Blog Seputar Cara Menghilangkan Jerawat, Cara Menghilangkan Bekas Jerawat, Cara Menghilangkan Jerawat Secara Alami, Cara Menghilangkan Komedo, Cara Memutihkan Wajah ,Cara Memutihkan Kulit, Cara Memutihkan Gigi, Cara Manfaat Daun Sirsak , Artikel Kesehatan , Makalah Kesehatan, Tips Kesehataan, Skripsi Kesehatan, manfaat dan Khasiat Daun, contoh surat.Contoh makalah

VIRUS HERPES SIMPLEX |GEJALA| DIAGNOSIS, PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Advertisement
Advertisement

Virus herpes simplex


Herpes simplex adalah penyakit virus yang disebabkan oleh virus herpes simplex tipe 1 dan tipe 2 (HSV-1 dan HSV-2). Infeksi herpes virus termasuk penyakit virus yang menimbulkan gejala pada lokasi infeksi (topikal). Pada herpes oral, gejala yang terlihat pada mulut dan wajah, dimana bentuk herpes oral ini paling sering dijumpai. Juga yang sering terjadi nomer dua setelah mulut adalah herpes genital, yang menyerang alat kelamin. Gejala lain yang juga banyak dijumpai pada infeksi virus herpes adalah pada kulit bagian tubuh, mata (oculer herpes), herpes serebral (meningitis) dan beberapa infeksi virus herpes lainnya. Virus herpes menjadi aktiv setelah menunjukkan gejala pada penderitanya yaitu adanya luka lecet yang mengandung partikel  virus pada sekitar hari ke 2-21 setelah infeksi, kemudian diikuti dengan fase remisi. Herpes pada alat kelamin (herpes genital), sering tidak menunjukkan gejala, walaupun virusnya ada dalam organ ersebut. Pada awal infeksi, virus bergerak sepanjang saraf sensor menuju badan sel saraf, dan virus tersebut tinggal dalam waktu yang lama. Virus tersebut akan kambuh dalam waktu yang tidak tentu, walaupun dipicu oleh faktor lain termasuk obat imunosupresan. Pada kondisi tertentu virus bermultiplikasi didalam sel saraf kemudian bergerak sepanjang axon dari setiap neuron menuju terminal saraf pada kulit, dimana virus terbebaskan dan menimbulkan gejala penyakit. Sesuai berjalannya waktu, penyakit berkembang dan mengalami keparahan dan kemudian terjadi kesembuhan dengan cepat bila segera diobati. Penyakit herpes simpleks sangat mudah menular melalui kontak langsung melalui luka lesi atau cairan tubuh penderita kepada orang yang sehat. Penularan dapat kontak antara kulit dimana penularan terjadi pada fase asimptomatis (tak ada gejala) dimana virus ada dalam kulit si penderita.
Virion dan replikasinya
Herpes simpleks adalah virus yang termasuk dalam famili herpesviridae beramplop, mempunyai pita ganda (dobel strand), yang termasuk dalam genom virus yang besar.  Virus bereplikasi dalam nukleus pada berbagai hospes vertebrata termasuk delapan varietas yang telah diisolasi dari manusia.

Bentuk morfologi virus herpes beramplop mempunyai empat struktur virion yaitu: bagian luar adalah amplop virus, tegument, kapsid,dan core. Amplop virus adalah bagian paling luar dari virion yang terdiri dari glikoprotein yang terbentuk dari sel hospes. Bila dilihat dengan elektron mikroskop bangunan ini terihat seperti duri yang kecil yang menempel pada amplop. Pada lapisan yang lebih dalam dibawah amplop terdapat bangunan yang tak berbentuk, kadang bentuknya asimetris, dinamakan tegument. Dalam tegument tersebut berisi enzim dari viral, beberapa enzim digunakan untuk proses kimia dalam sel yang akan memproduksi virus, sebagian untuk perlindungan terhadap respon dari sel, dan sebagian lain untuk fungsi yang belum jelas. Bangunan paling dalam disebut core (pusat) yang terdiri dari molekul linear tunggal dari dsDNA, dan bangunan ini diselubungi oleh kapsid bentuk icosahedral yang berdiameter 100nm dan yang terbentuk oleh 162 kapsomer.
Masuknya virus herpes kedalam sel hospes melalui proses interaksi dari beberapa glikoprotein pada permukaan amplop virus dengan reseptor permukaan sel hospes. Pada saat amplop virus menempel pada permukaan sel hospes, amplop akan berfusi dengan membran sel hospes untuk membuka sel tersebut, dan kemudian virus masuk kedalamnya. Proses masuknya virus kedalam sel hospes mirip dengan proses virus lainnya, dimana reseptor pada dinding sel hospes merupakan perlekatan virus HSV untuk memudahkan virus masuk kedalam sel. Dua lapisan menyatu (amplop virus dan membran sel hospes), terjadi proses endositosis virus masuk sel. Pada kasus HSV interaksi terjadi antara amplop virus glikoprotein C (gC) melekat pada permukaan sel  yang disebut “heparin sulfat”. Proses kemudian adalah glikoprotein yang kedua yaitu glikprotein D (gD) melekat pada reseptor yang spesifik dinamakan “herpesvirus entry mediator receptor” (HVEM) yang menyediakan ikatan yang kuat terhadap sel hospes. Begitu melekat pada HVEM, gD berubah formasinya dan berinteraksi dengan glikoprotein H virus (gh) dan L (gL), dan membentuk formasi yang kompleks. Interaksi gB dan gH atau gL kompleks membentuk lubang masuk bagi kapsid. Setelah kapsid virus masuk kedalam sitoplasma sel hospes, kemudian terbawa ke nukleus. Begitu menempel pada nukleus, kapsid mendorong DNA melalui portal kapsid, dimana portal kapsid ini terdiri dari duabelas protein kopi, membentuk semacam cincin, protein tersebut terdiri dari sequen asam amino yang melekat satu dengan lainnya. Setiap kapsid icosahedral mempunyai satu portal, dan DNA keluar dari kapsid membentuk segmen linear.
Keberhasilan infeksi virus herpes dapat terjadi melalui beberapa jalan, yaitu: a) Paling efisient terjadinya infeksi adalah, virion menyerang sel hospes, mengahambat sintesis protein, kemudian membebaskan  DNA virus kedalam nukleus dan disitu virus langsung bereplikasi. b) virus herpes berbagi kemampuan untuk menghambat reaksi imun dari sel hospes dengan jalan menghambat kerja mRNA, memblok presentasi peptida antigenik pada permukaan sel apoptosis (menghambat program kematian sel) oleh ekspresi gen virus. c) Virus herpes mampu menyembunyikan bentuk kapsidnya dalam sirkulasi genom dalam nukleus limpoma dan dalam sistem sel saraf pusat yang kemudian kembali bereproduksi setelah beberapa bulan atau tahun kemudian. Periode laten infeksi virus herpes sering menimbulkan benigna, dan dapat menghambat sistem imun hospes.

Gejala


Infeksi HSV menyebabkan terjadinya beberapa gangguan kesehatan yang cukup serius, sering terjadi gejala terutama pada kulit atau mukosa pada mulut dan kulit muka (orofacial herpes), genital (genital herpes), atau pada tangan ( herpes whitlow). Gangguan yang lebih serius bila virus menginfeksi mata dan mengakibatkan kerusakan pada mata (herpes keratitis), atau menyerang sistem saraf pusat, dapat menyebabkan kerusakan pada otak (herpes encephalitis). Pada pasien bayi (baru lahir) atau orang dewasa yang menderita defisiensi sistem imun ( menjalani tranplantasi organ atau penderita AIDS), mereka sering menderita komplikasi infeksi HSV. Infeksi HSV juga erat hubungannya dengan gangguan defisit atau bipolar, juga penderita penyakit Alzheimer, walaupun penyakit tersebut diderita sebagai penyakit genetik. Pada semua kasus infeksi HSV, virus tidak dapat dikeluarkan dari tubuh penderita oleh sistem imun. Setelah terjadinya infeksi HSV pertama kali virus masuk kedalam sistem saraf pada lokasi infeksi pertama kali, kemudian bermigrasi sepanjang sel saraf neuron dan menjadi infeksi yang laten pada ganglion (simpul saraf). Pada saat terjadi infeksi HSV pertama kali, tubuh membentuk respon imun terhadap tipe virus yang spesifik sehingga dapat melindungi tubuh terhadap infeksi virus yang sejenis pada lokasi infeksi yang berbeda. Individu yang terinfeksi HSV-1 mengalami seorconversi dan melindungi infeksi HSV-1 lainnya yang menginfeksi jari tangan, mulut, herpes genital, dan keratitis, dan juga dapat memproteksi terhadap infeksi HSV
Tabel 6.4 Beberapa jenis herpes yang menginfeksi menurut lokasi/organ yang terinfeksi
Herpes
Kondisi

Ginggivostomatitis
Radang gusi dan bibir (ginggistomatitis) adalah gejala awal yang terjadi pada infeksi tipe ini. Dan kondisinya lebih berat daripadatipe labialis

Labialis
Infeksi terjafdi bila virus masuk dan kontak dengan mukosa dan kulit pada bibir

Oesophagitis
Gejala ditandai dengan rasa sakit waktu menelan(odynophagia) dan kesulitan dalam menelan (dysphagia). Kadang disertai dengan gangguan sistem imun (defisiensi imun) karena infeski HIV,  obat imuno-supresi pada kasus transplasi jaringan

Genitalis
Tipe yang khas pada infeksi HSV-1 dan HSV-2 pada herpes genital adalah adanya lesi inflamasi kluster papulae dan vesikula pada permukaan bagian luar dari genital

Whitlow
Infeksi terjadi pada jari tangan dan jempol, kadang terjadi peradangan pada jari kaki

encephalitis
Infeksi virus herpes pada otak erat hubungannya dengan transmisi virus dari bagian muka yang dikuti reaksi virus HSV-1 melalui saraf yang menuju otak sepanjang sarat axon trigeminal.



Diagnosis, pencegahan dan pengobatan


Diagnosis dapat dilakukan dengan pengamatan adanya tanda gejala yang timbul dan diikuti dengan uji klinis terutama pada penderita yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi HSV-1. Lesi herpes (ulcer) yang terlihat dan distribusi setiap individu penderita terlihat khas, bentuk bulat superfisial pada ulcer oral, diikuti dengan ginggivitis akut. Pada orang dewasa kadang tidak khas sehingga sulit untuk didiagnosis, hal tersebut kadang dapat dikelirukan dengan stomatitis karena alergi. Herpes genital sulit didiagnosis berdasarkan gejala adaripada herpes oral, karena dapat dikelirukan dengan infeksi fungal, atopik dermatitis dan urethritis. Uji laboratorium sering digunakan untuk konfirmasi herpes genital. Uji laboratrium termasuk: Pemupukan virus, “direct fluorescent antibody (DFA)” untuk mendeteksi adanya virus,  skin biopsy, and polymerase chain reaction (PCR) untuk mengetahui adanyaa viral DNA. Uji ini sanhgat spesifik dan sangat sensitive, tetapi bianya terlalu mahal, sehingga diagnosis laboratorium dengan cara tersebut jarang digunakan, kecuali pada hal yang berhubungan dengan penelitian. Sekarang metoda serologi dengan mendeteksi adanya antibodi terhadap HSV sangat berguna untuk mendiagnosis Infeksi HSV tetapi uji ini tidak secara rutin untuk praktek secara klinin oleh dokter.
Virus HSV juga dapat ditularkan melalui hubungan seksual, wanita lebih peka terhadap infeksi HSV-2 daripada pria, sehingga penggunaan kondom untuk mencegah infeksi HSV cukup baik hasilnya dan dapat mengurangi resiko penularan HSV sampai 50%. Pengobatan antuviral untuk menghambat perkembangan virus dapat mengurangi infeksi HSV sampai 25%.
Pembuatan vaksin untuk HSV masih dalam taraf penelitian, bila telah berhasil dan diproduksi, vaksin HSV dapat mencegah dan meminimalisasi infeksi awal dari HSV dan juga dapat untuk pengobatan virus yang sudah ada dalam tubuh secara reaksi imunologik. Vaksi yang telah dibuat dalam masa percobaan adalah “Herpevac”, yang merupakan vaksin untuk melawan HSV-2, sampai tahun 2010 hasilnya cukup baik. Di Ingrgris, Harvard Medical School, telah mengengembangkan vaksin “ACAM-29” yang merupakan replikasi virus mutan dan terbukti berhasil untuk mencegah infeksi HSV-1 dan HSV-2 dan dapat melawan virus yang sudah menginfeksi. Disamping itu vaksin juga dapat memicu/mengindus terbentuknya antibodi spesifik HSV-2 dan meningkatkan respon sel Tc.
Resiko transmisi/penularan virus dari ibu kepada anak yang dikandungnya pada saat dilahirkan adalah sekitar 30-60%, tetapi kemudian menurunn menjadi hany a 3% terjadinya infeksi kembali dan hany 1a5 yang kemudian menjadikan gejala penyakit. Untuk mencegah terjadinya infeksi neonatal tersebut, ibu yang sedang mengandunga agar menjauhi sumbernya yaitu lawan jenisnya yang sedang menderita baik dalam hubungan secara genital maupun oral.
Tidak ada pengobatan yang efektif untuk memberantas penyakit herpes dalam tubuh, tetapi obat antivirus dapat mengurangi kejadian dan keparahan penyakit serta mempercepat waktu kesembuhan. Obat analgesik seperti ibuprofen and acetaminophen  dapat mengurangi rasa sakit dan menurunkan demam.  Ada beberapa obat abntiviral yang efektive untuk pengobatan herpes yaitu aciclovir (acyclovir), valaciclovir (valacyclovir), famciclovir, dan penciclovir. Acyclovir adal obat antiviral yang pertama ditemukan untuk pengobatan herpes dan sekarang tersedia sebagai obat generik.  Beberapa obat topikal antiviral untuk lesi herpes labialis termasuk acyclovir, penciclovir, and docosanol.
Facebook Twitter Google+
Back To Top