MAKALAH KEPERAWATAN JIWA
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun. Salawat serta salam senantiasatercurahkan
selalu kepada junjungan nabi besar muhammad SAW, karena beliau yang telah
membawa manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang modern yang penuh dengan
ilmu pengetahuan. Terimakasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah
bahasa indonesia, mudah-mudahan ilmu yang beliau berikan kepada saya khususnya
dan kepada kami semua bermanfaat. Penyusunan makalah ini diajukan sebagai salah
satu tugas pada mata kuliah bahasa indonesia.
Demikian penyususnan makalah ini semoga bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya pada pembaca.
TASIKMALAYA APRIL 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa, ilussi, halusinasi, terapi kognitif,
terapi keluarga, model keperawatan jiwa, pakar keperawatan jiwa, asuhan
gangguan keperawatan jiwa, terapi aktifitas kelompok, diagnosa keperawatan,
psikopat, diagnosa, trauma.
RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui pengertian keperawatan jiwa
2. Mengetahui
perkembangan keperawatan jiwa
3. Mengerti asuhan keperawatan jiwa
TUJUAN PENULISAN
Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengetahui
tentang keperawatan dalam klien pada gangguan jiwa
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
a.
Menurut American Nurses Associations (ANA)
Keperawatan
jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah
laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan
mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).
b.
Menurut WHO
Kes.
Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat
positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan
kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.
c. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yg memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari seseorang dan
perkebangan ini selaras dgn orang lain.
Keperawatan
jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku,
ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons
psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial,
dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi
terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan
proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan
masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ).
Keperawatan
jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
Prinsip
keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan.
Manusia
Fungsi
seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar
yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat.
Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi
diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk
mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang
bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku
tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
Lingkungan
Manusia
sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan
lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan
lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat
beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan
perubahan diri individu.
- Kesehatan
Kesehatan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi
kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
Keperawatan
Dalam
keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan
diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah
menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal
dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan.
Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri
dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah
serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang
konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan
modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.
Proses
Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses
terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 1989
dikutip oleh Keliat,1991).
Perawat
memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut, yaitu
proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu perawat dalam
melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan masalah keperawatan klien, atau
memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisasi.
Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian
masalah (Problem solving). Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi,
diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses
keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat
rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan
mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap
tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi.
Manfaat
Proses Keperawatan Bagi Perawat.
a.
Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan.
b.
Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisasi.
c.
Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa perawat
bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
d.
Peningkatan kepuasan kerja.
e.
Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.
f.
Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.
Bagi
Klien :
a.
Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri (independen care).
c. Terhindar dari malpraktik.
b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri (independen care).
c. Terhindar dari malpraktik.
Keperawatan
Jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan
teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara
terapeutik sebagai kiatnya. Praktik keperawatan jiwa terjadi dalam konteks
sosial dan lingkungan. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu
psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan perilaku manusia untuk
menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan praktik
keperawatan.
Kesehatan
jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan selaras dengan
orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri,
orang lain, masyarakat dan lingkungan, keharmonisan fungsi jiwa, yaitu sanggup
menghadapi problem yang biasa terjadi dan merasa bahagia. Sehat secara utuh
mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan pribadi yang dapat dijelaskan sebagi
berikut.Kesehatan fisik, yaitu proses fungsi fisik dan fungsi fisiologis,
kepadanan, dan efisiensinya.
Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah tidak ada disfungsi, dengan indikator lain (mis. tekanan darah, kadar kolesterol, denyut nadi dan jantung, dan kadar karbon monoksida) biasa digunakan untuk menilai berbagai derajat kesehatan.Kesehatan mental/psikologis/jiwa, yaitu secara primer tentang perasaan sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri tentang perasaan seseorang, mencakup area seperti konsep diri tentang kemampuan seseorang, kebugaran dan energi, perasaan sejahtera, dan kemampuan pengendalian diri internal, indikator mengenai keadaan sehat mental/psikologis/jiwa yang minimal adalah tidak merasa tertekan/ depresi.
Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah tidak ada disfungsi, dengan indikator lain (mis. tekanan darah, kadar kolesterol, denyut nadi dan jantung, dan kadar karbon monoksida) biasa digunakan untuk menilai berbagai derajat kesehatan.Kesehatan mental/psikologis/jiwa, yaitu secara primer tentang perasaan sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri tentang perasaan seseorang, mencakup area seperti konsep diri tentang kemampuan seseorang, kebugaran dan energi, perasaan sejahtera, dan kemampuan pengendalian diri internal, indikator mengenai keadaan sehat mental/psikologis/jiwa yang minimal adalah tidak merasa tertekan/ depresi.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan
dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, dan sosial individu
secara optimal, dan selaras dengan perkembangan dengan orang lain.
Kesehatan sosial, yaitu aktivitas sosial seseorang. Kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas, berperan, dan belajar berbagai keterampilan untuk berfungsi secara adaptif di dalam masyarakat. Indikator mengenai status sehat sosial yang minimal adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas dan keterampilan dasar yang sesuai dengan peran seseorang.
Kesehatan sosial, yaitu aktivitas sosial seseorang. Kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas, berperan, dan belajar berbagai keterampilan untuk berfungsi secara adaptif di dalam masyarakat. Indikator mengenai status sehat sosial yang minimal adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas dan keterampilan dasar yang sesuai dengan peran seseorang.
Kesehatan
pribadi adalah suatu keadaan yang melampaui berfungsinya secara efektif dan
adekuat dari ketiga aspek tersebut di atas, menekankan pada kemungkinan
kemampuan, sumber daya, bakat dan talenta internal seseorang, yang mungkin
tidak dapat/ akan ditampilkan dalam suasana kehidupan sehari-hari yang biasa.
Menurut
pedoman asuhan keperawatan jiwa rumah sakit umum atau pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) sehat pribadi berarti bahwa di dalam diri seseorang
terdapat potensi dan kemampuan untuk memenuhi dan menyelesaikan dimensi lain
dari dirinya, hal yang tidak bersifat instrumental, dan yang memungkinkan
perkembangan optimal seseorang. Indikator minimal dari kesehatan pribadi adalah
ada minat yang nyata terhadap aktivitas dan pengalaman yang memungkinkan
seseorang untuk menembus keadaan “status quo”.
Psikiatri
dan kesehatan jiwa Indonesia menggunakan pendekatan elektik-holistik yang
melihat manusia dan perilakunya baik dalam keadaan sehat maupun sakit, sebagai
kesatuan yang utuh dari unsur-unsur organo-biologis (bio-sistem), psiko
edukatif/ psikodinamik (psiko-sistem), dan sosio-kultural (sosio-sistem).
Pendekatan
ini berarti bahwa kita harus dapat melihat kondisi manusia dan perilakunya,
baik dalam kondisi sehat maupun sakit, secara terinci “detail” dalam ketiga
aspek tersebut di atas (ekletik), tetapi menyadari bahwa ketiga aspek tersebut
saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh sebagai satu sistem
(holistik).
Jadi
jelas dengan pendekatan ini kita memperhatikan faktor psikologis dan sosial
atau psikososial di samping faktor biologis di dalam melaksanakan upaya
kesehatan.
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehaan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, saperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Klien mungkin menghindar atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya terhadap klien yang tidak menimbulkan keributan dan tidak membahayakan.
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehaan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, saperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Klien mungkin menghindar atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya terhadap klien yang tidak menimbulkan keributan dan tidak membahayakan.
Hal itu
harus dihindari karena :
- Belajar menyelesaikan masalah akan lebih efektif jika klien ikut berperan serta.
- Dengan menyertakan klien maka pemulihan kemampuan klien dalam
- mengendalikan kehidupannya lebih mungkin tercapai.
- Dengan berperan serta maka klien belajar bertanggung jawab terhadap pelakunya.
Peran
dan Fungsi Perawat Jiwa Defenisi dan Uraian Keperawatan Jiwa
Keperawatan
jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan
perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau
klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA
mendefiniskan keperawatan kesehatan jiwa sebagai Suatu bidang spesialisasi
praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
pengunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya. Praktik kontemporer keperawatan
jiwa terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan.
Peran
keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen historis
aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi
pasien-keluarga, tanggung jawab fiskal, kolaborasi antardisiplin, akuntabilitas
sosial, dan parameter legal-etik.
Center
for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan kesehatan
jiwa sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa
menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik,, teori kepribadian,
dan perilaku manusia untuk mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis yang
mendasaripraktikkeperawatan.
Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang telah diidentifikasi.
1. Psychiatric-mental health registered nurse (RN)
Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang telah diidentifikasi.
1. Psychiatric-mental health registered nurse (RN)
adalah
perawat terdaftar berlisensi yang menunjukkan keterampilan klinis dalam
keperawatan kesehatan jiwa melebihi keterampilan perawat baru di lapangan.
Sertifikasi adalah proses formal untuk mengakui bidang keahlian klinis perawat.
2.
Advanced practice registered nurse ini psychiatric-mental health (APRN-PMH)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat master, memiliki pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa, membimbing praktik klinis, dan memiliki kompetensi keterampilan keperawatan jiwa lanjutan. Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan dipersiapkan untuk memiliki gelar master dan doktor dalam bidang keperawatan atau bidang lain yang berhubungan.
adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat master, memiliki pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa, membimbing praktik klinis, dan memiliki kompetensi keterampilan keperawatan jiwa lanjutan. Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan dipersiapkan untuk memiliki gelar master dan doktor dalam bidang keperawatan atau bidang lain yang berhubungan.
3.
Rentang Asuhan Tatanan Tradisional
Untuk
perawat jiwa meliputi fasilitas psikiatri, pusat kesehatan jiwa masyarakat,
unit psikitari di rumah sakit umum, fasilitas residential, dan praktik pribadi.
Namun, dengan adanya reformasi perawatan kesehatan, timbul suatu tatanan
alternatif sepanjang rentang asuhan bagi perawat jiwa.
Banyak
rumah sakit secara spesifik berubah bentuk menjadi sistem klinis terintegrasi
yang memberikan asuhan rawat inap, hospitalisasi parsial atau terapi harian,
perawatan residetial, perawatan di rumah, dan asuhan rawat jalan.
Tatanan
terapi di komunitas saat ini berkembang menjadi foster care atau group home,
hospice, lembaga kesehatan rumah, asosiasi perawat kunjungan, unit kedaruratan,
shelter, nursing home, klinik perawatan utama, sekolah, penjara, industri,
fasilitas managed care, dan organisasi pemeliharaan kesehatan.
Tiga
domain praktik keperawatan jiwa kontemporer meliputi :
(1)
Aktivitas asuhan langsung
(2)
Aktivitas komunikasi
(3)
Aktivitas penatalaksanaan
Fungsi penyuluhan, koordinasi, delegasi, dan kolaborasi pada peran perawat ditunjukkan dalam domain praktik yang tumpang tindih ini.Berbagai aktivitas perawat jiwa dalam tiap-tiap domain dijelaskan lebih lanjut. Aktivitas tersebut tetap mencerminkan sifat dan lingkup terbaru dari asuhan yang kompeten oleh perawat jiwa walaupun tidak semua perawat berperan serta pada semua aktivitas.
Selain
itu, perawat jiwa mampu melakukan hal-hal berikut ini:
- Membuat pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap budaya.
- Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien dan keluarga yang mengalami masalah kesehatan kompleks dan kondisi yang dapat menimbulkan sakit.
- Berperan serta dalam aktivitas manajemen kasus, seperti mengorganisasi, mengakses, menegosiasi, mengordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan perbaikan bagi individu dan keluarga.
- Memberikan pedoman perawatan kesehatan kepada individu, keluarga,dan kelompok untuk menggunakan sumber kesehatan jiwa yang tersedia di komunitas termasuk pemberian perawatan, lembaga,teknologi,dan sistem sosial yang paling tepat.
- Meningkatkan dan memelihara kesehatan jiwa serta mengatasi pengaruh gangguan jiwa melalui penyuluhan dan konseling.
- Memberikan asuhan kepada pasien penyakit fisik yang mengalami masalah psiokologis dan pasien gangguan jiwa yang mengalami masalah fisik.
7. Mengelola
dan mengordinasi sistem asuhan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien,
keluarga,staf, dan pembuat kebijakan.
PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
·
Roles
and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran
dan fungsi keperawatan jiwa : yang kompeten).
·
Therapeutic
Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat
dengan klien).
·
Conceptual
models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
·
Stress
adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam keperawatan
jiwa).
·
Biological
context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan
jiwa).
·
Psychological
context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam keperawatan
jiwa).
·
Sociocultural
context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam keperawatan
jiwa).
·
Environmental
context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam keperawatan
jiwa).
·
Legal
ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan
jiwa).
·
Implementing
the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses keperawatan : dengan
standar- standar perawatan).
·
Actualizing
the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards
(aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar
professional)
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Menangani klien yang memiliki masalah sikap, perasaan dan konflik
↓
Pencegahan primer
↓
Penanganan multidisiplin
↓
Spesialisasi keperawatan jiwa
- Pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa meningkat
- Perlu pemahaman tentang human right
- Penting meningkatkan mutu pelayanan dan
perlindungan konsumen.
model pendekatan keperawatan jiwa
Model
|
View of behavioral deviation
|
Therapeutic process
|
Roles
of a patient & therapist
|
||
Psychoanalytical
(freud, Erickson)
|
Ego
tidak mampu mengontrol ansietas, konflik tidak selesai
|
Asosiasi
bebas & analisa mimpi
Transferen untuk
memperbaiki traumatic masa lalu
|
Klien:
mengungkapkan semua pikiran & mimpi
Terapist :
menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien
|
||
Interpersonal
(Sullivan,
peplau)
|
Ansietas
timbul & dialami secara interpersonal, basic fear is fear of rejection
|
Build
feeling security
Trusting
relationship & interpersonal satisfaction
|
Patient:
share anxieties
Therapist
: use empathy & relationship
|
||
Social(caplan,szasz)
|
Social
& environmental factors create stress, which cause anxiety &symptom
|
Environment
manipulation & social support
|
Pasien:
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat
Terapist:
menggali system social klien
|
||
Existensial
(Ellis,
Rogers)
|
Individu
gagal menemukan dan menerima diri sendiri
|
Experience
in relationship, conducted in group
Encouraged
to accept self & control behavior
|
Klien:
berperan serta dalam pengalaman yang berarti untuk mempelajari diri
Terapist: memperluas
kesadaran diri klien
|
||
Supportive
Therapy
(Wermon,Rockland)
|
Faktor biopsikososial & respon maladaptive saat ini
|
Menguatkan
respon koping adaptif
|
Klien:
terlibat dalam identifikasi coping
Terapist: hubungan yang
hangta dan empatik
|
||
Medical
(Meyer,Kreaplin)
|
Combination
from physiological, genetic, environmental & social
|
Pemeriksaan
diagnostic, terapi somatic, farmakologik & teknik interpersonal
|
Klien:menjalaniprosedur
diagnostic & terapi jangka panjang
Terapist
: Therapy, Repport effects,Diagnoseillness, Therapeutic Approach
|
Berdasarkan
konseptual model keperawatan diatas, maka dapat dikelompokkan ke dalam 6 model
yaitu:
1.
Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Model
ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila
ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting).
Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata
tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich), akan mendorong
terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral).
Faktor
penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis
terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak
tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar
berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya
pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas
pada masa dewasa.
Proses
terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa
mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat
dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam
bawah sadarnya digali dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic
masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan
keahlian dan latihan yang khusus.
Dengan
cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan
therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat
adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan
traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah
disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan,
diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan
pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
2.
Interpersonal ( Sullivan, peplau)
Menurut
konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya ancaman. Ancaman
tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami
seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal).
Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak
atau tidak diterima oleh orang sekitarnya.
Proses
terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya
membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal
Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan
dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran
perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing
mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien
saat berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship
( perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan
oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien
dalam berhubungan dengan orang lain.
3.
Social ( Caplan, Szasz)
Menurut
konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku
apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan yang akan memicu
munculnya stress pada seseorang ( social and environmental factors create
stress, which cause anxiety and symptom).
Prinsip
proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environment
manipulation and social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya
dukungan sosial)
Peran
perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman
sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya :
menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di
masyarakat atau tempat kerja.
4.
Existensial ( Ellis, Rogers)
Menurut
teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila
individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak
memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan
dalam Bodi-image-nya
Prinsip
dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar berpengalaman
bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap
sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in relationship),
memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self assessment), bergaul
dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk
menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya
dari orang lain (encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip
keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh
pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back
dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya
untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward
& punishment.
5.
Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Penyebab
gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo
maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit
maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan
seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah.
Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak
disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua
hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut
muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul
saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip
proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu diupayakan
mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan
mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Perawat
harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan
yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan
empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.
6.
Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut
konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks
meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus
penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi
somatic, farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam
berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi
jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai
dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang
digunakan.
1.8
PERAN PERAWAT KESEHATAN JIWA
- Pengkajian yg mempertimbangkan budaya
- Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
- Berperan serta dlm pengelolaan kasus
- Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit mental - penyuluhan dan konseling
- Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan
- Memberikan pedoman pelayana kesehatan.
·
Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.
· Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien
dan keluarga.
· Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan,
mengkaji, negosiasi, koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.
· Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga,
kelompok, untuk menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental,
termasuk pelayanan terkait, teknologi dan sistem sosial yang paling tepat.
· Meningkatkan dan memelihara kesehatanmental serta
mengatasi pengaruh penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling.
· Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami
masalah psikologis dan penyakit jiwa dengan masalah fisik.
· Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Gangguan jiwa, ilussi, halusinasi, terapi kognitif,
terapi keluarga, model keperawatan jiwa, pakar keperawatan jiwa, asuhan
gangguan keperawatan jiwa, terapi aktifitas kelompok, diagnosa keperawatan,
psikopat, diagnosa, tr
Daftar
Pustaka
Keliat,
Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2.
Jakarta: EGC.
Stuart,
Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati,
2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007.
Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.