Blog Seputar Cara Menghilangkan Jerawat, Cara Menghilangkan Bekas Jerawat, Cara Menghilangkan Jerawat Secara Alami, Cara Menghilangkan Komedo, Cara Memutihkan Wajah ,Cara Memutihkan Kulit, Cara Memutihkan Gigi, Cara Manfaat Daun Sirsak , Artikel Kesehatan , Makalah Kesehatan, Tips Kesehataan, Skripsi Kesehatan, manfaat dan Khasiat Daun, contoh surat.Contoh makalah

FORMULASI SEDIAAN TABLET EKSTRAK GOSSYPIUM HERBACEUM SEBAGAI ALTERNATIF KONTRASEPSI PRIA

Advertisement
Advertisement


  
FORMULASI SEDIAAN TABLET EKSTRAK GOSSYPIUM HERBACEUM
SEBAGAI ALTERNATIF KONTRASEPSI  PRIA

Ika S Rudiawati, Rice Riskiyah, Irma Rachmawati, Rama Perkasa, Dwi F Shofiyanti
Fakultas Farmasi, Universitas Jember, Jember

ABSTRAK
Ekstrak      Gossypium     herbaceum      telah      diketahui      berkhasiat      sebagai antispermatogenik  dan  tidak  menimbulkan  efek  toksik  pada  mencit,  sehingga perlu  diformulasikan  dalam  bentuk  sediaan  yang  lebih  efisien.  Penelitian  ini bertujuan   memformulasi          ekstrak     Gossypium   herbaceum      yang                  beraktivitas antispermatogenik  atau  kontrasepsi  pria  dalam  bentuk  sediaan  tablet.  Dalam formulasi dibandingkan pengaruh pemakaian tiga bahan pengikat yang berbeda yaitu  amilum tritici,  gelatin, dan  CMC  terhadap  sifat  fisik  tablet  (kekerasan, kerapuhan, waktu hancur). Dari hasil penelitian bahan pengikat yang paling baik adalah gelatin 10%.

Kata kunci : Formulasi tablet, Gossipium herbaceum, Gossypol, Kontrasepsi Pria

PENDAHULUAN
Laju  pertumbuhan  penduduk  Indonesia  masih  dirasakan  terlalu  tinggi walaupun  pemerintah telah mencanangkan program keluarga berencana. Hal ini terlihat pada jumlah penduduk Indonesia tahun 2003 mencapai 215.276.906 jiwa (Anonim, 2004). Keberhasilan program ini membentuk catur warga masih belum dapat dikatakan memuaskan karena  peningkatan jumlah penduduk tahun 2003 mencapai 1,50% (Anonim, 2004).
Program KB yang dicanangkan pemerintah menekankan pada penggunaan alat  kontrasepsi.  Kontrasepsi  adalah  usaha-usaha  untuk  mencegah  terjadinya kehamilan (Prawirohardjo, 1982). Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara atau permanen. Pada  umumnya  akseptor KB saat ini masih didominasi oleh kaum wanita  dan  penggunaan  kontrasepsi  hormonal  menduduki  peringkat  tertinggi (Anonim, 2004). Namun  kontrasepsi hormonal memiliki beberapa efek samping yaitu retensi cairan, sakit kepala dan fluor albus (Prawirohardjo, 1982).
Keterlibatan kaum pria sebagai akseptor KB masih jauh dari yang diharapkan.



Umumnya pria menggunakan alat kontrasepsi kondom dan vasektomi. Kedua metode  tersebut memiliki beberapa efek samping, diantaranya pada vasektomi dapat menimbulkan autoimmuno orchitis dan kemandulan seumur hidup (Yatim,
1994). Sedangkan pada kondom dapat menyebabkan kebocoran sperma dan iritasi (Prawiroharjo, 1982). Sehingga diperlukan suatu alat kontrasepsi pria yang aman, nyaman,  dan  terjangkau.  Maka  penting  adanya  suatu  obat  kontrasepsi  yang berasal dari bahan alam yang mempunyai efek samping serta toksisitas yang lebih rendah.
Salah  satu  bahan  alam  yang  berkhasiat  sebagai  kontrasepsi  pria  adalah Gossypol  (Dalimarta, 2003). Gossypol adalah senyawa polifenol berwarna yang diisolasi  dari  biji  Gossypium  herbaceum  (Yu  et  al,  1998).  Gossypol  dapat menyebabkan infertilitas dengan menekan spermatogenesis. Hal ini telah diteliti di propinsi Jiangxie China sejak tahun 1929. Dalam penelitian tersebut, beberapa responden  pria  yang  memakai  minyak  cotton  seed  mentah  memiliki  fertilitas rendah (Gu, et al, 2000). Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa  gossypol hanya  efektif  untuk  kontrasepsi  pria.  Pemakaian  langsung  ekstrak  Gossypium herbaceum                          untuk             pengobatan      memiliki          kelemahan.                  Ekstrak     Gossypium herbaceum memiliki rasa yang pahit dan bau yang tidak enak. Hal ini membuat pemakainya  tidak nyaman sehingga mengganggu proses pengobatannya. Untuk mengatasi  ketidaknyamanan   tersebut,  maka  perlu  dilakukan  penelitian  yang bertujuan      memformulasi ekstrak    Gossypium herbaceum         yang    beraktivitas antispermatogenik atau kontrasepsi pria dalam bentuk sediaan tablet.
Bentuk  sediaan  ini  dipilih  karena  memiliki  kelebihan  dibanding  bentuk sediaan lain  diantaranya adalah lebih acceptable dan merupakan sediaan yang tepat dosis.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian berupa artikel “Formulasi Sediaan Tablet  Ekstrak Gossypium herbaceum Sebagai Alternatif Kontrasepsi Pria”dan paten formula tablet ekstrak Gossypium herbaceum.

METODE PENDEKATAN
a. Waktu, lama, dan tempat dilakukannya observasi
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmasetika, Biologi dan Biomedik
Program Studi Farmasi Universitas Jember, dimulai pada bulan Februari Juni
2006 (lima bulan).
b. Bahan dan Alat yang digunakan
Alat yang digunakan antara lain: Neraca analitik, Seperangkat alat maserasi, Mesin pencetak tablet Healty, Hardness tester, Pharmeq Disintegration tester, Pharmeq Rotap sieve  shaker, Microskop binoculair dilengkapi micrometer Olympus , Oven Memert, Alat-alat gelas, Rotary evaporator, Corong Buchner, Sonde, Mortir-stamper dan Mikroskop dengan program WinTV 2000.
Bahan-bahan yang digunakan: Biji kapas (Gossypium herbaceum) dari daerah Lamongan  dan determinasinya dilakukan di Laboratorium Biologi   Farmasi Program  Studi  Farmasi  Universitas  Jember,  Etanol  96%,  Avicel,  amylum tritici  (tablet  grade),  CMC  (4  %),  Gelatin  (pharmaceutical  grade),  Asam stearat (pharmaceutical grade), Aquades, larutan ringer, 25 ekor mencit jantan dan tilosa 1%.


c. Metode untuk memperoleh data
1.  Pembuatan Ekstrak Etanol
Serat biji kapas dipisahkan, diperoleh biji berkulit, kulitnya dikupas, dan didapatkan inti biji (kernel). Inti biji ditumbuk lalu dikeringkan ditempat teduh, setelah kering, diserbuk dan diayak hingga diperoleh 1400 g serbuk kering berderajat halus. Serbuk dimaserasi dengan etanol 96 % sebanyak 9
L, kemudian  disaring  dengan  corong  Buchner  dan  diperoleh  maserat. Maserat  dipekatkan  dengan  rotary evaporator  hingga  diperoleh  ekstrak pekat. Ekstrak yang diperoleh diuapkan diatas water bath hingga diperoleh ekstrak  kental.  Kemudian   ditimbang  dengan  timbangan  analitik  dan diperoleh ekstrak Gossypium herbaceum sejumlah 90 g.
2.  Uji aktivitas ekstrak Gossypium herbaceum terhadap mencit jantan.
Ekstrak Gossypium herbaceum  dilarutkan dalam tilosa 1% dan dipejankan pada mencit jantan dengan tiga konsentrasi yang berbeda secara per oral. Pemejanan  dilakukan   setiap  hari  selama  lima  hari.  Kemudian  untuk mengetahui  pengaruh  ekstrak   Gossypium  herbaceum  terhadap  mencit jantan dilakukan pembedahan untuk mendapatkan epididimis. Epididimis dicacah  dan  disuspensikan  dalam  larutan   ringer,   kemudian  diambil cuplikan untuk dianalisa dengan mikroskop program WinTV 2000.
3.  Pembuatan Granul
Ekstrak  Gossypium   herbaceum   dikeringkan   dengan   avicel   sehingga didapatkan  ekstrak kering. Kemudian ekstrak kering dibagi 3 sehingga masing-masing formula mempunyai prosentase ekstrak 25 %.  Dilakukan granulasi  dengan  bahan  pengikat  Gelatin  (10  %),  CMC  (4  %),  dan mucilago amylum tritici (10 %). Granul diayak dengan ayakan 16 mesh. Granul  dikeringkan  pada  suhu  500C. Ditambah  Asam  stearat  sebagai bahan  pelincir  sejumlah  3%  dari  total  sediaan,  dan  diaduk   hingga homogen.
4.  Pengamatan Distribusi Ukuran Partikel
Massa granul sejumlah 10 g ditempatkan pada Rotap sieve shaker, mesin dinyalakan         selama 20                     menit.    Massa           pada      masing-masing               ayakan ditimbang.  Ukuran  partikel  granul  diamati  dengan  mikroskop  yang dilengkapi dengan lensa okuler berskala dan mikrometer.
5.  Pembuatan Tablet
Massa granul dikempa dengan mesin pencetak tablet. Diambil 20 tablet, diamati keseragaman bobotnya dengan neraca analitik.
6.  Uji aktivitas tablet ekstrak Gossypium herbaceum terhadap mencit jantan.
Tablet ekstrak Gossypium herbaceum     dilarutkan dalam tilosa 1% dan dipejankan pada mencit jantan secara per oral. Pemejanan dilakukan setiap hari  selama  lima  hari.   Kemudian  untuk  mengetahui  pengaruh  tablet ekstrak       Gossypium      herbaceum  terhadap          mencit jantan               dilakukan pembedahan  untuk  mendapatkan   epididimis.  Epididimis  dicacah  dan disuspensikan  dalam  larutan  ringer,  kemudian  diambil  cuplikan  untuk dianalisa dengan mikroskop program WinTV 2000.
7.  Uji Kekerasan Tablet
Lima  tablet  diambil  sebagai  sampel  dan  diukur  kekerasannya  dengan menggunakan hardness tester.


 
8.  Uji Waktu Hancur
Tablet dimasukkan dalam disintegration tester dengan pelarut air. Mesin
dinyalakan, dicatat waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur.
9.  Uji Friabilitas
Tablet dimasukkan friabilator lalu diuji kerapuhannya.
10. Analisis dan Evaluasi Hasil
Data distribusi ukuran partikel, data  uji kekerasan tablet, keseragaman bobot, dan waktu hancur dari ketiga macam tablet dengan bahan pengikat yang  berbeda  kemudian   dibandingkan  untuk  memilih  tablet  dengan formula terbaik.



d. Skema Kerja Penelitian



Pembuatan
Ekstrak      Gossypium



Uji Pada Mencit





Pembuatan Granul





Pengamatan Distribusi

Ukuran Partikel


Uji Pada Mencit





Pembuatan Tablet





Uji Keseragaman Bobot


Uji Kekerasan Tablet                            Uji Waktu Hancur





Analisis data

Gambar 2. Skema Kerja Penelitian

4. Data dan Analisis data
a. Pembuatan Ekstrak Gossypium herbaceum
Diperoleh ekstrak kental Gossypium herbaceum dengan pelarut etanol 96 %
sebanyak 5, 29 % dari bobot simplisia.
b. Uji aktivitas ekstrak Gossypium herbaceum terhadap mencit jantan
Pemejanan ekstrak Gossypium herbaceum terhadap mencit jantan dilakukan selama 7 hari dengan replikasi 3 kali, dengan tiga peringkat dosis:
1. Dosis I   = 1, 27 mg
2. Dosis II  = 2,12 mg
3. Dosis III = 3,75 mg  (Data hasil percobaan masih dalam proses pemejanan)
c. Pembuatan Granul
Ekstrak kental = 74 g dibagi 3 bagian untuk tiga macam formula
Dibuat formula dengan komposisi






Tabel 1.Resep atau Formula Tablet

Formula 1
Formula 2
Formula 3
R/ Ekstrak             25 %
Avicel                62 % Gelatin(10%) 10 % Asam Stearat   3 %
R/  Ekstrak             25 %
Avicel                 62 % CMC(4%)         10 % Asam Stearat   3 %
R// Ekstrak             25 %
Avicel                 62 % Gelatin(10%)   10 % Asam Stearat   3 %

d. Pembuatan Tablet
Tablet  dibuat  dengan  metode  kempa  cetak,  setelah  didapatkan  tablet kemudian dilakukan uji sifat fisika tablet meliputi :
1. uji keseragaman bobot
Diambil masing-masing 20 tablet dari formula yang berbeda, dihitung harga purata dan standar deviasinya, didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 2. Data uji keseragaman bobot

No
Formula 1
(Gelatin 10
%)(mg)
Formula 2
(CMC 4 %)(mg)
Formula 3
(Amilum Tritici
10 %) (mg)
1
390
339
324
2
387
339
318
3
390
338
320
4
385
340
315
5
387
340
314
6
386
335
318
7
387
343
319
8
390
337
327
9
390
340
302
10
386
342
316
11
390
335
323
12
387
342
289
13
384
337
325
14
384
344
331
15
383
338
322
16
387
332
313
17
385
343
314
18
386
338
324
19
385
337
325
20
388
338
324
x±SD
386,85 ± 2.23
323,85 ± 67.12
318,15 ± 9,37

2. Data uji kekerasan tablet
Lima  tablet  diambil  sebagai  sampel  dan  diukur  kekerasannya  dengan menggunakan hardness tester. Didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 3. data uji kekerasan tablet

No
Formula 1
(Gelatin 10 %) (kg)
Formula 2
(CMC 4 %) (kg)
Formula 3
(Amilum Tritici 10 %) (kg)
1
6
1,2
1
2
5
1
1,2
3
5,5
1,5
1
4
5,3
1
1
5
5
1,3
1

X = (5,36 ± 0,41)
X = (1,2 ± 0,12)
X = (1,04 ± 0,09)
Dalam bidang Industri kekerasan tablet yang sesuai adalah 4 kg (Ansel, 1989).






3. Data uji waktu hancur
Tablet dimasukkan dalam disintegration tester dengan pelarut air. Mesin
dinyalakan, dicatat waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur. Didapatkan data sebagai berikut :
1.  Formula 1 (Gelatin 10 %) = 14 menit
2.  Formula 2 (CMC 4 %) = 5 menit
3.  Formula 3 (Amilum Tritici 10 %) = 2 menit
Waktu yang diperlukan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut (Anonim, 1979).
4. Data kerapuhan tablet
20  tablet  diambil  sebagai  sampel  dan  diukur  kerapuhannya  dengan menggunakan friabilator. Didapatkan data persen kerapuhan sebagai berikut :
1.  Formula 1 (Gelatin 10 %) = 0,48 %
2.  Formula 2 (CMC 4 %) = 15 %
3.  Formula 3 (Amilum Tritici 10 %) = 54 %
Kerapuhan yang masih memenuhi syarat adalah 0,5%-1% (Anonim, 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Formulasi sediaan tablet ekstrak Gossypium herbaceum menggunakan tiga bahan  pengikat  yang berbeda yaitu gelatin 10%, CMC 4%, dan mucilago tritici
10%. Bahan pengikat dalam formulasi tablet     berpengaruh terhadap sifat fisik tablet. Sifat fisik tablet yang diamati antara lain :
Uji keseragaman bobot
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa formulasi 1 mempunyai keseragaman bobot yang paling baik dibanding formulasi 2 dan 3. Hal ini ditunjukkan dengan nilai          distribusi (standar  deviasi) terkecil. Semakin kecil standar deviasi maka simpangan bobot semakin besar. Keseragaman bobot tablet dipengaruhi oleh sifat alir granul sedangkan sifat alir granul dipengaruhi oleh bahan pengikat.
Uji kekerasan tablet
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada ketiga formula pembuatan ekstrak  Gossypium  herbaceum,  tablet  yang  dihasilkan  memiliki  kualitas  yang berbeda-beda.  Tablet  yang  menggunakan  pengikat  gelatin  memiliki  kekerasan baik sekali sesuai dengan  persyaratan Farmakope Indonesia III, namun untuk formula dengan pengikat CMC dan amilum tritici tidak sesuai. Hal ini disebabkan sifat dari bahan pengikat gelatin lebih baik daripada kedua pengikat lainnya dan sifat dari ekstrak Gossypium herbaceum yang lebih mudah dibuat granul dengan pengikat gelatin.
Uji kerapuhan tablet
Uji friabilitas pada ketiga formula menunjukkan bahwa tablet yang memiliki friabilitas  paling bagus adalah formula dengan bahan pengikat gelatin. Hal ini dikarenakan           gelatin   mengikat         kuat        komponen-komponen   tablet sehingga kerapuhan   tablet    akibat gesekan      mekanis         masih   dalam                       rentang yang dipersyaratkan Farmakope Indonesia III.
Uji waktu hancur
Uji waktu hancur menunjukkan lama tablet hancur didalam saluran cerna untuk proses  absorbsi di saluran cerna. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa formula 1 dengan bahan pengikat gelatin memiliki waktu hancur yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia III. Bahan pengikat berperan dalam perlekatan






antar partikel bahan-bahan penyusun tablet sehingga berpengaruh terhadap waktu hancur.
Perbandingan Sifat Fisika Tiga Formula Tablet Berdasarkan Nilai Distribusi
Data
Hasil analisa data yang diperoleh dapat dibandingkan secara kualitatif berdasarkan pemenuhannya terhadap prasyarat sifat fisik tablet yang baik.
Tabel 4. Peringkat sifat fisik tablet
Variabel
Formula
1 (Gelatin 10%)
2 (CMC 4%)
3 (Amilum tritici)
Keseragaman bobot
3
1
2
Kekerasan tablet
3
1
1
Waktu hancur
3
2
1
Kerapuhan
3
2
1
Jumlah
12
6
5

Keterangan : Peringkat 3 : baik Peringkat 2 : cukup baik Peringkat 1 : kurang baik

Dari tabel diatas dapat diketahui peringkat formula terbaik adalah Formula 1 > Formula 2 > Formula 3

KESIMPULAN
Ekstrak Gossypium herbaceum dapat diformulasi dalam bentuk sediaan tablet yang baik  secara fisik dengan formula : ekstrak Gossypium herbaceum 25 % , Avicel 62 %, Gelatin(10%)  10 %, Asam Stearat   3 %.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia ed. Ketiga, Depkes RI, Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia ed. Keempat, Depkes RI, Jakarta
Anonim,    1995,    Farmakologi    dan    Terapi,    Bagian    Farmakologi    Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia, Jakarta
Anonim,  1999,  Organic  Compouds  That  Affect  The  Heart,  Departement  of Veterinary  Biosciences,  College  of  Vetenary  Medicine,  University  of Illinois       at           Urbana-Champaign    Urbana,                     IL,       USA, http://www.ivis.org/advances /Beasley/ cpt14f/ chapter_frm.asp?LA=1
Anonim.   2000.   The   United   States   Pharmacopeia   Book   1.   United   States
Pharmacopeial Convention. Inc: USA.
Anonim , 2001, Kapas, Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, Dinas
Pertanian, Malang
Anonim, 2002, Kapas, Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, Dinas
Pertanian, Malang
Anonim, 2004, Jawa Timur Dalam Angka 2003, BPS Propinsi Jatim, Surabaya, JawaTimur
Anonim,  2004,  Statistik  Indonesia  2003,  BPS  Statistik  Indonesia,  Jakarta, Indonesia
Ansel, H., 1989, Pengantar bentuk sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta

 Aulton,  M.  J.,  1988,  Pharmaceutics  The  Sience  of  Dosage  Form  Design, Churchill livingstone, Hongkong
Dalimartha, S., 2003, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3, Trubus Agriwidya, Jakarta
Gu  et  al,  2000,  Asian  Journal  of  Andrology  2000;  vol  2(4),  pp  283-287, http://www.malecontraceptives.org/methods/gossypol_frame.html
Gu ZP,  Wan  YX,  Sang  GW,  Wang  WC,  Chen  ZX,  Zhao  XJ,  et  al,  1990,
Relationship     between    hormone    profiles     and    the    testoration     of spermatogenesis  in  men  treated  with  gossypol,  Shanghai  Institute  of Materia Medica, Chinese Academy of Sciences, Shanghai  200031, China
Meng et al, 1988, Internat'l Journal of Andrology 1988; vol 11(1), PP 1-11, http://www.malecontraceptives.org/methods/gossypol_frame.html
Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, ITB, Bandung
Segal, S.J.,2000 Low dose gossypol for male contraception, Population Division, Rockefeller Foundation, New York, USA
Steenis, V. et all, 1975, Flora untuk Sekolah di Indonesia, Pradnya Pramita, Jakarta
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, UGM Press, Yogyakarta
Waites et al, 1998, Internat'l Journal of Andrology 1998; vol 21(1), PP 8-12, http://www.malecontraceptives.org/methods/gossypol_frame.html
Yatim, W.,1994, Reproduksi dan Embryologi, Transito, Bandung
Yu  et  al,  1998,  Internat'l  Journal  of  Andrology  1998;  vol  21(1),  PP  2-7, http://www.malecontraceptives.org/methods/gossypol_frame.html
Facebook Twitter Google+
Back To Top