Blog Seputar Cara Menghilangkan Jerawat, Cara Menghilangkan Bekas Jerawat, Cara Menghilangkan Jerawat Secara Alami, Cara Menghilangkan Komedo, Cara Memutihkan Wajah ,Cara Memutihkan Kulit, Cara Memutihkan Gigi, Cara Manfaat Daun Sirsak , Artikel Kesehatan , Makalah Kesehatan, Tips Kesehataan, Skripsi Kesehatan, manfaat dan Khasiat Daun, contoh surat.Contoh makalah

VIRUS DENGUE (DENGUE HEAMORAGIC FEVER/DHF/DEMAM BERDARAH)

Advertisement
Advertisement

Virus Dengue (dengue heamoragic fever/DHF/demam berdarah)


Penyakit demam berdarah disebabkan oleh infeksi virus dengue yang terciri dengan gejala demam, sakit kepala, nyeri pada otot dan persendian, gejala yang paling parah dan menonjol adalah adanya perdarahan dibawah kulit terutama pada bagian punggung dan lipatan siku. Pada beberapa kasus penyakit ini dapat mengancam kehidupan penderita karena terjadi perdarahan yang meluas, konsentrasi trombosit menurun drastis karena plasma darah keluar dari pembuluh darah sehingga menyebabkan shock (dengue shock syndrome) tekanan darah menurun drastis. Penyakit ditularkan melalui gigitan nyamuk genus Aedes, terutama spesies A. aegypti.  Infeksi virus dengue (virion) terdiri dari empat tipe yanng berbeda, infeksi pada salah satu tipe terjadi respon kekebalan yang cukup lama pada tipe yang bersangkutan, tetapi hanya dalam waktu singkat pada tipe virus yang lain. Bila terjadi infeksi yang berbeda tipe tersebut dapat menyebabkan penyakit yang lebih ganas dan beresiko terjadinya komplikasi. Sampai sekarang belum ditemukan vaksin untuk mencegah penyakit DHF ini, usaha pencegahan adalah memberantas nyamuk yang bertindak sebagai vektor penyakit ini. Pengobatan hanya dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi dengan minum yang banyak, infus cairan untk mencegah terjadinya kekurangan cairan tubuh. Pada kasus yang berat perlu diberikan infus dan transfusi darah (trombosit). Dengue menjadi permasalahan global pada awal avad 20 sampai sekarang dan menjadi endemik pada lebih dari 110 negara di dunia, bersamaan dengan kejadian yang luarbiasa tersebut maka penelitian pemberantasan nyamuk sebagai vektor, metoda pengobatan dan produksi vaksin terus dilakukan.
                                  
Etiologi dan vektor penyakit
Virus Dengue termasuk dalam kelompok virus RNA, famili Flaviviridae  genus Flavivirus. Genom virus dengue terdiri dari 11.000 basa nukleotida, yang dikode untuk tiga tipe molekul protein yaitu C, M dan E yang berbentuk partikel virus dan tujuh molekul protein virus yaitu  NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b, NS5 yang hanya terdapat dalam sel hospes/penderita diperlukan replikasi dari virus tersebut. Ada empat serotipe (strain) dari virus tersebut yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4 semuanya dapat menyebabkan penyakit demam berdarah. Infeksi salah satu dari serotipe virus dapat menimbulkan respon imun yang cukup lama terhadap virus yang bersangkutan, tetapi respon imunnya rendah terhadap tipe virus yang lain. Keparahan penyakit infeksi virus dengue dapat terjadi apabila seseorang terinfeksi virus serottipe DENV-1 kemudian terinfeksi dengan virus serotipe DENV-2 atau serotipe DENV-3, atau seseorang pernah terinfeksi serotipe DENV-3 kemudian terinfeksi DENV-2.

Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk genus Aedes, terutama spesies Aedes aegypti. Spesie nyamuk lain yang juga berperan dalam menulrkan penyakit adalah A. albopictus, A. polynesiensis dan A. scutellaris. Nyamuk ini bisanya hdup di daerah tropis sekitar 35o lintang Utara dan 35o lintang Selatan, dengan lokasi ketinggian sekitar kurang dari 1000m diatas permukaan laut.  Manusia merupakan hospes primer dari virus ini, sedangkan primata lain seperti monyet (non human primata), virus ini juga dapat bersirkulasi. Hanya sekali gigitan nyamuk yang terinfeksi, virus ini dapat menularkan penyakit. Nyamuk betina yang menghisap darah penderita akan menyebar dalam jaringan tubuh naymuk dan sampai ke kelenjar ludah nyamuk dalam waktu sekitar 8-10 hari yang kemudian bila menggigit manusia virus ditularkan.e image below shows the infection and life cycle of what a Dengue virus goes Pathogenesis, gejala dan respon sistem imun



Setiap tahun sekitar seratus juta orang terinfeksi oleh virus dengue, kebanyakan kematian terjadi karena perdarahan yang akut yang menunjukkan gejala “dengue haemoragic fever”/DHF dan gejala sock hemoragik “Dengue shock syndrom”/DSS. Penderita yang menunjukkan gejala DHF, angka kematian/mortalitasnya sekitar 5%, tetapi bila penyakit berkembang menjadi DSS angka kematian dapat mencapai 40%. Virus masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan vektor nyamuk kemudian melekat pada media reseptor endoisitosis masuk kedalam sel pada membran fusi pada pH yang rendah. Materi genetik virus (+)ssRNA dilepaskan dan mengalami translasi dan bereplikasi dalam endoplasmik retikuler menjadi banyak virus baru dan kemudian keluar dari sel untuk menginfeksi sel lainnya
Kebanyakan penderita yang terinfeksi virus dengue tidak menunjukkan gejala yang jelas (asimptomatik), ada sekitar 80% penderita yang menunjukkan gejala ringan seperti demam. Penderita lain dapat menderita gejala yang parah dan dapat mengancam kehidupan mereka sekitar 5%. Masa inkubasi penyakit sekitar 3-14 hari tapi lebih sering sekitar 4-7 hari, tetapi beberapa kasus dapat sampai lebih dari 14 hari. Gejala yang sering ditemukan adalah demam yang mendadak, sakit kepala terutama terasa pada bagian belakang mata, rasa sakit pada otot dan persendian, kulit kusam. Fase perjalanan penyakit dibagi menjadi tiga fase yaitu: fase demam fibril, fase kritis dan fase rekoveri. Fase demam fibril, suhu tubuh dapat mencapai 40oC, ini erat hubungannya dengan rasa sakit pada otot, kulit kasar dan sakit kepala, gejala ini terjadi pada 2 sampai 7 hari masa awal penyakit. Pada fase kriis terlihat kulit yang kasar disertai bintik bintik perdarahan dibawah kulit (petechiae) yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah kapiler dan terjadi perdarahan pada lapisan mukosa pada mulut dan hidung, sedangkan demam kadang menurun dan meningkat lagi pada hari berikutnya. Pada sebagian penderita terjadi fase kritis, yang menunjukkan terjadinya demam tinggi terutama pada hari kedua setelah menunjukkan gejala. Pada fase ini terlihat penimbunan cairan pada daerah pinggang dan rongga perut yang disebabkan olah pembuluh darah kapiler yang melebar dan menipis sehingga cairan merembes keluar dari pembuluh darah kapiler tersebut. Sebagai akibatnya penderita mengalami kekurangan cairan tubuh dan terjadi penurunan aliran darah pada organ yang penting. Pada fase ini terjadi disfungsi organ dan terjadi perdarahan yang parah terutama pada daerah saluran pencernaan. Terjadi shock (dengue shock syndrome) dan perdarahan parah (dengue hemorrhagic fever) yang dapat terjadi pada sekitar 5% kasus penyakit dengue ini, tetapi pada penderita yang pernah menderita dengue sebelumnya persentase ini dapat meningkat. Fase pemulihan (recovery) setelah fase kritis berlalu, cairan tubuh yang keluar diresorpsi kembali masuk kedalam aliran darah yang biasanya terjadi sekitar dua sampai tiga hari setelah fase kritis. Kondisi mulai membaik tetapi ada gejala gatal gatal dan denyut jantung  menurun. Pada fase ini cairan tubuh meningkat dan bila berefek pada otak dapat menyebabkan penderita kesadarannya menurun atau kadang gelisah.
  Walaupun virus dengue menyerang sel imun dan menyebar keseluruh tubuh, sistem imun juga mampu untuk melawan serangan virus tersebut.  Sel imun yang terinfeksi segera memproduksi interferon (sub klas dari sitokin) yang merupakan protein dengan berat molekul kecil mampu menghambat replikasi virus. Inerferin menjadi aktive melalui sistem imun inate (alami) maupun adaptive (perolehan) yang merupakan sistem imun yang berperan mencegah dan mempertahankan diri terhadap masuknya agen infeksi kedalam tubuh. Sel imun mengenali sel yang terinfeksi virus dan membantu mempertahankan sel yang belum terinfeksi dari serangan virus. Pada saat sistem imun bekerja melawan infeksi virus dengue, penderita akan mengalami demam. Pada saat sistem imun adaptive bekerja melawan virus, sel B mulai memproduksi antibodi IgM dan IgG yang dilepaskan dalam peredaran darah dan cairan limfe dimana kedua antibodi tersebut berfungsi untuk mengenali dan menetralisisr partikel virus dengue. Respon sistem imun adaptive lainnya adalah sel T yang juga merupakan sel limfosit sebagai pembunuh sel yang terinfeksi virus dengue. Respon imun tersebut juga mengaktivkan sistem komplemen yang bertindak menolong antibodi dan leukosit untuk mengeluarkan virus. Kedua respon sistem imun, inate dan adptive bekerja sama menetralisir infeksi virus dengue dan penderita akan sembuh dari penyakit DHF.
Antibodi IgM dan IgG yang diproduksi sel B hanya mengenali satu molekul protein virus misalnya NS1, dan respon imun tersebut mengeliminasai virus dari tubuh penderita. Setelah penderita sembuh dari penyakit DHF tersebut, penderita akan terproteksi/kebal terhadap virus dengue tipe NS1 selama dua sampai tiga bulan. Tetapi kekebalan tersebut tidak terlalu lama, penderita yang kebal terhadap seoripe NS1 dapat terinfeksi oleh virus dengue serotipe lain. Pada tahun 1960 an Dr. Halstead dan tim penelitinya mempelajari infeksi virus dengue di Thailand. Mereka melaporkan bahwa orang yang pernah terinfeksi virus dengue sebelumnya akan beresiko tinggi akan menderita DHF lebih parah bila terinfeksi virus dengue yang kedua kalinya. Mereka mempelajari mekanisme bagaimana hal tersebut dapat terjadi dan mengapa infeksi virus yang kedua tersebut menjadi lebih parah daripada infeksi sebelumnya. Pada kondisi normal infeksi agen patogen dalam tubuh akan menimbulkan respon antibodi dan antibodi tersebut akan mengingat agen infeksi yang menyerangnya selama waktu yang cukup lama melalui sel B dan T memori yang terbentuk dalam sistem imun. Bila ada agen infeksi yang sama masuk kedalam tubuh akan segera merespon melawan antigen yang pernah menginfeksinya tersebut dan proses kekebalan tersebut dapat berjalan sampai beberapa tahun. Pada infeksi virus dengue mekanisme kekiebalan tersebut tidak terjadi mengapa?, Halstead dan kawan kawan mengemukakan fenomena yang disebut "antibody-dependent enhancement of infection" untuk menjelasakan hasil observasi mereka. Ada empat serotipe virus dengue yang berbeda, tetapi sel memori hanya mengingat daya imunitas terhadap serotipe virus yang menginfeksi pertama kali. Bila seseorang terinfeksi dengan serotipe yang kedua atau serotipe lainnya, antibodi yang ada justru akan memfasilitasi virus dengue yang lain tersebut menyebar dan meningkat jumlahnya keseluruh tubuh/peredaran darah (viremia). Fenomena tersebut juga terjadi pada anak yang menerima/mendapatkan antibodi dari ibunya waktu masih dalam kandungan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa antibodi yang ada disamping untuk melawan virus, antibodi yang diproduksi oleh sel B memori tersebut juga membantu virus dengue menginfeksi sel lebih efisien (Gambar 7.14). Ironisnya "antibody-dependent enhancement of infection" merupakan sistem imun yang menyebabkan gejala penyakit DHF menjadi lebih parah.
Protein "antibody-dependent enhancement of infection" dipresentasikan pada saat terjadi infeksi virus dengue yang pertama, protein tersebut melekat pada virus dengue yang menginfeksi pertama kali. Pada saat terjadi infeksi virus dengue yang kedua yanng berbeda serotipe, antibodi yang terbentuk pada infeksi virus yang pertama (infeksi primer) tidak dapat mnetralisir virus dengue yang menginfeksi berikutnya (infeksi sekunder). Sehingga ikatan Ab-virus komplek menempel pada reseptor Fcγ reseptor dalam sirkulasi monosit secara efisien. Sebgai akibatnya terjadi peningkatan replikasi virus secara keseluruhan sehingga meningkatkan keparahan penyakit dengue.

Penanganan penyakit DHF

Sampai sekarang belum ada pengobatan yang spesifik terhadap penyakit DHF, Pengobatan hanya diberikan berdasarkan gejala yang timbul. Pengobatan suportif untuk meningkatkan kondisi penderita diberikan cukup bervariasi dari pemberian cairan melalui mulut untuk pengobatan gejala dehidrasi biasanya bila pasien dirawat dirumah. Bila pasien menderita dehidrasi yang parah perlu dirawat di rumah sakit dengan pemberian cairan tubuh lewat infus intravena atau transfusi darah. Penanganan si rumah sakit sangat bergantung pada kondisi pasien berdasarkan pemeriksaan dokter. Infus cairan tubuh dapat diberikan selama satu atau dua hari dengan laju aliran sekitar 0,5 – 1 ml/kg/hari disesuakan dengan volume urinasi untuk menstabilkan cairan tubuh secara normal. Pemberian paracetamol (acetaminophen) dapat dilakukan bila terjadi demam, sedangkan obat seperti ibuprofen dan aspirin tidak boleh diberikan karena dapat memicu terjadinya perdarahan. Transfusi darah perlu diberikan lebih awal/segera pada pasien yang menunjukkan gejala perdarahan dengan indikasi penuruna hematokrit dan tanda perdarahan pada feses. Selama masa pemulihan infus segera dihentikan untuk mencegah terjadinya kelebihan cairan tubuh.


Facebook Twitter Google+
Back To Top