Ascaris lumbricoides
Cacing
ini sering menginfeksi anak dibawah umur, telurnya sangat tahan hidup sampai
berbulan-bulan. Telur tersebut tahan terhadap formalin 2%, dan beberapa jenis
asam. Cacing banyak menginfeksi anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia. Cacing
jantan berukuran panjang 15-31 cm dengan diameter 2-4 mm, dan betinanya
berukuran panjang 20-40 cm dan diameter 3-6 mm.
Daur hidup
Cacing
dewasa hidup dalam usus halus (usus kecil), memakan sari makan dalam usus
(diduga menembus mukosa usus untuk menghisap darah). Kopulasi (kawin) terjadi
dalam usus. Cacing betina dapat memproduksi telur sampai 27 juta butir/ekor,
dengan ukuran telur 60-70 mm X 40-50 mm. Kulit telur transparan dengan
diselaputi lendir albumin yang berwarna kecoklatan.
Telur
yang dibuahi membentuk zigot dan keluar bersama feses. Zigot berkembang pada
suhu optimun (15,5-30oC), mati pada suhu 38oC. Pada
kondisi alamiah telur berkembang dalam tanah aerobik dan membentuk larva
didalam telur selama 10-14 hari (pada fase ini bila tertelan tidak menyebabkan
infeksi). Tetapi bila bentul L1 berkembang dan membentuk L2
dalam telur, maka telur tersebut menjadi telur infektif.
Bilamana
telur infektif tertelan maka L2 menetas dan secara aktif menembus
dinding mukosa usus dan terbawa ke hati melalui saluran limfe usus atau venula
usus. Dari hati larva terbawa kebilik kanan jantung dan kemudian ke paru-paru
melalui arteri paru-paru. Larva biasanya tinggal dalam paru selama beberapa
hari dan tumbuh bergerak melewati kapiler masuk kedalam alveoli. Kemudian
bergerak ke bronchioli, bronchi, trachea menuju glottis. Penderita terbatuk dan
larva tertelan dan masuk kedalam saluran pencernaan menuju usus halus kemudian
menjadi dewasa.
Selama
proses migrasi tersebut larva tumbuh dari ukuran 200 mm sampai 300 mm.
Ecdysis terjadi dalam usus halus dalam selang waktu 25-29 hari setelah larva
tertelan. Hanya larva yang mencapai moulting yang ke 4 yang dapat hidup menjadi
dewasa.
Patologi
Infeksi ringan: Terjadi kerusakan kecil karena penetrasi melalui
dinding mukosa usus oleh larva yang baru menetas (L2). Terjadi
respon peradangan (inflamatory respons) pada saat larva bermigrasi yaitu pada
organ limpa, hati, kelenjar limfe dan otak. Hal tersebut juga terjadi pada saat
larva bergerak dari kapiler paru ke sistem respirasi sehingga menyebabkan
perdarahan kecil (foci haemoragik).
Infeksi berat: Terjadi bila
sejumlah besar larva penetrasi melalui dinding usus sehingga menimbulkan
perdarahan pada dinding usus dan pada waktu bermigrasi ke paru akan
menimbuklkan pneumonia pada area yang luas sehingga dapat menyebabkan kematian
(Ascaris pneumonitis). Bilamana sejumlah cacing dewasa ada dalam usus, dapat
menimbulkan gejala sakit perut, asthma, insomnia dan sakit pada mata. Disamping
itu akan menimbulkan respon alergik bilamana cacing mengeluarkan bahan ekskresi
maupun sekresi. Sejumlah cacing dewasa dalam usus akan menyumbat saluran usus
yang mengakibatkan cacing dewasa menembus dinding usus atau apendiks usus. Hal
tersebut menyebabkan peritonitis yang mengakibatkan kematian pada penderita.
Bila cacing masuk kedalam apendiks dapat menimbulkan perdarahan lokal.
Diagnosis
Diagnosis secara
akurat pada waktu terjadi migrasi larva sulit dilakukan. Dengan melakukan
pemeriksaan pada dahak (sputum) penderita kadang dapat dilakukan. Diagnosis
pada umumnya dilakukan dengan memeriksa telur cacing pada feses penderita atau
cacing dewasa yang keluar dari anus penderita. Diagnosis juga dapat dilakukan
dengan gejala patogenik yang diderita pasien tetapi kebanyakan infeksi ringan
tidak menunjukkan gejala.
Pengobatan
Beberapa
obat aman diberikan dan efektif yaitu piperazin sering digunakan dan cukup
efisien. Obat lainnya seperti levamisol, pyrantel dan mebendazol juga cukup
baik.