SEJARAH KESEHATAN
MENTAL
Sejarah kesehatan mental tidaklah
sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini terutama karena masalah mental bukan
merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan terlihat. Berbeda
dengan gangguan fisik yang dapat dengan relatif mudah dideteksi, orang yang mengalami
gangguan kesehatan mental sering kali tidak terdeteksi. Sekalipun oleh anggota
keluarganya sendiri. Hal ini lebih karena mereka sehari-hari hidup bersama
sehingga tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang
biasa, bukan sebagai gangguan.
Khusus untuk masyarakat I ndonesia,
masalah kesehatan mental saat ini belum begitu mendapat perhatian yang serius.
Krisis yang saat ini melanda membuat perhatian terhadap kesehatan mental kurang
terpikirkan. Orang masih fokus pada masalah kuratif, kurang memperhatikan
hal-hal preventif untuk menjaga mental supaya tetap sehat. Tingkat pendidikan
yang beragam dan terbatasnya pengetahuan mengenai perilaku manusia turut membawa dampak kurangnya kepekaan masyarakat
terhadap anggotanya yang mestinya mendapatkan pertolongan di bidang kesehatan
mental. Faktor budaya pun seringkali membuat masyarakat memiliki pandangan yang
beragam mengenai penderita gangguan mental. Oleh sebab itu, berikut dipaparkan
sejarah mengenai perkembangan kesehatan mental, terutama di Amerika dan Eropa,
dan semoga paparan ini menjadi referensi berbagai pandangan mengenai kesehatan
mental yang saat ini ada di Indonesia.
A.GANGGUAN MENTAL
TIDAK DIANGGAP SEBAGAI SAKIT
(Tahun
1600 dan sebelumnya)
Dukun asli Amerika (Indian), sering
juga disebut sebagai “penyembuh” (healer,shaman)
orang yang mengalami gangguan mental dengan cara memanggil kekuatan
supranatural dan mejalani ritual penebusan dan penyucian.
Pandangan masyarakat saat itu
menganggap bahwa orang yang mengalami gangguan mental adalah karena dimasuki
oleh roh-roh yang ada di sekitar. Mereka dianggap melakukan kesalahan kepada
roh-roh atau menjadi medium dari roh-roh untuk menyatakan keinginannya. Oleh
karena itu, mereka sering kali tidak dianggap sakit, sehingga mereka tidak
disingkirkan dan dibuang seta masih mendapatkan tempat dalam masyarakat.
Tahun
1692
Mendapatkan pengaruh para imigran dari
Eropa yang beragama Nasrani, di Amerika orang yang bergangguan mental saat itu
sering dianggap terkena sihir/guna-guna atau dirasuki setan. Ini merupakan
penjelasan yang diterima secara umum sehingga masyarakat takut dan membenci
mereka yang dianggap memiliki kekuatan sihir. Bahkan pengadilan pernah memvonis
19 orang untuk digantung karena dianggap memiliki sihir. Padahal mereka yang
dianggap memiliki kekuatan sihir kemungkinan besar mengalami gangguan mental
sehingga hidup mereka tampak aneh dan berbeda bagi kebanyakan orang.
Sejarah kesehatan mental di Eropa,
khususnya Inggris, agak sedikit berbeda, sebelum abad ke-17, orang gila
disamakan dengan penjahat/kriminal, sehingga mereka dimasukkan ke dalam
penjara.
John Locke (1690) dalam tulisannya yan
berjudul An Essay Concerning
Understanding, menyatakan bahwa
terdapat derajad kegilaan dalam diri setiap orang yang disebabkan oleh emosi
yang memaksa orang untuk memunculkan ide-ide salah dan tidak masuk akal secara
terus-menerus. Kegilaan adalah ketidakmampuan akal untuk mengeluarkan gagasan
yang berhubungan dengan pengalaman secara tpat. Pandangan John Locke ini
bertahan di Eropa sampai abad ke-18.
B. GANGGUAN MENTAL DIANGGAP SEBAGAI SAKIT
Tahun
1724
Pendeta Cotton Mather (1663-1728)
mematahkan tahkhayul yang hidup di masyarakat berkaitan dengan sakit jiwa
dengan memajukan penjelasan secara fisik mengenai sakit jiwa itu sendiri. Pada
saat ini benih-benih pendekatan secara medis mulai dikenalkan, yaitu dengan
memberikan penjelasan masalah kejiwaan sebagai akibat gangguan yang terjadi di
tubuh.
Pada abad ke-17 dan 18 individu yang
menderita penyakit mental berada dalam penderitaan yang besar di tangan
masyarakat Amerika. Mereka dilihat sebagai seorang yang dirasuki setan atau
dicirikan sebagai dikuasai sifat-sifat kebinatangan sehingga mereka menjadi
subjek penanganan yang menyedihkan. Penyiksaan fisik maupun mental merupakan
hal yang umum dan penggunaan pembatas fisik yang meluas seperti jacket yang
ketat dengan tangan yang berat dan kaki yang dirantai-mengeluarkan pasien dari
martabat dan kebebasannya. Para pendiri
pada abad ke 19, seperti Phillip Pinel di Perancis dan Dorothea Dix,
membuat lompatan besar dengan mempromosikan penanganan manusiawi bagi penderita
penyakit mental, tetapi kondisinya masih jauh dari ideal. Phillipe Pinel
ditunjuk sebagai dokter yang mengawasi Rumah sakit Bicetre, Paris (rumah sakit
jiwa untuk pria) pada tahun 1793. Dia memutuskan uuntuk tidak meranntai pasien
gila. Dia kemudian ditempatkan di Salpetriere (rumah sakit jiwa untuk wanita)
pada tahun 1795.
Benjamin Rush (1745-1813) menjadi salah
satu pengacara mula-mula yang menangani masalah penanganan secara manusiawi
untuk penyakit mental dengan publikasinya yang berjudul Medical Inquiries and Observations Upon Diseases of the Mind. Ini merupakan buku tesk psikiatri Amerika
pertama.
Antara tahun 1830-1860 di Inggris
timbul optimisme dalam menangani pasien sakit jiwa (Therapeutic Optimism). Hal ini disebabkan berkembangkannya teori dan
teknik dalam menangani orang sakit jiwa di rumah sakit jiwa. Pada masa ini
tumbuh kepercayaan bahwa penanganan di rumah sakit jiwa merupakan hal yang
benar dan cara ilmiah untuk menyembuhkan kegilaan. Pada tahun 1842 psikiater
mulai masuk dan mendapatkan peranan penting di rumah sakit, menggantikan ahli
hukum yang selama ini ternyata membuahkan kegagalan, maka tidak lama kemudian
muncul masa terapi psimisme (therapeutic pesimism) . ini teruma dipengaruhi
oleh sosialisme. Darwin menyatakan bahwa gangguan mental adalah perkembangan
evolusi sehingga merupakan bawaan dan tidak mungkin diubah lagi.
Tahun
1843
Kurang lebih terdapat 24 rumah sakit,
tapi hanya ada 2.561 tempat tidur yang tersedia untuk menangani penyakit mental
di Amerika Serikat.
Tahun
1908
Clifford Beers (1876-1943) menderita
manis depresif pada tahun 1900. Dia merupakan lulusan Yale dan seorang bisnisman,
yang kemudian mengalami gangguan setelah mengalami sakit dan saudara
laki-lakinya meninggal. Setelah mencoba bunuh diri, Dia di masukkan ke rumah
sakit mental swasta di Connecticut. Dia menjadi subjek penanganan yang tidak manusiawi dan mengalami penyiksaan fisik dan
mental di bawah kekuasaan orang yang
tidak terlatih dan tidak kompoten di rumah sakit. Beers kemudian menghabiskan beberapa tahun di berbaggai negeri
Middletown, Connecticut. Penanganan tidak manusiawi yang diterimanya di
institusi ini mencetuskan keberanian untuk memperbaharui perawatan bagi
individu yang menderita penyakit mental di Amerika Serikat. Pada tahun 1908 dia
menulis buku yang berjudul A Mind That Found Itself, merupakan laporan
pengalamannya sendiri sebagai pasien sakit mental dan secara jelas
menggambarkan kekejaman lembaga perawatan. Buku tersebut memberikan akibat yang
segera, menyebarakan visinya mengenai gerakan kesehatan mental. Beers kemudian
mendirikan Masyarakat Connecticut untuk Mental Higiene yang kemudian pada tahun
berikutnya berubah menjadi Komite Nasional untuk Mental Higience (the National
for Mental Hygience). Yang merupakan pendahulu Asosiasi Kesehatan Mental
Nasional sekarang ini.
Tujuan Asosiasi ini adalah untuk:
- Memperbaiki sikap masyarakat terhadap
penyakit mmental dan penderita dan penderita sakit mental.
- Memperbaiki pelayanan terhadap
penderita sakit mental
- Bekerja untuk pencegahan penyakit
mental dan mempromosikan kesehatan mental.
Tahun
1909
Sigmund Freud mengunjungi Amerika dan
mengajar psikoanalisa di Universitas Clarck di Worcester, Massachusetts.
Tahun
1910
Emil Kraeplin pertama kali
menggambarkan penyakit Alzheimer. Dia juga mengembangkan alat tes yang dapat
digunakan untuk medeteksi adanya gangguan epilepsi.
Tahun 1918
Asosiasi Psikoanalisa Amerika membuat
aturan bahwa hanya orang yang telah lulus dari sekolah kedokteran dan
mejalankan praktek psikiatri yang dapat menjadi calon untuk pelatihan psikoanalisa.
Komite Naional untuk Mental Higiene
menghasilkan satu set model undang-undang komitmen yang dimasukkan ke dalam
aturan pada beberapa negara bagian. Komite juga mmembantu
penelitian-peenelitian yang berpengaruh pada kesehatan mental, penyakit mental,
dan treatmen yang membawa perubahan nyata pada sistem perawatan kesehatan
mental.
Harry Stack Sullivan yang mengawasi
pasien Scizhofrenia di Rumah Sakit Sheppard-Pratt Hospital menunjukkan pengaruh
lingkungan terapeutik ketika para paien dapat dikembalikan ke masyarakat.
Pada tahun 1920-1930 di Eropa terjadi
perubahan treatmen dalam menangani gangguan mental. Perubahan ini berkat
pengaruh teori Freud yang pada masa itu menjadi terkenal. Perubahan treatmen
tersebut meliputi :
- Treatmen di dalam rumah sakit kurang
diminati, diganti treatmen yang dilakukan di luar rumah sakit.
- Treatmen di lakukan tidak memerlukan
sertifikasi
- Treatmen dilakukan dirumah sakit.
Tahun
1930-an
Psikiater lebih menginjeksikan insulin
yang menyebabakan shock dan koma sementara sebagai suatu treatmen untuk
penderita schizofrenia.
Tahun
1936
Agas Moniz mempublikasikan suatu
laporan mengenai lobotomi frontal manusia yang pertama. Akibatnya antara tahun
1936 sampai pertengahan 1950-an, diperkirakan 20.000 prosedur pembedahan ini
digunakan terhadap pasien mental Amerika.
Tahun
1940-an
Elektropika, yaitu terapi dengan cara
menngaplikasikan listrik ke otak. Pertama kali digunakan di rumah sakit Amerika
untuk menangani penyakit mental. Pada tahun 1940-an-1950 dimulainya perawatan
masyarakat bagi penderita gangguan mental Inggris.
Fountain House di New York City memulai
rehabilitasi psikiatrik untuk orang-orang yang mengalami sakit mental.
Dibentuk National Association of Mental
Health (NAMH) yang merupakan merger dari tiga organisasi, yaitu National
Commite for Mental Hygiene, National Mental Health Foundatio, dan Psychiatric
Foundation. Lembaga baru ini melanjutkan misi Beers dengan lebih jelas. Melalui
program televisi, distribusi literatur dan media lainnya. NAMH melanjutkan
mendidik publik Amerika pada isu-isu kesehatan mental-mental dan mempromosikan
kesadaran akan kesehatan mental.
Tahun
1952
Obat antiseptik konvensional pertama,
yaitu chlorpromazine, diperkenalkan untuk menangani pasien schizoprenia dan
gangguan mental utama lainnya.
Tahun
1960-an
Obat-obat antisptik konvensional,
seperti haloperidol, digunakan pertama kali untuk mengontrol simtom-simtom yang
positif (nyata) pada penderita psikosis, yang memberikan ukuran yang nyata dan
penting karena membuat pasien tenang. Hal ini memberikan ukuran yang nyata dan
penting karena membuat pasien tenang. Hal ini kemudian menjadi keharusan untuk
digunakan pada permulaan bagia pasien yang
gaduh dan kacau. Lithium kemudian diketemukan dan menjadi obat yang merevolusi
treatmen bagi penderita manis depresif.
Media Inggris mulai mengungkapkan
kesehatan mental dengan menampilkan orang-orang yang pernah mengalami sakit
mental untuk menceritakan pengalamn mereka. Pada masa ini segala hal yang tabu
berkaitan dengan mental mulai dibuka dan dibicarakan secara umum.
C. GANGGUAN MENTAL
DIANGGAP SEBAGAI BUKAN SAKIT
· Tahun
1961
Thomas Scasz membuat tulisan yang
berjudul The Myth of Mental Ilness, yang mengemukakan dasar teiori yang
menyatakan bahwa “sakit mental” sebenarnya tidaklah betul-betul sakit”, tetapi
merupakan tindakan orang yang secara mental tertekan karena harus bereaksi
terhadap lingkungan.
· Tahun
1962
Ada 422.000 orang yang tinggal dirumah
sakit untuk perawatan psikiatris di Amerika Serikat.
· Tahun
1970
Mulainya deinstitusionalisasi massal.
Pasien dan keluarga mereka kembali pada sumber-sumber mereka sendiri sebagai
akibat kurangnya program-program bagi pasien yang telah keluar dari rumah sakit
untuk rehabilitasi dan reintegrasi kemabali ke masyarakat.
· Tahun
1979
NAMH menjadi the National Health
Association (NMHA)
· Tahun
1980
Munculnya perawatan yang terencana,
yaitu dengan opname dirumah sakit dalam jangka waktu yang pendek dan treatmen
masyarakat menjadi standar bagi perawatan penyakit mental. Ini tidak terlepas
dari peranan NHMA yang menggalang dukungan dari akar rumput dan bekerja sama
dengan pemerintah dalam menghasilkan the
Mental Health Systems Act of 1980. Akta tersebut memungkin tumbuhnya
pusat-pusat kesehatan mental masyarakat Amerika yang mengijinkan individu
dengan penyakit mental untuk tinggal dalam rumah dan masyarakat mereka dengan
masa opname yang pendek.
D. MELAWAN
DISKRIMINASI TERHADAP GANGGUAN MENTAL
v Tahun 1990
NMHA memainkan peran penting dalam
memunculkan Disabilities Act, yang melindungi warga Amerika yang secara
mental dan fisik disable dari
diskriminasi pada beberapa wilayah, seperti pekerjaan, akomodasi publik,
transportasi, telekomunikasi, dan pelayanan pemerintah pusat dan lokal.
Sementara itu, teknologi penggambaran otak digunakan untuk mempelajari
perkembangan penyakit mental utama dengan lebih baik lagi.
v Tahun 1994
Obat antiseptik atipikal yang pertama
dikenalkan ini. Ini merupakan obat antipsikotik baru pertama setelah hampir 20
tahun penggunaan konvensional.
v Tahun 1997
Peneliti menemukan kaitan genetik pada
gangguan bipolar yang menunjukkan bahwa penyakit ini diturunkan.
Berdasarkan sejarah kesehatan mental di
atas, dapat disimpulkan bahwa ternyata pandangan masyarakat terhadap apa yang
disebut sebagai sakit mental/sakit jiwa/gangguan mental ternyata berbeda-beda
dan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Makna gangguan mental yang
berbeda-beda tersebut membawa implikasi yang berbeda juga dalam menangani
individu yang terkena gangguan mental.
Bila gangguan mental dipahami sebagai
karena mengalami kerasukan roh seperti yang dimaknai oleh masyarakat Indian dan
juga sebagai masyarakat Indonesia, individu yang mengalaminya bisa saja malah
dipandang memiliki kelebihan khusus sehingga mendapatkan kedudukan khusus
masyarakat. Atau kalaupun gangguan mental yang mengalaminya akan mendapatkan
ritual-ritual khusus supaya dapat dipulihkan. Setidaknya, mereka tidak
mendapatkan stigma yang negatif, karena masyarakat menanggap mereka tidak sakit
sehingga masih dapat menerima kehadiran mereka.
Gangguan mental bisa dipahami sebagai
kerasukan setan, atau akibat sihir. Biasanya ini karena pengaruh agama monoteis
yang dianut oleh masyarakat setempat. Akibatnya perlakuan individu yang
mengalami gangguan mental menjadi berbeda. Ritual masih tetap diadakan, tapi
perlakuan masyarakat sekitar terhadap si penderita menjadi negatif. Penderita
biasanya ditolak dan diasingkan, karena sedikit banyak dianggap berbahaya atau
membawa akibat negatif bagi sekitarnya. Namun bisa saja pada beberapa kasus,
penderitanya malah dianggap sebagai sebagai Nabi atau wakil Tuhan sehingga
justru menarik banyak pengikut meskipun ajarannya secara logika ttidak mengacu
pada akal sehat.
Gangguan mental juga bisa dimaknai
bukan penyakit, tetapi sebagai tindakan kriminal seperti yang pernah dipahami
oleh masyarakat Inggris. Penderitanya lalu dimasukkan dalam penjara dan
mendapatkan perlakuan seperti penjahat pada umumnya.
Gangguan mental pernah dimaknai sebagai
ketidakmampuan untuk berpikir rasional. Orang yang terganggu mentalnya
dipandang memiliki pola pikir irasional. Ini terutam dipengaruhi oleh
filsafat rasinalisme dan emperisme yang saat itu memiliki pengaruh yang kuat di
Eropa. Oleh karena itu gangguan masih belum dimaknai sebagai sakit.
Dunia medis memberikan pandangan
tersendiri terhadap pemahaman mengenai gangguan mental. Dunia medis memandang
penderita gangguan mental sebagai betul-betul mengalami sakit. Dunia medis
melihat sakit mental sebagai berakar dari sakit kebutuhan, terutama di otak,
sehingga penanganan penderita gangguan mental menjadi mirip penderita sakit
fisik, yaitu melalui medikasi, hospitalisasi, bahkan operasi/ppembedahan.
Pandangan medis ini, sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran dan sampai
sekarang ini masih menjadi arus utama yang memengaruhi pemahaman orang mengenai
kesehatan mental.
Ilmu perilaku yang semakin berkembang
juga memberikan pemahaman tersendiri mengenai gangguan mental. Berdasarkan
pandangan ini, penderita gangguan
dimaknai sebagai ketidak mampuan mereka untuk melakukan penyesuain diri
yang sesuai denga realitanya. Individu
terganggu karena memiliki perilaku yang tidak adaptiff, sehingga
penangannya adalah dengan mendidik individu yang bersangkutan untuk
menghilangkan perilaku yang tidak adaptiif dan menggantinya dengan perilaku
yang lebih adaptif. Menurut pandangan ini, gangguan mental dihubungkan dengan
lingkungan (ekologi) individuu sehingga pemulihan individu yyang bersangkutan
selalu dikaitkan dengan lingkungannya. Inilah yang menandai penanganan individu
yang bergangguan tidak lagi dirumah sakit, tetapi di tengah lingkungan
keluarganya.
Masih ada lagi pandangan-pandangan lain
mengenai gangguan mental, seperti aliran antipsikiatri yang pendapatnya justru
bertolak belakang dengan pandangan medis mengenai sakit mental. Tentu saja
pandangan tersebut juga membawa dampak perbedaan dalam penannganan terhadap
individu yang mengalami gangguan mental. Memahami setiap pandangan yang muncul
mengenai sakit mental menolong kita untuk memiliki gambaran yang menyeluruh dan
integral mengenai apa itu gangguan mental yang sesungguhnya. Ini juga akan
membantu untuk melakukan upaya-upaya dalam penganan atau treatmen terhadap
individu yang mengalami gangguan mental, sebab setiap pandangan yang muncul dan
berkembang mengenai gangguan mental, sedikit banyak memiliki kebenaran yang
perlu diperhatikan. Apalagi masalah gangguan mental bukanlah semata-mata gejala
fisik saja. Masih banyak wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sat ini dimiliki, sehingga upaya-upaya untuk
mewujudkan kesehatan mental , tidak bisa dilakukan berdasarkan pandangan yang
berat sebelah saja dari sudut pandang tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
v Siswanto.
2007. Kesehatan Mental “ Konsep, Cakupan
dan Perkembangan”. Yogyakarta. Penerbit Andi