BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Landasan psikologis mengemukakan beberapa hal pokok yang
mempunyai pengaruh terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu tentang
tingkah laku, motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan dan
tugas-tugas perkembangan, belajar dan penguatan, dan kepribadian.Landasan
psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor
tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien).
Sebagai mana kita ketahui bahwa bimbingan konseling
memiliki landasan, psikologi, Sosial budaya, filosofis,
pedagogis, dan historis. Setiap landasan
memiliki peran yang sama pentingnya dalam proses bimbingan dan konseling. Individu merupakan bio psiko sosio
spiritual, yang artinya bahwa individu makhluk biologis, psikologis, sosial
dan spiritual. Setiap anak sejak lahir tidak hanya mampu memenuhi tuntutan
biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya di mana individu itu tinggal, tuntutan
budaya itu dilakukan agar segala dampak moderenisasi dapat di filter oleh
individu tersebut secara otomatis, serta individu diharapkan dapat menyesuaikan
tingkah lakunya sesuai dengan budaya yang sudah ada, agar dapat di terima
dengan baik oleh lingkungan tersebut. Untuk mengembangkan semua kemampuan
penyesuaian tersebut, sangat diperlukan sebuah bimbingan.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjutu tentang
landasan psikologis dan social Budaya serta kajiannya untuk keperluan pembelajaran bimbiingan dan
konseling.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
1.
Apa yang
menjadi latar belakang psikologis perlunya bimbingan dan konseling?
2.
Apa yang
menjadi latar belakngan social budaya perlunya bimbingan dn konseling?
C.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui Apa yang menjadi latar belakang psikologis perlunya bimbingan dan
konseling?
2.
Untuk
mengetahui Apa yang menjadi latar belakngan social budaya perlunya bimbingan dn
konseling?
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam makalah ini terdiri dari 3
BAB, yaitu BAB I merupakan PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan dan Sistematika
Penulisan. BAB II merupakan PEMBAHASAN
yang terdiri dari Landasan Psikologis, Kajian Landasan Psikologis dalam Bimbingan dan Konseling, Landasan
Sosial Budaya, dan Kajian Landasan Sosial
Budaya dalam Bimbingan dan Konseling. Dan
BAB III merupakan KESIMPULAN.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang Psikologis
Latar belakang prikologis dalam BK memberikan pemahaman
tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran (klien). Hal ini sangat
penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku
klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi.
Peserta
didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan,
memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dalam lingkungannya. Di samping
itu, peserta didik, senantiasa mengalami berbagai perubahan dalam sikaf dan
tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier
(sesuai dengan arah yang diharapkan atau orma yang dijungjung tinggi), tetapi
bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskoontiunitas
perkembangan.
Agar
perkembangan peserta didik itu berlangsung secara baik, dan terhindar dari
munculnya masalah-masalah psikologis, maka mereka perlu diberi bantuan yang
sifatnya pribadi.Bantuan yang dapat memfasilitasi perkembangan peserta didik melalui
pendekatan psikologis adalah layangan bimbingan dan konseling.
Untuk
keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi
perlu dikuasai, yaitu tentang:
1.
Motif
dan Motivasi
Salah satu aspek psikis yang penting diketahui adalah
motif,karena keberadaannya sangat berperan dalam tingkah laku individu.Pada
dasarnya tidak ada tingkah laku yang tanpa motif,artinya setiap tingkah laku
individu itu bermotif.
Sartain mengartikan motif sebagai suatu keadaan yang
komplek dalam organisme individu yang mengarahkan perilakunya kepada satu
tujuan atau insentif.
J. P. Chaplin mengemukakan, bahwa motif
itu adalah satu kekuatan dalam diri individu yang melahirkan, memelihara dan
mengarahkan perilaku kepada suatu tujuan.
Jadi motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang
dalam bertingkah laku. Dorongan yang ada pada diri seseorang menggerakan orang
itu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang terkandung dalam dorongan
itu.
Motif
dikelompokan menjadi beberapa bagianyaitu sebagai berikut:
1)
Motif Primer
Motif primer didasari oleh kebutuhan asli yang ada pada
diri individu sejak ia lahir kedunia.
Motif primer meliputi :
·
Dorongan fisiologis, motif
ini besumber pada kebutuhan organis,seperti:Dorongan untuk makan, minum,
bernafas,mengembangkan keturunan,beristirahat,bergerak, dan sebagainya.
·
Dorongan umum meliputi :
Perasaan takut, kasih sayang,ingin tahu,menyerang,berusaha,dan mengejar.
2)
Motif Sekunder
Motif sekunder tidak di bawa sejak lahir, melainkan
terbentuk bersamaan dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan.
Motif ini disebut juga motif yang diisaratkan secara social, karena manusia
hidup dalam lingkungan social dengan sesama manusia sehingga motif ini disebut juga motif social.Dalam perkembangannya motif ini
dipengaruhi oleh tingkat peradaban, adat istiadat dan nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat tempat individu itu berada. Kedalam golongan ini teramasuk,
antar lain:
·
Dorongan untuk belajar
ilmu pengetahuan
·
Dorongan untk mengejar
suatu kedudukan
·
Dorongan berprestasi
·
Motif-motif objektif (eksplorasi,manipulasi dan menaruh
minat)
·
Dorongan ingin diterima,
dihargai, persetujuan, merasa aman
·
Dorongan untuk dikenal
Pengelompokan motif berdasarkan kaitan antara motif dan
objek tingkah laku dibagi menjadi dua, yaitu:
a.
Motif Instristik, yaitu motif yang tidak usah dirangsang dari luar,
karena memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu.
b.
Motif Ekstrinstik, yaitu motif yang disebabkan oleh pengaruh rangsangan
luar.
Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu sebagai
berikut:
·
Menggerakan berarti
menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan
cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan
kecenderungan mendapat kan kesenangan.
·
Mengarahkan atau
menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi
tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
·
Untuk menjaga atau
menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah
dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.
2.
Pembawaan
Dasar dan Lingkungan
Pembawaan adalah suatu
konsep yang dipercayai/dikemukakan oleh orang-orang yang mempercayai adanya
potensi dasar manusia yang akan berkembang sendiri atau berkembang dengan
berinteraksi dengan lingkungan. Ada pula istilah lain yang biasa diidentikkan
dengan pembawaan, yakni istilah keturunan dan bakat. Sebenarnya ketiga istilah
tersebut tidaklah persis sama pengertiannya. Pembawaan ialah seluruh
kemungkinan atau kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu dan
yang selama masa perkembangan benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan).
Pembawaan tersebut berupa
sifat, ciri, dan kesanggupan yang biasa bersifat fisik atau bisa juga yang bersifat
psikis (kejiwaan). Warna rambut, bentuk mata, dan kemampuan berjalan adalah
contoh sifat, ciri, dan kesanggupan yang bersifat fisik. Sedangkan sifat malas,
lekas marah, dan kemampuan memahami sesuatu dengan cepat adalah sifat-sifat
psikis yang mungkin berasal dari pembawaan. Pembawaan yang bermacam-macam itu
tidak berdiri sendiri-sendiri, yang satu terlepas dari yang lain. Seluruh
pembawaan yang terdapat dalam diri seseorang merupakan keseluruhan yang erat
hubungannya satu sama lain; yang satu menentukan, mempengaruhi, menguatkan atau
melemahkan yang lain. Manusia tidak dilahirkan dengan membawa sifat-sifat
pembawaan yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan struktur
pembawaan. Struktur pembawaan itu menentukan apakah yang mungkin terjadi pada
seseorang.
Lingkungan adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi perkembangan diri manusia, yakni orang-orang lain
(individu atau masyarakat), binatang, alam, kebudayaan, agama, adat- istiadat,
iklim.
Seorang ahli psikolog
Amerika, membagi lingkungan menjadi tiga bagian sebagai berikut:
a.
Lingkungan alam atau luar
(eksternal or physical environment), ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia
ini, selain manusia.
b.
Lingkungan dalam (internal
environment), ialah segala sesuatu yang telah masuk ke dalam diri kita, yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik kita, misalnya makanan yang telah diserap
pembuluh-pembuluh darah dalam tubuh.
c.
Lingkungan sosial, ialah
semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita.
3. Perkembangan
Individu
Perkembangan dapat
diartikan sebagai perubahan yang dialami individu menuju kedewasaan baik fisik
maupun psikis dan berlangsung secara terus menerus selama siklus kehidupan.
4. Belajar
dan Penguatan
Berdasarkan teori belajar yang
dikemukakan Thorndike dengan teorinya “Law of effect” dalam hal ini siswa akan
lebih bersemangat belajar apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik.
Hasil yang baik akan menjadikan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik
pada usaha belajar selanjutnya. Sedangkan dorongan belajar itu menurut Skinner
tidak dengan penguatan yang menyenangkan, tetapi juga yang tidak menyenangkan.
Siswa yang belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam
ulangan, nilai yang baik itu mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi
(penguatan positif). Sebaliknya, siswa yang mendapatkan nilai yang jelek pada
waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, sehingga mendorongnya untuk
belajar lebih giat lagi. Nilai yang jelek dan takut tidak naik kelas bias juga
mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan negatif).
5.Kepribadian
Kepribadian menurut
Allport yaitu kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem
psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara
khas.
6. Konflik dan Frustasi
Konflik dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
a.
Konflik
mendekat-mendekat,yaitu kondisi fisik yang dialami individu,karena menghadapi
dua motif positif yang sama kuat.
b.
Konflik
menjauh-menjauh,yaitu kondisi psikis yang dialami individu karena menghadapi
dua motif negative yang sama kuat.
c.
Konflik
mendekat menjauh,yaitu kondisi psikis yang dialami individu,karena menghadapi
satu situasi yang mengandung motif positif dan negative yang sama kuat.
Sedangkan Frustasi dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu:
a.
Frustasi
Lingkungan,yaitu frustasi yang disebabkan oleh rintangan yang terdapat dalam
lingkungan.
b.
Frustasi
Pribadi,yaitu frustasi yang timbul dari ketidakmampuan orang itu mencapai
tujuan.
c.
Frustasi
Konflik,yaitu frustasi yang disebabkan oleh konflik dari berbagai motif dalam
diri seseorang.
Menurut
Paul Massen dan David Krech berpendapat bahwa sikap adalah suatu system dari
tiga komponen yang saling berhubungan yaitu kognisi,feeling dan action
tendency.
Unsur-unsur
sikap adalah sebagai berikut:
a.
Unsur
Kognisi
b.
Unsur
Afeksi
c.
Unsur
Action Tendency
8.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Individu
a.
Hereditas ( Keturunan )
Penurunan
sifat-sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya adalah melalui
prinsip-prinsip berikut:
1)
Reproduksi,yaitu
penurunan sifat melalui sel benih
2)
Konformitas, yaitu
penurunan sifat itu mengikuti pola dari spesies generasi sebelumnya
3)
Variasi, yaitu
penurunan sifat itu akan terjadi beraneka ragam
4)
Regresifilial, yaitu
penurunan sifat itu akan cenderung kea rah rata-rata
b.
Lingkungan
Lingkungan adalah segala hal yang mempengaruhi individu
sehingga individu itu terlibat karenanya.
Urie Bronfrenbrenner mengemukakan
lapisan-lapisan lingkungan yaitu sebagai berikut:
1)
Microsystem,yaitu
lingkungan yang paling dekat dengan individu.
2)
Mesosystem, yaitu
lingkungan yang merujuk kepada hubungan antar Microsystem.
3)
Exosistem
c.
Kematangan
Kematangan adalah siapnya suatu fungsi
kehidupan,baik fisik maupun psikis untuk berkembang dan melakukan tugasnya.
9.
Masalah Kebutuhan Individu
Kebutuhan-kebutuhan
yang diperlukan oleh individu adalah sebagai berikut:
a.
Kebutuhan
Biologis
b.
Kebutuhan
Rasa Aman
c.
Kebutuhan
akan Pengakuan dan Kasih Sayang
d.
Kebutuhan
akan Penghargaan
e.
Kebutuhan
Kognitif
f.
Kebutuhan
Estetik
g.
Kebutuhan
Aktualisasi Diri
10.
Masalah Belajar
a.
Faktor Internal
Menurut
W.H.Burton ada beberapa factor yang menyebabkan kesulitan belajar yaitu sebagai
berikut:
1)
Ketidak
seimbangan mental atau gangguan fungsi mental
2)
Gangguan
Fisik
3)
Gangguan
Emosi
b.
Faktor
Eksternal
Faktor ini meliputi aspek-aspek social dan
nonsosial.
11.
Masalah Kecerdasan Majemuk
Secara
rinci ada delapan kecerdasan yaitu sebagai berikut:
a.
Intelegensi
Linguistik
b.
Intelegensi
Logika Matematika
c.
Intelegensi
Kinestetika Tubuh
d.
Intelegensi
Visual Ruang
e.
Intelegensi
Musikal
f.
Intelegensi
Interpersonal
g.
Intelegensi
Intrapersonal
h.
Intelegensi
Naturalis
12.
Stres dan Pengelolaanya
a.
Faktor-faktor pemicu Stres
1)
Faktor
Biologis
-
Faktor
Genetika
-
Pengalaman
Hidup
-
Tidur
-
Diet
-
Postur
Tubuh
-
Kelelahan
-
Penyakit
-
Adaptasi
yang Abnormal
2).Faktor Biologis
-
Persepsi
- Perasaan dan Emosi
-
Situasi
- Pengalaman
Hidup
-
Keputusan Hidup
-
Perilaku
3).Faktor Lingkungan
-
Lingkungan Fisik
-
Lingkungan Biotik
-
Lingkungan Sosial
b.
Pengelolaan Stres
1).
Dukungan Sosial
- Appraisal Supporta
- Informational Support
- Instrumental Support
2).
Kepribadian
- Hardiness ( Ketabahan,Daya Tahan )
- Optimis
- Humoris
B.
Latar Belakang Sosial Budaya
Arus modernisasi di
samping berdampak positif, seperti diperolehnya kemudahan dalam bidang komunikasi
dan transfortasi. Di sisi lain ternyata telah melahirkan dampak yang kurang
menguntungkan, yaitu dengan menggejalanya berbagai problema yang semakin
kompleks, baik yang bersifat personal maupun social.
Manusia modern telah
terpedaya oleh produk pemikirannya sendiri, karena tidak mampu mengontrol
dampak sampingnya, seperti rusaknya lingkungan (banjir, longsor dll) yang
memporakporandakan kenyamanan hidupnya sendiri.
Kehidupan yang
berorientasi pada kemajuan dalam bidang
material (pemenuhan kebutuhan biologis) telah emnelantarkan supra enpiris
manusia, sehingga terjadi kemiskian rohaniyah dalam dirinya. Kondisi ini
ternyata sangat kondusif bagi berkembangnya masalah-masalah pribadi dan social
yang terexspresikan dalam suasana psikologis yang kurang nyaman, seperti
perasaan cemas, stress dan perasaan terasing, serta terjadinya penyimpangan
moral atau system nilai.
Landasan sosial-budaya
pun merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang
dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi
terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk
lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan
dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan
sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan
sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan
sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda
sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan
kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya
ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal
maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses
perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan
pribadi maupun sosialnya.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi
interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan
klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno
(2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam
komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu :
·
Perbedaan
bahasa;
·
Komunikasi
non-verbal;
·
Stereotipe;
·
Kecenderungan
menilai; dan
·
Kecemasan.
Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh
pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa
non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin
bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu
atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang
biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping dapat
menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan
reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki
lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yang
berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture
shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus
berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat
terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling
di Indonesia, Moh. Surya (2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan
konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan
multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti
Indonesia.Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat
bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman.Layanan bimbingan dan
konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara
nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.
Kebutuhan akan
bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yangdihadap oleh inividu yang
terlibat dala kehidupan masyarakat. Semakin rumit struktur masyarakat dan keadannya,
semakin banyak dan rumit pulalah masalah yang dihadapi oleh individu yang
terdapat dalam masyrakat itu.Jadi kebutuhan akan bimbingan itu timbul karena
terdapat faktor yangmenambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu
hidup. Faktor-faktoritu diantaranya adalah sebagai berikut.
·
Perubahan Konstelasi Keluarga
Pada tahun 1970
keluarga di Amerika mengalami perubahan yang cukupberarti, seperti; melemahnya
otoritas pria (suami), meningkatnya tuntutankesamaan hak dan kewajiban kaum
perempuan, dan meretaknya kedekatanhubungan antar anggota keluarga. Masalah
tersebut diikuti oleh permasalahanlain, yaitu semakin meningkatnya angka
perceraian dari tahun 1970 sampai tahun1980, dan kecenderungan orangtua tunggal
dalam keluarga.
Ketidakberfungsian
keluarga melahirkan dampak negatif bagi kehidupanmoralitas anak. Bagi keluarga
yang mengalami kondisi disfungsional seperti diatas, seringkali dihadapkan
kepada kebuntuan atau kesulitan mencari jalan keluaratau pemecahan masalah yang
dihadapinya, sehingga apabila tidak segeramendapat bantuan dari luar, maka
masalah yang dihadapinya akan semakin parah.Salah satu bantuan yang dapat
memfasilitasi keluarga memecahkan masalah yangdihadapinya adalah layanan
bimbingan dan konseling yang berupaya membantuuntuk memelihara kebutuhan atau
keharmonisan keluarga.
·
Perkembangan Pendidikan
Demokrasi dalam bidang kenegaraan menyebabkan
demokratisasi dalambidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan.Hal ini berarti
pemberiankesempatan kepada setiap orang untuk menikmati pendidikan
yangdiselenggarakan oleh pemerintah atau pun oleh badan swasta. Kesempatan
yangterbuka ini menyebabkan berkumpulnya murid-murid dari berbagai kalanganyang
berbeda-beda latar belakangnya antara lain: agama, etnis, keadaan sosial,adat
istiadat dan ekonomi. Hal semacam ini menimbulkan bertumpuknya masalahyang
dihadapi oleh orang yang terlibat dalam kelompok campuran itu.Pemecahanini
dapat diperoleh dengan melakasanakan bimbingan bagi anggota kelompok yang
bersangkutan, dalam hal ini kelompok murid sekolah.
·
Dunia Kerja
Berbagai perubahan dalam dunia kerja menuntut
keahlian khusus dari parapekerja.Untuk itu perlu dipersiapkan tenaga-tenaga
yang terampil dan memilikisikap mental yang tangguh dalam bekerja.Bimbingan dan
konseling diperlukanuntuk membantu menyiapkan mental para pekerja yang tangguh
itu.
·
Perkembangan Kota Metropolitan
Kecenderungan bertumbuhnya kota-kota di abad ke-21
akan mendorong semakin meledaknya arus urbanisasi. Kondisi ini akan
menimbulkandampak sosial yang buruk bagi kehidupan masyarakat di perkotaan.
Kondisi kehidupan di atas dapat menjadi sumber pemicu malapetaka kehdupan
terutama menyangkut masalah-masalah psikologis seperti gejala ”maladjustment”
dan”Pathologic”(gangguan sakit jiwa dan sakit jiwa. Bimbingan dan konseling
dibutuhkan untuk membantu masyarakat mengatasi masalah-masalah psikologis
sehingga meraka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
·
Perkembangan
Komunikasi
Dampak
media massa (terutama televisi) terhadap kehidupan manusia sangatlah besar. Di
samping itu program-program yang ditayangkannya tidak sedikit merusak nilai-nilai
pendidikan, karena banyak adegan kekerasan, mistik dan moral.Sehubungan dengan
hal tersebut, sangatlah penting bagi orang tua untuk membimbing anak, dalam
rangka mengembangkan kemampuannya untuk menilai setiap tayangan yang
ditontonnya secara kritis.Dalam hal ini layanan bimbingan yang memfasilitasi
berkembanganya kemampuan anak dalam mengambil keputusan (decision making skill)
merupakan pendekatan yang sangat tepat.
·
Seksisme
dan Rasisme
Seksisme
merupakan faham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin
yang lainnya, sementara rasisme merupakan faham yang mengunggulkan ras yan satu
dari ras yang lainnya.di Amerika seksisme masih merupakan kebiasaan atau
fenomena umum di kalangan masyarakat. Fenomena ini seperti Nampak dari sikaf
para orangtua yang masih memegang budaya tradisional dalam pemilihan karir bagi
anak wanita, yaitu membatasi atau tidak memberika kebebasan pada anak wanita
untuk memilih sendiri karir yang diminatinya. Berdasarkan kondisi tersebut,
maka program bimbingan mempunyai peranan penting, dalam upaya membantu orangtua
agar memiliki pegangan bahwa anak wanita pun memiliki peluang yang sama dengan
anak laki-laki dalam memilih karir yang disenanginya.
·
Kesehatan
Mental
Terkait
dengan banyaknya masalah kesehatan mental maka sekolah atau lembaga perusahaan
dituntut untuk menyelenggarakan program layanan bimbingan dan konseling dalam
upaya mengembangkan mental yang sehat dan mencegah serta menyembuhkan mental
yang tidak sehat.
·
Perkembangan
Teknologi
Dengan
perkembangan teknologi yang pesat, timbul dua masalah penting yang menyebabkan
kerumitan struktur dan keadaan masyarakat, yaitu:
Ø Penggantian sebagian besar tenaga kerja dengan
alat-alat mekanis/elektronik, dan hal ini mau tidak mau menyebabkan
pengangguran.
Ø Bertambahnya jenis-jenis pekerjaan dan jabatan
baru yang menghendaki keahlian khusus dan memerlukan pendidikan khusus pula
bagi orang yang hendak menjabatnya.
·
Kondisi
Moral dan Keagamaan
Kebebasan
untuk menganut agama sesuai dengan keyakinan masing-masing individu,
menyebabkan seorang individu berfikir dan menilai setiap agama yang
dianutnya.Kadang-kadang menilainya berdasarkan nilai moral umum yang di
anggapnya paling baik. Hal semacam ini kadang menimbulkan keraguan akan
kepercayaan yang telah diwarisinya dari orang tua mereka. Terutama pada kaum
muda penilaian terhadap keyakinan agama itu sering didasarkan atas kesenangan
pribadi yang nyata yang akan membawa kepada perasaan tertekan oleh norma-norma
agama ataupun nilai moral yang dianutnya oleh orangtuanya atau mayarakat
terdekat. Ini dibandingkan pula dengan norma-norma yang telah diciptakan dalam
kelompok mereka sendiri. Dengan demikian mereka akan dihadapkan pada
pilihan-pilihan yang tidak mudah untuk ditentukan karena menyangkut hal yang
sangat mendasar dan peka. Makin banyak ragamnya ukuran penilaian makin besar
pula konflik yang diderita oleh individu yang bersangkutan dan makin bersarlah
kebutuhan akan bimbingan yang baik untk menanggulanginya.
·
Kondisi
Sosial Ekonomi
Perbedaan
yang besar dalam faktor ekonomi diantara anggota kelompok campuran, menimbulkan
masalah yang berat.Masalah ini terutama sanagt dirasakan oleh individu yang
berasal dari golongan ekonomi lemah, tidak mampu, atau golongan rendahan.Dikalangan
mereka terutama anak-anak yang berasal dari social eknomi lemah tidak mustahil
timbul kecemburuan social perasaan rendah diri, atau perasaan tidak nyaman
untuk bergaul dengan anak-anak dari kelompok orng-orang kaya.Untuk
menanggulangi masalah ini dengan sendirinya perlu melakukan adanya bimbingan,
baik terhadap mereka yang datang dari golongan yang kurang mampu ataupun dari
mereka yang berasal dari golongan sebaliknya.
BAB III
KESIMPULAN
Latar belakang prikologis dalam BK memberikan pemahaman
tentang tingkah laku individu yang
menjadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan
dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah
atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Peserta
didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan,
memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dalam lingkungannya. Di samping
itu, peserta didik, senantiasa mengalami berbagai perubahan dalam sikaf dan
tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier
(sesuai dengan arah yang diharapkan atau orma yang dijungjung tinggi), tetapi
bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskoontiunitas
perkembangan.
Agar
perkembangan peserta didik itu berlangsung secara baik, dan terhindar dari
munculnya masalah-masalah psikologis, maka mereka perlu diberi bantuan yang
sifatnya pribadi.Bantuan yang dapat memfasilitasi perkembangan peserta didik
melalui pendekatan psikologis adalah layangan bimbingan dan konseling.
Sedangkan latar belakan social budaya perlunya
bimbingan dan konseling adalah dilatarbelakangi oleh Arus modernisasi di samping berdampak positif, seperti
diperolehnya kemudahan dalam bidang komunikasi dan transfortasi. Di sisi lain
ternyata telah melahirkan dampak yang kurang menguntungkan, yaitu dengan
menggejalanya berbagai problema yang semakin kompleks, baik yang bersifat
personal maupun social.
Manusia modern telah
terpedaya oleh produk pemikirannya sendiri, karena tidak mampu mengontrol
dampak sampingnya, seperti rusaknya lingkungan (banjir, longsor dll) yang
memporakporandakan kenyamanan hidupnya sendiri.
Kehidupan yang
berorientasi pada kemajuan dalam bidang
material (pemenuhan kebutuhan biologis) telah emnelantarkan supra enpiris
manusia, sehingga terjadi kemiskian rohaniyah dalam dirinya. Kondisi ini
ternyata sangat kondusif bagi berkembangnya masalah-masalah pribadi dan social
yang terexspresikan dalam suasana psikologis yang kurang nyaman, seperti
perasaan cemas, stress dan perasaan terasing, serta terjadinya penyimpangan
moral atau system nilai.
Landasan sosial-budaya
pun merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang
dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi
terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk
lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan
dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya
yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat
mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang
melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan
perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang
bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”,
maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada
akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku
individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Erman
Amti,Prayitno.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.PT.Rineka
Cipta.Jakarta.2004
2.
Yusuf,Syamsu.Landasan
Bimbingan dan Konseling.PT.Remaja Rosdakarya.Bandung.2011
3. Aqib,
Zainal. Ikhtisar Bimbingan &
Konseling di Sekolah. PT.Yrama Widya. Bandung.2008
4. Gunawan,
Yusuf. Pengantar Bimbingan dan Konseling.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 1992
5. Ketut Sukardi.Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.PT. Rineka Cipta.
Jakarta: 2008.
6. Munir Amin, Samsul. Bimbingan dan Konseling Islam. PT.Amzah.
Jakarta.2010.
7. Tohirin. Bimbingan Dan Konseling Berbasis Integrasi.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.2008.