dalam SK tersebut . Dalam penelitian ini
peneliti mengambil tempat penelitian diruangan medical record (rekam medik) dimana data-data pasien disimpan.
Jumlah ibu bersalin di RSUP H.Adam Malik Medan yang mengalami perdarahan post
partum sejak tahun 2007 – 2010 adalah sebanyak 36 orang dan sebelum data pasien
ini dimasukan kedalam data rekam medik pasien – pasien tersebut ada yang
dirawat diruangan Rindu B, dan ada juga pasien yang mengalami kematian akibat
dari perdarahan.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Analisa Univariat
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
penelitian di RSUP H Adam Malik Medan dimulai dari tanggal 12 April
2010 sampai dengan 24 April 2010.
Penelitian ini menggunakan teknik total
sampling dan didapatkan responden sebanyak 36 ibu bersalin yang mengalami perdarahan post partum sejak tahun 2007 sampai dengan
tahun 2010 di RSUP H Adam Malik Medan.
4.2.2. Kategori
Ibu Yang Mengalami Perdarahan Post Partum Dengan Riwayat Anemia Selama
Kehamilan
Tabel 4.1
Distribusi Ibu Bersalin Yang Mengalami
Perdarahan Post Partum
Yang Memiliki
Riwayat Anemia Selama Kehamilan
di RSUP H Adam Malik Medan Tahun 2007 - 2010
No
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
(%)
|
1
|
Anemia
|
32
|
88,9
|
2
|
Tidak anemia
|
4
|
11,1
|
|
Jumlah
|
36
|
100,0
|
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ibu
yang mengalami anemia dalam kehamilan di RSUP
H Adam Malik Medan sejak tahun 2007-2010 adalah sebanyak 32 orang
(88,9%).
4.2.3. Kategori ibu Bersalin Yang Mengalami Perdarahan Post Partum di RSUP
H Adam Malik Medan Tahun 2007-2010
Tabel 4.2
Distribusi Ibu Bersalin yang Mengalami
Perdarahan Postpartum
di RSUP H Adam Malik Medan Tahun 2007-2010
No
|
Kategori
|
Jumlah
(orang)
|
Persentase
(%)
|
1
|
Perdarahan
|
33
|
91,7
|
2
|
Tidak perdarahan
|
3
|
8,3
|
|
Jumlah
|
36
|
100,0
|
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, dikategorikan perdarahan postpartum bila jumlah
perdarahan >500 ml. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah ibu yang
mengalami perdarahan post partum di RSUP H Adam Malik Medan mulai tahun 2007-2010 adalah sebanyak 33
orang (91,7%).
4.2.4. Hubungan
Anemia Dalam Kehamilan Dengan Kejadian Perdarahan Post Partum di RSUP H Adam
Malik MedanTahun 2007-2010
Tabel 4.3
Hasil Tabulasi Silang Hubungan Anemia Dalam
Kehamilan Dengan Kejadian Perdarahaan Post Partum di RSUP H Adam Malik Medan
Tahun 2007-2010
No
|
Anemia
Pada Ibu
|
Perdarahan
Pada Ibu
|
Total
Perdarahan
|
%
|
Hasil Uji
Statistik
|
|||
Perdarahan
|
Tidak
perdarahan
|
|||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
|||||
1
|
Anemia
|
31
|
86,1
|
1
|
2,8
|
32
|
88,9
|
X2
= 10.2227
|
2
|
Tidak Anemia
|
2
|
5,6
|
2
|
5,6
|
4
|
11,1
|
df = 1
|
Total
|
33
|
91,7
|
3
|
8,3
|
36
|
100,0
|
α = 0,001
|
Dari tabel diatas dapat
dilihat bahwa ibu yang mengalami anemia selama kehamilannya adalah sebanyak 32
orang (88,9%), dimana jumlah ibu yang mengalami perdarahan adalah sebanyak 31
orang (29,3%) dan yang tidak mengalami
perdarahan adalah sebanyak 1 orang (2,7%), sedangkan jumlah ibu yang tidak
mengalami anemia selama kehamilan adalah sebanyak 4 orang (11,1%), dimana jumlah ibu yang mengalami
perdarahan adalah sebanyak 2 orang
(5,6%) dan yang tidak mengalami
perdarahan adalah sebanyak 2 orang (5,6%).
4.2.5. Analisa Bivariat
Untuk melihat Hubungan Anemia Dalam Kehamilan
Dengan Kejadian Perdarahan Post Partum
dipergunakan uji statistic Chi-
square dan dapat dilihat
hasil uji Chi-square menyatakan
Ho ditolak jika probabilitas < 0,05 . Hasil analisa dengan uji Chi-square diperoleh df = 1, dan nilai probabilitas (α = 0,001), nilai probabilitas
< dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya terdapat hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian
perdarahan post partum .
4.3. Pembahasan
Selama kehamilan terjadi
hyperplasia eritrosit dari sumsum tulang, dan meningkatkan massa Hb . Namun ,
peningkatan yang tidak proposional dalam hasil volume plasma menyebabkan
hemodilusi sehingga kadar hematrokrit didalam darah berkurang. Meskipun hemodilusi,
kapasitas pembawa O2 tetap normal selama kehamilan. Anemia terjadi
pada perempuan kebanyakan terjadi pada trimester III karena pada trimester ini
banyak mengalami peningkatan metabolisme dalam tubuh.
Perdarahan post partum merupakan penyebab kematian
maternal terbanyak, Semua wanita yang hamil 20 minggu memiliki resiko
perdarahan post partum. Walaupun angka kematian maternal telah turun
dinegara-negara berkembang, perdarahan post partum tetap merupakan penyebab
kematian maternal terbanyak.
Berdasarkan Hasil Penelitian mengenai
Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan Kejadian Perdarahan Post Partum di RSUP
H Adam Malik Medan Tahun 2007 – 2010 pada tanggal 12 April 2010
sampai dengan 24 April 2010 didapatkan 36 ibu yang mengalami perdarahan
post partum.
Pada penelitian ini
dapat dilihat distribusi ibu bersalin yang mengalami anemia selama kehamilan
adalah sebanyak 32 orang (88,9%) dari 36
ibu bersalin (100%) dan rata-rata kadar
Hb ibu hamil tersebut adalah 9 gram%. Anemia merupakan kekurangan kualitas
maupun kuantitas sel darah yang membawa oksigen disekitar tubuh dalam bentuk
hemoglobin, nantinya hal ini akan menimbulkan pengurangan dalam kapasitas sel
darah merah untuk membawa oksigen bagi ibu dan janin (Atikah, 2008). Anemia
dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gr% pada
trimester 1 dan trimester 3 atau kadar
Hb <10,5 gram% pada trimester 2 karena terjadinya hemodilusi pada trimester
II (Sarwono, 2007).
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat
distribusi ibu bersalin yang mengalami perdarahan post partum adalah
sebanyak 33 orang(91,7%) dari 36 ibu
bersalin yang mengalami perdarahan, banyak darah yang dikeluarkan ibu pada saat
perdarahan post partum adalah rata-rata sebanyak 550 cc. Perdarahan post partum
merupakan penyebab kematian maternal terbanyak, Semua wanita yang hamil 20
minggu memiliki resiko perdarahan post partum. Walaupun angka kematian maternal
telah turun dinegara-negara berkembang, perdarahan post partum tetap merupakan
penyebab kematian maternal terbanyak dimana-mana.
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam
atau lebih dari 1000 ml setelah persalinan abdominal. Kondisi dalam persalinan
menyebabkan kesakitan untuk menentukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka
batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai
perdarahan yang lebih dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda
vital (Nugroho, 2008).
Perdarahan post partum
terjadi karena kinerja dari kontraksi uterus yang tidak baik, anemia mempengaruhi
kerja dari tiap organ tubuh manusia karena jumlah oksigen yang diikat oleh
darah kurang, karena jumlah oksigen yang diikat oleh darah sedikit maka akan
mempengaruhi kinerja dari uterus untuk mengalami kontraksi sehingga menyebabkan
terjadinya perdarahan ( Atikah, 2007 ).
4.3.1. Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan
Kejadian Perdarahan Post Partum
Berdasarkan hasil penelitian didapat
bahwa p = 0,001 < dari 0,05 maka
dapat disimpulkan terdapat hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian perdarahan
post partum. Salah satu penyebab perdarahan postpartum adalah karena anemia
dalam kehamilan, akibat dari anemia
tersebut maka jumlah oksigen yang dipasok ke uterus berkurang akibatnya jumlah
oksigen yang dipasok ke uterus berkurang yaitu ketidakmampuan uterus untuk
mengadakan kontraksi sebagaimana mestinya.
Pada anemia
jumlah efektif sel darah merah berkurang. Hal ini mempengaruhi jumlah kadar
haemoglobin dalam darah. Kurangnya kadar haemoglobin menyebabkan jumlah oksigen
yang diikat dalam darah juga sedikit, sehingga mengurangi jumlah pengiriman
oksigen dan cakupan nutrisi ke uterus (Atikah, 2007).
Pada saat ibu
bersalin maka akan terjadi kontraksi uterus yang adekuat sehingga bayi lahir,
apabila ibu mengalami anemia selama kehamilan maka kontraksi uterus akan
berkurang hal ini diakibatkan karena kurangnya jumlah oksigen dan nutrisi pada
organ uterus, apabila uterus kekurangan oksigen dan nutrisi maka sel- sel uterus akan mengalami penurunan kinerja
berupa penurunan kontraksi,penurunan kontraksi inilah yang akan menyebabkan
terjadinya perdarahan .
Anemia dalam kehamilan dapat
berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi
anemia yang tinggi berakibat negatif seperti:
gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak,
kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang ditransfer ke
sel tubuh maupun otak. Sehingga dapat memberikan efek yang buruk baik pada ibu
maupun bayi yang dilahirkan (Manuaba, 2007).
Perdarahan postpartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serat - serat myometrium terutama yang berada di
sekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta.
Anemia menjadi salah satu pemicu terjadinya
perdarahan, karena jumlah oksigen yang diikat dalam darah kurang.
Sehingga jumlah oksigen yang dikirim ke uterus pun kurang. Hal ini menyebabkan
otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan adekuat sehingga terjadilah perdarahan
post partum (Nugroho, 2008).
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang berjudul Anemia Dalam Kehamilan Dengan Kejadian
Perdarahan Post Partum di RSUP H Adam Malik Medan Tahun 2007 – 2010 dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Jumlah ibu yang memiliki
riwayat anemia selama kehamilan adalah sebanyak 32 orang(88,9%) .
2. Jumlah ibu yang
mengalami perdarahan post partum adalah sebanyak 33 orang (91,7%).
3. Jumlah ibu yang mengalami
perdarahan post partum dengan riwayat anemia selama kehamilannya adalah
sebanyak 31 orang(86,1%).
4. Hasil uji Chi - square diketahui nilai
probabilitas p = 0,001 < 0,05 artinya terdapat hubungan anemiadalam
kehamilan dengan kejadian perdarahn post partum.
5.2. Saran
1. Bagi Ibu hamil
Diharapkan
ibu hamil dapat lebih sering melakukan pemeriksaan kehamilan atau ANC(antenatal care),dimana pada saat ibu
melakukan pemeriksaan kehamilan Hb ibu
dapat diperiksa dan dengan diketahui jumlah Hb ibu maka anemia dapat dideteksi
secara dini sehingga bidan atau tenaga kesehatan dapat mengobati anemia yang
telah dideteksi secara dini dengan pemberian tablet zat besi, hal ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya perdarahan pada ibu.
2.
Bagi RSUP H Adam Malik Medan
Perlu
ditingkatkannya pemberian tablet zat besi selama melakukan pemeriksaan
kehamilan, agar mencegah terjadinya anemia yang berkelanjutan selama kehamilan,
serta perlu dilaksanakan penanganan perdarahan post partum yang tepat karena
kita ketahui perdarahan dapat menyebabkan kematian.
3. Bagi Institusi D-III
Kebidanan STIKes Mutiara Indonesia
Perlu ditingkatkannya pemahaman mahasiswa mengenai penyebab terjadinya
perdarahan post partum dalam proses belajar mengajar di lingkungan program
studi D-III kebidanan STIKes Mutiara Indonesia.
4. Bagi peneliti
selanjutnya
Diharapkan
peneliti selanjutnya lebih memperdalam penyebab terjadinya perdarahan post
partum khususnya yang disebabkan karena anemia selama kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, 2007, Ilmu Kebidanan, YBPSP,
Jakarta.
Proeverawati, 2007, Anemia dan Anemia
Kehamilan, Nuha Medika, Jogjakarta.
Morgan, Geri, 2007, Obstetri dan Ginekologi,
EGC, Jakarta.
Nugroho, Taufan ,2007, Buku Ajar Obstetri, Nuha Medika, Jogjakarta.
Sujiyatini, 2007, Asuhan Patologi Kebidanan ,
Nuha Medika, Jogjakarta.
Sulistyawati, Ari.2007, Asuhan Kebidanan Pada
Masa Kehamilan, Salemba Medika, Jakarta.
Tarwoto, 2007, Buku Saku Anemia Pada Ibu
Hamil, Trans Info Media, Jakarta.
Yulaikhah,Lily.2008.Seri Asuhan Kebidanan
Kehamilan,EGC,Jakarta.
http://e-infomu.com/berita-125-anemia
dalam kehamilan -pada-preterm.html. Diakses Tanggal 6 Desember 2010
http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2007/09/08/perdarahan
post partum /. Diakses Tanggal 6 Desember 2010
http://hilalahmar.com/artikel/perdarahan
post partum #respond. Diakses Tanggal 18 Januari 2010
http:/rusnah.com/artikel/perdarahan
karena anemia#diakses 28 februari 2010.