Blog Seputar Cara Menghilangkan Jerawat, Cara Menghilangkan Bekas Jerawat, Cara Menghilangkan Jerawat Secara Alami, Cara Menghilangkan Komedo, Cara Memutihkan Wajah ,Cara Memutihkan Kulit, Cara Memutihkan Gigi, Cara Manfaat Daun Sirsak , Artikel Kesehatan , Makalah Kesehatan, Tips Kesehataan, Skripsi Kesehatan, manfaat dan Khasiat Daun, contoh surat.Contoh makalah

MATERI KESEHATAN PENGERTIAN APOPTOSIS | MEKANISME APOPTOSIS

Advertisement
Advertisement

MATERI KESEHATAN

MATERI POKOK :
APOPTOSIS
1. Definisi
2. Gen- gen yang berperan dalam apoptosis
3. Mekanisme apoptosis

Apoptosis berasal dari bahasa Greek ,  yang artinya gugurnya putik bunga ataupun  daun dari batangnya.  Pada tahun 1972 , Kerr J.F , Wyllie A.H , Currie A.R  mempublikasikan artikel Britis h Journal Of  Cancer dengan  judul : Apoptosis: a basic  bioligical phenomen wit h wide ranging implication in  tissue kinetic. Artikel ini  menjelaskan tentang proses kematian normal pada sel yang disebut dengan apoptosis. Apoptosis adalah mekanisme kematian sel yang terprogram yang penting dalam berbagai proses biologi.

Kematian sel yang terprogram atau apoptosis merupakan suatu komponen yang normal  pada perkembangan dan pemeliharaan kesehatan pada organisme multiseluler. Sel  yang mati ini merupakan respon terhadap berbagai stimulus dan selama apoptosis sel  ini dikontrol dan diregulasi, sel yang mati ke mudian difagosit oleh makrofag. 

2. Gen- gen yang berperan dalam apoptosis
Ada dua sebab mengapa sel melakukan bunuh diri (Apoptosis), yaitu: 1) Dalam pertumbuhan suatu organisme apoptosis sama dibutuhkan seperti mitosis. Apoptosis diperlukan dalam perkembangan organisme seperti pada metamorfosis dan pembentukan organ tertentu (misalnya menghilangkan selaput antara jari-jari). Demikian pula pada menstruasi dan pembentukan sinaps antar neuron terjadi apoptosis. 2) Untuk menghilangkan sel-sel yang mungkin merupakan ancaman terhadap organisme seperti sel-sel yang terinfeksi virus. Dalam hal ini sel limfokin sitotoksik akan membunuh sel yang mengandung virus.
Keputusan suatu sel melakukan apoptosis tergantung dari kesetimbangan pemicu positif yang diperlukan untuk terus bertahan hidup dan yang negatif yang mengarah ke apoptosis. Untuk dapat bertahan hidup suatu sel harus terus menerus menerima rangsang dari sel-sel lain serta tetap melekat (adhesi) pada permukaan tempat sel tersebut tumbuh. Contoh pemicu positip antara lain ; faktor pertumbuhan (growth factor) neuron dan interleukin-2 (IL-2) yang merupakan factor penting dalam mitosis limfosit.
Pemicu negatif dapat berupa oksidan yang menyebabkan kerusakan DNA atau senyawa-senyawa lain seperti obat kemoterapi serta sinar-X dan sinar-UV. Akumulasi protein yang tidak melipat sempurna dalam struktur tersiernya juga merupakan suatu pemicu negatif. Kematian sel juga dapat terjadi jika ditemukan ‘aktivator kematian sel’ seperti faktor tumor nekrosis (TNF-α) dan limfotoksin (TNF-β) yang mengikat reseptor TNF serta Fas Ligand (FasL) yang mengikat reseptor Fas yang dikenal juga dengan nama CD 95.
Apoptosis  berbeda dengan nekrosis, pada nekrosis terjadi kematian sel tidak terkontrol. Sel yang  mati pada nekrosis akan membesar dan kem udian hancur dan lis is pada satu daerah  yang merupakan respon terhadap inflamasi.  Pada apoptosis sel-sel yang  mati memberikan sinyal yang diperantarai oleh beberapa  gen  yang mengkode protei n untuk enzym pencernaan yang disebut dengan  caspase.  Gen caspase ini merupakan bagian dari cyst ein protease yang akan aktif pada  perkembangan sel maupun merupakan sinyal untuk aktif pada destruksi sel tersebut. 
Fungsi Apoptosis 
Kematian sel melalui apoptosis merupakan  fenomena yang normal, yaitu terjadi  eliminasi sel yang tidak diperlukan lagi. Proses apoptosis secara fisiologis diperlukan  untuk :
a.      Terminasi sel 
Apoptosis dapat terjadi pada  sel yang mengalami kerusak an yang tidak bisa di  repair,infeksi virus, keadaan yang mengak ibatkan stress pada sel . Kerusakan DNA  akibat ionisasi radiasi maupun bahankimia  toxic juga dapat mencetuskan apoptosis  melalui aktivasi tumor supresor gen  p53. Keputusan untuk apoptosis dapat berasal  dari sel itu sendiri, dari jaringan disekitarn ya ataupun dari sel yang termasuk dalam  immune system. Pada keadaan ini fungsi apopt osis adalah untuk mengangkat sel 
yang rusak, mencegah sel menjadi lemah oleh karena kurangnya nutrisi dan mencegah penyebaran infeksi virus. 
b.      Mempertahankan homeostasis 
Pada organisme dewasa, jumlah sel dalam suatu organ  atau jaringan harus berada  dalam keadaan yang relatif konstan. Proses keseimbangan ini termasuk dalam homeostasis yang dibutuhkan oleh ma khluk hidup untuk mempertahankan  lingkungan internalnya. Keseimbangan (homeostasis) ini dapat te rcapai bila kecepatan mitosis pada  jaringan seimbang dengan kematian sel. Bila  keseimbangan ini terganggu, maka  akan dapat mengakibatkan : 
 Bila kecepatan pembelahan sel lebih tinggi daripada kecepatan kematian sel   terbentuk tumor 
Bila kecepatan pembelahan sel lebih rendah dari kecepatan kematian sel  jumlah sel menjadi berkurang. 
c.       Perkembangan embryonal 
Kematian sel yang terprogram merupak an bagian dari perkembangan jaringan.  Pada masa embryo , perkembangan suat u jaringan atau organ didahului oleh  pembelahan sel dan diferensiasi sel ya ng besar-besaran dan kemudian dikoreksi  melalui apoptosis.  Contoh: bila terjadi gangguan  proses apoptosis , berupa diferensiasi inkomplit pada pembelahan jari-jari akan mengakibatkan syndactyly.

d.      Interaksi limfosit 
Perkembangan limfosit B dan Limfosit  T pada tubuh manusia  merupakan suatu  proses yang kompleks , yang akan mem buang sel-sel yang berpotensi menjadi  rusak. Cytotoksik T sel dapat secara  langsung menginduksi apoptosis pada sel  melalui terbukanya suatu celah pada target  membran dan pelepasan zat-zat kimia  untuk mengawali proses apoptosis. Celah ini dapat terjadi  melalui adanya sekresi  perforin, granul yang berisi granzyme B,  serine protease yang dapat mengaktivasi  caspase melalui  pemecahan residu aspartat.
e.      Involusi hormonal pada usia dewasa.  
Apoptosis dapat terjadi misalnya pada pel epasan sel endometrium selama siklus  menstruasi, regresi pada pay udara setelah masa menyusui dan atresia folikel  ovarium pada menopause.
 
3. Mekanisme apoptosis
Mekanisme apoptosis sangat kompleks dan rumit. Secara garis besarnya apoptosis
dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
1.  Adanya signal kematian (penginduksi apoptosis).
2. Tahap integrasi atau pengaturan (transduksi signal, induksi gen apoptosis yang berhubungan, dll)
3. Tahap pelaksanaan apoptosis (degradasi DNA, pembongkaran sel, dll)
4. Fagositosis.
Signal Penginduksi Apoptosis
Apoptosis tidak memerlukan suatu proses transkripsi atau translasi.  Molecular machine yang dibutuhkan untuk kematian sel dianggap mengalami dormansi dan hanya memerlukan aktivasi yang cepat. Signal yang menginduksi apoptosis bisa berasal dari ekstraseluler dan intraseluler. 
Signal ekstraseluler contohnya hormon hormon. Hormon tiroksin menginduksi apoptosis pada ekor tadpole. Apoptosis juga  bisa dipicu oleh kurangnya signal yang dibutuhkan sel untuk bertahan hidup seperti growth factor. Sel lain, sel berhubungan dengan sel yang berdekatanjuga bisa memberikan signal untuk apoptosis. Signal intraseluler misalnya radiasi ionisasi, kerusakan karena oksidasi radikal bebas, dan gangguan pada siklus sel.  Kedua jalur penginduksi tersebut bertemu di dalam sel, berubah menjadi famili protein pengeksekusiutama yang dikenal sebagai  caspase. Sel yang berbeda memberikan respon yang berbeda terhadap penginduksi apoptosis. Misalnya sel splenic limfosit akan mengalami apoptosis saat terpapar radiasi ionisasi, sedangkan sel myocyte tidak mengalami apoptosis untuk pemaparan yang sama.
Tahap Pelaksanaan Apoptosis 
Sinyal apoptosis bisa terjadi secara intraseluler dan ekstraseluler. Jalur ekstrinsik (ekstraseluler) diinisiasi melalui stimulasi dari reseptor kematian (death receptor) sedangkan jalur intrinsik diinisiasi melalui pelepasan faktor signal dari mitokondria dalam sel. Proses apoptosis dikendalikan oleh berbagai tingkat sinyal sel, yang dapat berasal dari  pencetus ekstrinsik maupun intrinsik . Yang termasuk pada sinyal  ekstrinsik antara lain  hormon, faktor pertumbuhan, nitric oxide dan cytokine. Semua sinyal tersebut harus  dapat menembus membran plasma ataupun  transduksi untuk dapat menimbulkan  respon.
Sinyal intrinsik apoptosis merupakan suatu respon yang diinisiasi oleh sel sebagai  respon terhadap stress dan akhirnya dapat  mengakibatkan kematian sel. Pengikatan reseptor nuklear oleh glukokortikoid, panas, radiasi, kekurangan  nutrisi, infeksi virus  dan hipoksia merupakan keadaan yang dapat m enimbulkan pelepasan sinyal apoptosis  intrinsik melalui kerusakan sel. Sebelum terjadi proses kematian sel melalui enzym, sinyal apoptosis harus dihubungkan dengan pathway kematian sel melalui regulasi protein. Pada  regulasi ini  terdapat dua metode yang telah  dikenali untuk mekanisme apoptosis , yaitu : melalui  mitokondria dan penghantaran sinyal secara langsung melalui adapter protein. 
1.  Ektrinsik Pathway (di inisiasi oleh kematian receptor)  
Pathway ini diinisiasi oleh pengikatan receptor kematian pada permukaan sel pada 
berbagai sel. Reseptor kematian merupakan  bagian dari reseptor tumor nekrosis 
faktor yang terdiri dari cytoplasmic domain , berfungsi untuk mengirim sinyal
apoptotic. Reseptor kematian yang diketahui antara lain TNF reseptor tipe 1 yang
dihubungkan dengan protein Fas (CD95) . Pada saat Fas berikatan dengan 
ligandnya, membran menuju ligand (FasL). Tiga atau lebih molekul Fas bergabung 
dan cytoplasmic death domain  membentuk binding site  untuk adapter protein, 
FADD (Fas –associated death domain). FA DD ini melekat pada reseptor kematian 
dan mulai berikatan dengan bentuk inaktif da ri caspase 8. Molekul procaspase 8 
ini kemudian dibawa keatas dan kemudian pecah menjadi caspase 8 aktif.  
Enzym ini kemudian mencetuskan cascade aktifasi caspase dan kemudian
mengaktifkan procaspase lainnya dan mengak tifkan enzym untuk mediator pada 
fase eksekusi. Pathway ini dapat dihambat  oleh protein FLIP, tida k menyebabkan pecahnya  enzym procaspase 8 dan tidak menjadi aktif. 
2.     Intrinsik (Mitokondrial) Pathway 
Pathway ini terjadi oleh karena adanya  permeabilitas mitokondria dan pelepasan  molekul pro-apoptosis ke dalam sitoplasma,tanpa memerlukan reseptor kematian. Faktor pertumbuhan dan siinyal lainny a dapat merangsang pembentukan protein  antiapoptosis Bcl2, yang berfungsi sebagai  regulasi apoptosis. Protein anti  apoptosis yang utama adalah: Bcl-2  dan Bcl-x, yang pada keadaan normal  terdapat pada membrane mitokondria dan sitoplasma. Pada saat sel mengalami stress, Bc l-2 dan Bcl-x menghilang dari membran  mitokondria dan digantikan ol eh pro-apoptosis protein, s eperti Bak, Bax, Bim.  Sewaktu kadar Bcl-2, Bc l-x menurun, permeabilita s membran mitokondria  meningkat , beberapa protein dapat mengaktifkan cascade caspase.  Salah satu  protein tersebut adalan cytoc hrom-c yang diperlukan untuk  proses respirasi pada  mitokondria. Di dalam cytosol, cytochrom  c berikatan dengan protein Apaf-1   (apoptosis activating factor-1) dan mengakti vasi caspase-9. Protein mitokondria   lainnya, seperti Apoptosis Inducing Fa ctor (AIF)memasuki sitoplasma dengan   berbagai inhibitor apoptosis yang  pada keadaan normal untuk menghambat   aktivasi caspase.
1.  Eksekusi
Setelah sel menerima sinyal yang ses uai untuk apoptosis, selanjutnya organela-  organela sel akan mengalami degradasi yang diaktifasi oleh caspase proteolitik.   Sel yang mulai apoptosis , secara mikroskopis akan mengalami perubahan :
a.  Sel mengerut dan lebih bulat , karena pemecahan proteinaseous sitoskeleton   oleh caspase 
b.  Sitoplasma tampak lebih padat 
c.  Kromatin menjadi ko ndensasi dan fragmentasi yang  padat pada membran inti 
(pyknotik). Kromatin berkelompok di bagian perifer , dibawah membran inti   menjadi massa padat dalam berbagai bentuk dan ukuran. 
d.  Membran inti menjadi diskontinue dan DNA yang ada didalamnya pecah menjadi   fragmen-fragmen (karyorheksis).  Degr adasi DNA ini mengakibatkan inti terpecah menjadi beberapa nukleosomal unit 
e. Membran sel memperli hatkan tonjolan-tonjolan ya ng iregular / blebs pada   sitoplasma 
f.  Sel terpecah menjadi beberapa fragmen , yang disebut dengan apoptotic bodies. 
 g.  Apoptotic bodies ini akan difagosit oleh sel yang ada disekitarnya. 
   
2.  Pengangkatan sel yang mati
Sel yang mati pada tahap akhir apoptosis me mpuyai suatu fagositotik molekul pada   permukaannya ( cth : phosphatidylserine) . Phosphatidylserine ini pada keadaan normal berada pada permukaan cytosolic dari  plasma membran, tetapi pada proses   apoptosis tersebar  pada permukaan e kstraseluler melalui protein  scramblase.   Molekul ini merupakan suatu penanda sel  untuk fagositosis oleh sel yang   mempunyai reseptor yang sesuai, seper ti makrofag. Selanjutnya sitoskeleton   memfagosit melalui engulfment pada molekul tersebut. Pengangkatan sel yang mati  melalui fagosit terjadi tanpa disertai dengan respon inflamasi. 
Facebook Twitter Google+
Back To Top