Blog Seputar Cara Menghilangkan Jerawat, Cara Menghilangkan Bekas Jerawat, Cara Menghilangkan Jerawat Secara Alami, Cara Menghilangkan Komedo, Cara Memutihkan Wajah ,Cara Memutihkan Kulit, Cara Memutihkan Gigi, Cara Manfaat Daun Sirsak , Artikel Kesehatan , Makalah Kesehatan, Tips Kesehataan, Skripsi Kesehatan, manfaat dan Khasiat Daun, contoh surat.Contoh makalah

MATERI KESEHATAN PENELUSURAN MEKANISME ANTIKANKER SECARA IN VITRO

Advertisement
Advertisement

MATERI KESEHATAN

MATERI POKOK :

            Penelusuran mekanisme antikanker secara in vitro 

Pemanfaatan sel mamalia dalam bidang bioteknologi telah berkembang dengan pesat. Kultur sel mamalia yang digunakan saat ini, baik kultur sel primer, kultur sekunder maupun lini sel sangat beragam jenis dan jumlahnya. Pemanfaatan kultur sel mamalia sangat luas, di antaranya meliputi studi mekanisme penyakit pada aras molekuler, penelusuran mekanisme aksi obat, ekspresi dan produksi protein rekombinan dan antibodi monoklonal serta penentuan regimen terapi yang tepat bagi pasien di rumah sakit.
Di dalam bidang farmasi, khususnya dalam penemuan obat, peran kultur sel mamalia sangatlah penting. Sel mamalia banyak digunakan untuk pengembangan teknik-teknik pengujian secara in vitro.
Sebut saja penelitian antikanker, pengujian umum yang dilakukan untuk mengetahui potensi suatu senyawa atau bahan adalah uji sitotoksisitas pada sel kanker. Parameter IC50 digunakan sebagai parameter untuk melihat potensi kandidat antikanker tersebut.
Untuk menguji suatu kandidat antikanker, parameter IC50 hanyalah data awal saja. Parameter lain yang umum diamati adalah jenis kematian sel yang diakibatkan oleh kandidat antikanker. Apakah nekrosis atau apoptosis.
 Contoh Penelitian :
·         Bagian ketiga adalah mengkaji mekanisme in vitro antikanker melalui penghambatan inflamasi, pemacuan apoptosis, dan penghambatan pembelahan sel. Penghambatan inflamasi melalu penurunan ekspresi COX-2. Pemacuan apoptosis dikaji melalui mekanisme ekspresi penurunan ekspresi bcl-2, dan peningkatan kaspase 3. Mekanisme antiproliferasi melalui mekanisme peningkatan ekspresi p53, p21, GADD45, serta penurunan ras sesudah pemberian isolat paling aktif terhadap cell line T47D secara in vitro. Penelitian ini termasuk dalam jenis eksperimental.
·         Senyawa golongan flavonoid mampu menghambat proses karsinogenesis baik secara in vitro maupun in vivo. Penghambatan terjadi pada tahap inisiasi, promosi maupun progresi melalui mekanisme molekuler antara lain inaktivasi senyawa karsinogen, antiproliferatif, penghambatan angiogenesis dan daur sel, induksi apoptosis, dan aktivitas antioksidan (Ren et al., 2003). Sebagian besar senyawa karsinogen seperti hidrokarbon aromatik polisiklik (HAP) memerlukan aktivasi oleh enzim sitokrom P450 membentuk intermediet yang reaktif sebelum berikatan dengan DNA. Ikatan kovalen antara DNA dengan senyawa karsinogen aktif menyebabkan kerusakan DNA. Flavonoid dalam proses ini berperan sebagai agen pencegah tumorigenesis. Pengeblokan aksi karsinogen dapat melalui beberapa mekanisme antara lain melalui inhibisi aktivitas isoenzim sitokrom P450 yaitu CYP1A1 dan CYP1A2 sehingga senyawa karsinogen tidak reaktif. Mekanisme pencegahan yang lain dapat terjadi melalui induksi enzim pemetabolisme fase II yang berperan penting dalam detoksifikasi senyawa karsinogen. Flavonoid juga meningkatkan ekspresi enzim gluthation S-transferase (GST) yang dapat mendetoksifikasi karsinogen reaktif menjadi tidak reaktif dan lebih polar sehingga cepat dieliminasi dari tubuh. Selain itu, flavonoid juga dapat mengikat senyawa karsinogen sehingga dapat mencegah ikatan dengan DNA, RNA, atau protein target (Ren et al., 2003). Sifat antioksidan dari senyawa flavonoid juga dapat menginhibisi proses karsinogenesis. Fase inisiasi kanker seringkali diawali melalui oksidasi DNA yang menyebabkan mutasi oleh senyawa karsinogen (Kakizoe, 2003). Karsinogen aktif seperti radikal oksigen, peroksida dan superoksida, dapat distabilkan oleh flavonoid melalui reaksi hidrogenasi maupun pembentukan kompleks (Ren et al., 2003). Peningkatan ekspresi enzim GST memberikan keuntungan apabila dikombinasikan dengan obat-obat sitostatik. Pada umumnya, obat-obat sitostatik yang aktif sebagai antikanker adalah bentuk molekulnya, kecuali tipe alkilator seperti klorambusil, siklofosfamid, bleomisin, dan teotepa. Metabolit hasil biotransformasi fase I dari obat sitostatik bersifat lebih toksik dan tidak mempunyai efek farmakologis. Enzim GST akan mendetoksifikasi metabolit tersebut melalui reaksi konjugasi dengan gluthation sehingga menghasilkan metabolit yang lebih polar dan mudah diekskresikan dari tubuh. Meiyanto et al. (2007) melaporkan bahwa ekstrak etanolik daun G. procumbens mampu menghambat pertumbuhan tumor payudara tikus yang diinduksi karsinogen DMBA (7,12-dimetil benz(a)ntrazena). Pemberian ekstrak sebelum dan selama fase inisiasi mampu meningkatkan aktivitas enzim GST. Dengan demikian, detoksifikasi metabolit DMBA (epoksida) akan meningkat dan dapat diekskresikan dalam bentuk merkapturat (bentuk yang lebih polar) ke dalam urin atau feses. Penurunan metabolit reaktif DMBA menyebabkan penurunan insidensi ikatan dengan DNA (DNA adduct) sehingga proses karsinogenesis dapat dihambat.


Facebook Twitter Google+
Back To Top