Blog Seputar Cara Menghilangkan Jerawat, Cara Menghilangkan Bekas Jerawat, Cara Menghilangkan Jerawat Secara Alami, Cara Menghilangkan Komedo, Cara Memutihkan Wajah ,Cara Memutihkan Kulit, Cara Memutihkan Gigi, Cara Manfaat Daun Sirsak , Artikel Kesehatan , Makalah Kesehatan, Tips Kesehataan, Skripsi Kesehatan, manfaat dan Khasiat Daun, contoh surat.Contoh makalah

VIRUS POLIO (PV)ETIOLOGI DAN SEROTIPE POLIOVIRUS|SIKLUS HIDUP, PATOGENESIS DAN GEJALA

Advertisement
Advertisement

Virus polio (PV)

Poliovirus (PV), adalah merupakan agen penyakit radang otak poliomyelitis yang termasuk dalam famili Picornaviridae.  Poliovirus terdiri dari singgel strand RNA genome dengan panjang nukleosida 7500 dengan kapsid protein. Poliovirus pertama diisolasi pada tahun 1909 oleh Karl Landsteiner dan Erwin Popper. Genom poliovirus pertama dipublikasi pada tahun 1981 oleh dua kelompok tim peneliti yang berbeda yaitu: Vincent Racaniello dan David Baltimore di MIT dan oleh Naomi Kitamura dan Eckard Wimmer pada Stony Brook University. Poliovirus adalah salah satu virus yang paling baik yang dapat dikarakterisasi dan digunakan sebagai model untuk dipelajari mengenai biologi dari virus RNA. Pada tahun 2008 spesies poliovirus dieliminasi dari genus Enterovirus dan tiga serotipe dimasukkan dalam spesies Human enterovirus-C, dalam genus Enterovirus dan famili Picornaviridae.  Tipe spesies dari genus Enterovirus  dirubah dari poliovirus menjadi Human enterovirus.

Etiologi dan serotipe poliovirus

Ukuran diameter partikel poliovirus adalah 30 nm dengan bentuk/morfologi icosahedral simetri. Poliovirus sangat sederhana, karena genomnya yang pendek (RNA) dan bentuk ikosahedral encapsulated protein. tidak beramplop. Struktur poliovirus mirip dengan jenis enteroviruspafa manusia lainnya seperti coxsackieviruses, echoviruses, dan rhinoviruses, yang selalu menggunakan fasilitas imunoglobulin untuk masuk kedalam sel hospes. Hasil analisis filogenetik RBA dan sequen protein poliovirus menunjukkan bahwa PV berevolusi dari kluster-C “Coxsackie A virus ancestor”, yang terjadi karena mutasi dalam kapsid protein.   Perbedaannya adalah spesiasi dari virus polio mungkin terjadi dari hasil perubahan pada reseptror seluler yang spesifik yaitu “inter-cellular adhesion molekul-1(ICAM-1), yang digunakan oleh c-celluler Coxsack A virus, pada CD15; menyebabkan perubahan pathogenesis dan merubah virus menginfeksi jaringan saraf. Laju mutasi virus relative tinggi walaupun poliovirus termasuk virus RNA, dengan substitusi sinonim 1,0X10-2 lokasi, dan yang non sinonim adalah 1,0X10-4 lokasi per tahun. Berdasarkan pada genom mutasi terjadi tidak secara acak dengan adenosin lebih jarang dari yang diharapkan pada 5’ end dan lebih tinggi pada 3’ end. Ada tiga serotipe dari PV yaitu yaitu PV1, PV2 dan PV3, masing masing sedikit berbeda pada kapsid proteinnya. Pada protein kapsid terciri adanya perbedaan pada reseptor sifat antigeniknya. PV1 paling sering dijumpai di alam, tetapi semua tipe adalah sangat infeksius. Tie “wild” ditemukan pada dua benua, seperti yang telah dilaporkan pada tahun 2012, PV1 terlokalisasi di Pakistan dan Afganistan , Nigeria dan Chad di Afrika  ditemukan wild poliovirus tipe 2 yang diduga telah diberantas, dideteksi terakhir pada bulan Oktober 1999 di Utar Prades India. Tipe wild PV3 ditemukan di sebagian negara Nigeria dan Pakistan. Strain/galur yang spesifik tersebut digunakan untuk membuat vaksin terhadap poliovirus. Inaktive poliovaksin (IPV) dibuat dengan cara diinaktifkan dengan menambahkan formalin untuk ketiga tipe wild poliovirus, sedankan strain referens adalah Mahoney atau Brunenders (PV1), MEF1/Lansing(PV2), dan Saukett (PV3). Oral polio vaksin (OPV) berisi “live attenuated” (virus yang lemah/dilemahkan) strain dari ketiga serotipe poliovirus tersebut. Strain virus yang di pasase pada sel epithel ginjal monyet dapat menyebabkan mutasi dari virus tersebut dan melemahkan virus, sehingga tidak dapat menginfeksi jaringan saraf.

  
 Siklus hidup, patogenesis dan gejala

Siklis perkembang-biakan poliovirus dimulai dari perlekatan pada permukaan dinding sel hospes pada reseptor CD155 (immunoglobulin like receptor) atau juga disebut poliovirus receptor (PVR) pada permukaan sel hospes. Interaksi antara poliovirus dengan CD155 bersufat irreversibel. Mekanisme bagaimana poliovirus masuk kedalam sel hospes masih belum jelas. Penempelan virus pada membran sel, dan masuknya asam nukleat kedalam sel diduga ada dua cara yaitu: melalui formasi pori-pori dalam plasma membran, dimana RNA diiknjeksikan kedalam sitoplama, atau  virus diambil oleh reseptor  mediated endositosis. Pada hasil penelitian mutakhir melaporkan bahwa poliovirus melekat pada CD155 dan ditelan melalui cara endositosis. Segera setelah partikel virus masuk dalam sitoplasma, RNA virus yang merupakan singgel strand positive RNA dibebaskan. Genome yang menutupi partikel virus  digunakansebagai “messenger RNA” segera ditranslasi oleh sel hospes. Pada waktu masuk dalam sel, virus menggunakan translasi sel hospes sebagai alat yang menyebabkan  terhambatnya produksi sintesis protein seluler hospes, karena digunakan untuk memprodukasi  spesifik protein dari virus. Tidak seperti mRNA sel hospes, 5’end dari mRNA poliovirus sangat panjang yaitu sekitar lebih dari 700 nukleotida dan strukturnya sngat baik. Daerah genom viral tersebut  disebut “internal ribosoma entry side” (IRES) dan langsung mentranslasi viral RNA. Mutasi genetik pada)
Poliovirus mRNA ditranslasi sebagai polipeptida yang panjang, kemudian membelah diri oleh protease internal menjadi sekitar 10 individu virala protein, yaitu:
3Dpol, an “RNA dependent RNA polymerase” yang berfungsi untuk mengkopi dan memperbanyak genome ciral RNA
2Apro and 3Cpro/3CDpro, “proteases” yang membelah viral polipeptida
VPg (3B), protein kecil yang mengikat viral RNA yang berfungsi untuk mensintesis stran positiv dean negativ RNA
2BC, 2B, 2C, 3AB, 3A, 3B proteins, Mengkompromasi protein komplek diperlukan untuk replikasi virus.
VP0, VP1, VP2, VP3, VP4 proteins, untuk kapsid virus.
Pembentukan partikel virus baru, (mis: pengepakan genom virus dalam kapsid  supaya dapat hidup diluar sel hospes) masih belum jelas. Waktu yang diperlukan sejak mulai infeksi sampai masuk dalam sel dan mulai pembentukan virus adalah sekitar 4-6 jam (dalam biakan jaringan sel mamalia). Mekanisme bagimana virus dibebaskan dari sel masih bekum jelas, tetapi setiap terjadinya kematian sel diproduksi sekitar 10.000 virion polio.
Keberadaan reseptor CD155 diperkirakan sebagai penyebab terjadinya infeksi virus masuk kedalam sel hewan atau manusia. Reseptor CD155 hanya ditemukan pada sel manusia, jenis primata dan jenis monyet lainnya. Tetapi poliovirus hanya dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan tidak menginfeksi secara alamiah pada spesies lain, sedangkan simpanse dan monyet hanya diinfeksi sebagai hewan coba. Protein CD155 mempunyai beberapa domain, D1 mengandung lokasi perlekatan (binding site) poliocirus, dalam domain ini berisi 37 asam amino yang berperan dalam perlekatan virus. Poliovirus termasuk famili enterovirus, maka jalur infeksinya terjadi melalui mulut, viral replikasi terjadi dalam saluran pencernaan. Virus dieksresikan melalui feces dan menular ke individu lain melalui makanan yang terkontaminasi. Pada banyak kasus virus dapat ditemukan dalam peredaran darah (viremia) dan infeksi virus ini tidak menunjukkan adanya gejala (asimptomatis). Pada sekitar 5% kasus, virus menyebar dan bereplikasi dalam jaringan lain seperti jaringan lemak, retikuloendotelial, dan jaringan otot. Replikasi yang permanen pada suatu jaringan dapat menyebabkan terjadinya viremia sekunder dan dapat menimbulkan gejala seperti demam, sakit kepala dan sakit tenggorokan. Kelumpuhan/paralysis poliomyelitis dapat terjadi pada sekitar kurang dari 1% penderita infeksi poliovirus. Penyakit paralysis terjadi bila virus masuk kedalam sistem saraf pusat danbereplikasi dalam sel sraf motorik dan sumsum tulang belakang, batang otak atau korteks motorik, hal tersebut menyebabkan kerusakan  motorik neuron (sel saraf gerak/motorik) mengakibatkan terjadinya kelumpuhan temporer atau permanen. Pada beberapa kasus yang jarang terjadi poliomyelitis dapat menyebabkan kelumpuhan respirasi sehingga terjadi kasus kematian. Pada kasus poliomyelitis penyakit paralysis, jaringan otot dirasakan sakit/nyeri dan kejang-kejang yang diikuti dengan kelemahan dan paralysis. Paralysis terjadi secara persisten pada jaringan otot dalam waktu beberapa hari sampai beberapa minggu. Mekanisme bagaimana virus masuk kedalam saraf otak masih belum jelas. Ada tiga teori bagaimana mekanisme poliovirus masuk kedalam sistem saraf pusat, semuanya diawali terjadinya viremia. Teori pertama virion langsung masuk melalui pembuluh darah yang mengalir kedalam otak melewati barier darah otak, tidak melalui reseptor CD155.  Teori kedua, virion ditransport dari jaringan perifer yang telah terinfeksi virus dan dilepas dalam darah, misalnya jaringan otot menuju sumsum tulang bealakang melalui jalur saraf (“retrograde axonal transport”). Teori ketiga adalah poliovirus diimport dari jaringan yang terinfeksi masuk kedalam sistem saraf pusat melalui infeksi monosit atau makrofag. Poliomyelitis adalah penyakit yang menyeran sistem saraf pusat, tetapi CD155 ditemukan pada permukaan semua sel pada manusia. Dari hal tersebut maka reseptor tidak terekpresi dan poliovirus memilih menginfeksi jaringan tertentu, hal ini diduga  jaringan yang ditempati terdeterminasi oleh virus setelah  virus masuk menginfeksi kedalam sel. Hasil penelitian terakhir melaporkan bahwa interferon alpha dan bettha  adalah faktor yang penting untuk menentukan tipe sel yang mana yang mensuport poliovirus bereplikasi. Pada hewan coba mencit, melalui rekayasa genetik mengekspresikan CD155, tetapi sedikit reseptor interferon, poliovirus dapat bereplikasi  dalam berbagai jaringan dan juga dapat diinfeksi melalui oral.
Walaupun poliovirus dapat menyebabkan paralysis dan kematian, kebanyakan orang yang terinfeksi  oleh poliovirus tidak menjadi sakit dan tidak begitu memperhatikan bahwa mereka telah terinfeksi oleh virus ini. Ada dua bentuk infeksi poliovirus menurut gejala yang timbul yaitu:nNonparalytik polio dan paralitik polio
Nonparalytik polio

Beberapa orang yang terinfeksi poliovirus momparalytik  tidak menunjukkan gejala paralysis (disebut abortive polio). Biasanya komndisi tersebut hanya menyebabkan gejala mirip flu dan gejala umum lainnya, seperti demam \, sakit tenggorokan, sakit kepala, muntah, lesu, sakit punggung, leher, nyeri atau kekakuan pada lengan dan kaki, kekejangan, dan meningitis. Gejala ini berjalan sekitar satu \sampai 10 hari.
Facebook Twitter Google+
Back To Top