Mengapa Anak Tidak Boleh Gemuk?
- Anak gemuk memang terlihat lucu dan menggemaskan. Namun,
gemuk ternyata tidak selalu berarti sehat, melainkan bisa juga sebagai indikasi
adanya penyakit yang harus diperiksa sejak dini.
Masalah anak gemuk, tidak hanya terdapat di negara-negara
maju, di negara berkembang seperti Indonesia, di kota maupun di sebagian desa,
semakin banyak ditemukan anak yang gemuk. Tidak selalu harus berasal dari
keluarga kecukupan. Makan nasi melebihi porsi pun bisa saja bikin badan jadi
luar biasa subur.
Gemuk sudah menjadi wabah di dunia. Dulu, negara-negara di
Afrika banyak yang kelaparan. Sekarang, pusat-pusat pelangsingan tubuh sudah
mulai banyak bermunculan di sana. Pola makan berlebih dan harga buah serta
sayur-mayur lebih tinggi dari harga gorengan, gula, dan camilan, itulah yang
menjadikan tubuh cenderung kelebihan kalori.
Gemuk juga untuk sebagian orang masih menyimpan lambang
kemakmuran. Benar. Sebagian besar orang tua, ibu khususnya, menginginkan
anaknya berbadan gemuk. Selain lucu, anak montok juga melambangkan keluarga
yang makmur. Pesan keliru yang diwariskan sebagai mitos inilah yang perlu
dikoreksi, oleh karena anak yang tidak gemuklah yang sebetulnya didambakan
pemerintah di negara maju. Di mana-mana negara maju, lebih banyak manajer yang
tidak gemuk dibanding yang gemuk. Kini, Amerika Serikat tengah bergulat
menghadapi anak sekolah yang lebih separo populasinya tergolong gemuk. Sebagian
besar membutuhkan konsultasi dokter. Berbagai upaya dilakukan, namun belum
seluruhnya teratasi. Kita bisa memaklumi kalau anak Amerika cenderung kelebihan
berat badan, mungkin sudah sejak usia bayi mula. Namun, kalau banyak pula
anak-anak kita yang gemuk, tentu ada yang keliru dalam pola dan kebiasaan makan
mereka. Junk food adalah salah satu penyebabnya.
Anak-anak di negara maju, pilihan menunya yang cenderung
membuat mereka jadi kelebihan berat badan. Kita memahami, menu junk food kaya
lemak, boros gula, dan garam, serta sangat tinggi kalori. Lidah anak zaman
sekarang sudah terkondisikan dengan cita rasa gurih, manis, asin, dan serba
berbumbu. Itu pula yang menggiring mereka tidak lagi begitu menyukai menu meja
makan ibu.
Demikian pula agaknya anak-anak kita di perkotaan. Mereka
sudah terkondisikan pula oleh menu harian yang serba junk food di luar rumah,
dan kehilangan selera makannya di meja makan ibu. Semakin dimanjakan anak oleh
menu di luar rumah yang cenderung melebihi porsi kebutuhan tubuh, semakin besar
potensi untuk menjadi gemuk, dan terus bertambah gemuk. Anak dan bayi di
pedesaan, yang bukan dari keluarga kecukupan pun, sudah tercemar oleh pilihan
menu (jajanan) yang sekaliber junk food, kalau jenis jajanan pizza, burger,
atau hot dog sudah masuk desa, selain penganan yang serba manis, dan berlemak
tinggi. Selain itu, rata-rata bayi di desa juga sudah lebih dini dan belum
waktunya diperkenalkan jenis makanan padat, sehingga badannya rata-rata
melebihi ukuran seusianya, mungkin lantaran ketidaktahuan. Memberi nasi,
pisang, bubur, sebelum bayi berumur 5 bulan, salah satu penyebab kenapa banyak
bayi di pedesaan menjadi gemuk.
Kegemukan sejak bayi tidak boleh terjadi, oleh karena pola
dan ukuran sel-sel lemak tubuhnya sudah telanjur terbentuk salah. Selain jumlah
sel-sel lemaknya terbentuk lebih banyak dari anak normal, ukurannya pun lebih
besar. Itu maka, sebaiknya anak tidak gemuk sejak usia bayi. Gemuk yang sudah
telanjur terbentuk, sukar mengempiskannya lagi, kecuali menerimanya saja
sebagai bakat yang dibawanya sampai usia dewasa. Diet tanpa pengawasan dokter
tidak dianjurkan bagi anak yang gemuk. Dalam masa pertumbuhan, tubuh anak tidak
boleh sampai kekurangan zat gizi. Jika diet menguruskan badan tidak tepat, yang
berkurang dalam menu bukan cuma kalorinya, melainkan juga semua zat gizi yang
dibutuhkan tubuh anak untuk pertumbuhan. Bukan cuma lemak dan kalori yang berkurang
dengan diet langsing bukan dari dokter, melainkan semua zat yang terkandung dalam
menu harian akan ikut susut juga. Dan ini tidak boleh terjadi.
Obat antilemak seperti yang dikonsumsi orang dewasa yang
lemak darahnya tinggi, tidak dianjurkan diberikan kepada anak. Diharapkan,
dengan mengurangi porsi menu berlemakberkolesterol, ditambah rutin latihan
jasmani, lemak darahnya bisa turun menjadi normal. Yang dapat dilakukan mungkin
dengan cara akupunktur yang bisa menekan nafsu makan, sambil tetap mengatur
kecukupan gizi agar pertumbuhan anak tetap tercukupi. Perilaku makan merupakan
kesulitan terberat dalam upaya penurunan berat badan. "Lapar mata" adalah
salah satu tantangannya. Anak yang lapar mata terdorong untuk makan (apa saja)
kendati tidak sedang lapar.Mestinya, tubuh dilatih hanya makan kalau sedang
merasa lapar saja. Makan kapan saja melihat atau ditawarkan makanan (echo),
akan mengondisikan tubuh senantiasa terdorong ingin makan kendati tidak merasa
lapar. Bayi dan anak menjadi gemuk jika porsi yang dimakan melebihi kebutuhan
tubuh. Kelebihan kalori disimpan menjadi lemak, dan gajih di bawah kulit.
Sel-sel lemak tubuhnya menjadi besar-besar, selain jumlahnya lebih banyak dari
anak normal. Susu sapi harus dituding sebagai salah satu penyebab lainnnya.
Kita tahu lemak dalam susu sapi lebih tinggi dari lemak ASI. Lemak susu sapi
disiapkan untuk membangun tubuh anak sapi, bukan tubuh anak manusia. Maka masih
tetap bijak jika ibu tetap hanya memilih ASI untuk bayi, daripada membiarkan
menjadi gembrot oleh susu sapi nantinya. Jika bayi diberikan makanan sesuai
dengan umur dan tahapan perkembangan usianya, kecil kemungkinan anak bakal
gemuk. Kita tahu, ada tahapan pemberian makanan bayi yang tidak boleh
dilanggar.
Selain agar tubuh anak tidak dirugikan oleh menu yang tidak
tepat, kemungkinan anak menjadi kelebihan berat badan pun tidak perlu sampai
terjadi. Buat anak di atas setahun, tentu pilihan susunya hanya susu sapi. Jika
anak sudah gemuk, pilihlah susu nonfat, yang sudah dibuang lemak susunya. Anak
hanya membutuhkan kandungan protein susunya. Biasakan anak banyak gerak.
Latihan jasmani bukan sekadar permainan, melainkan harus dimanfaatkan juga
untuk membantu membangun tulang dan otot, selain membakar kelebihan kalori yang
diperoleh dari makanan yang mungkin berlebih. Semakin kurang bergerak, berolahraga,
dan latihan jasmani, semakin besar kemungkinan menjadi gemuk, dan badan anak
pun tidak bugar. Kurikulum olahraga di sekolah kita sangat kurang memadai.
Semboyan hidup anak sekolah di negara maju, tiada hari tanpa olahraga.
Selera makan anak yang sudah telanjur gemuk umumnya jadi
meningkat luar biasa. Itu maka, anak yang sudah telanjur gemuk dengan mudah
bertambah berat badannya kalau dorongan untuk terus makannya tidak ditahan,
atau terkendali. Bayi normal akan bertambah berat 2 kali lipat pada usia 5
bulan, dan menjadi 3 kali lipat ketika berumur setahun. Selanjutnya berat badan
ideal anak sampai usia 11 tahun bisa dihitung dengan rumus 8 + (2 X umur) kg.
Anak yang berumur 5 tahun, idealnya memiliki berat badan 8 + (2 X 5) kg atau 18
kg. Lebih dari itu waspada.
Namun, lebih tepat untuk usia di atas setahun dipakai
formula Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index), yang dihitung dengan cara membagi
angka berat badan dengan tinggi badan (dalam meter). Nilai 23 - 25 tergolong
ideal, dan lebih dari 25 berarti sudah kelebihan berat. Anak yang gemuk bukan
cuma sebab kesalahan memberi makan berlebihan, melainkan bisa juga sebagai
sebuah kasus penyakit. Ada beberapa jenis penyakit (kelainan hormon dan gen)
yang membuat tubuh anak gemuk abnormal, dan gemuknya kelihatan tidak sehat.
Dalam hal gemuk penyakit, tidak mudah mengoreksinya, karena
memang ada yang salah dalam sistem hormonal atau gennya. Gemuk yang tak
terkendali dengan diet, dan upaya membuang kalori ini, tergolong gemuk yang
harus diterima apa adanya, dengan segenap risiko yang dibawanya. Ini masalah
baru yang dihadapi Amerika sekarang. Baru-baru ini, sekolah di AS membuat
'kartu rapor berat badan'. Anak yang dinyatakan kelebihan berat badan
memerlukan konsultasi dokter untuk diet khusus, dan latihan jasmani ekstra agar
berat badan ideal bisa tercapai.
Di sekolah-sekolah Singapura, misalnya, anak yang kelebihan
berat badan diberi porsi olahraga yang lebih banyak dibanding anak yang tidak
gemuk, agar berat badannya menyusut menjadi tidak gemuk lagi. Kegemukan
diantisipasi medis bisa membawa banyak penyakit, sehingga sumber daya manusia
menjadi kurang berkualitas. Dengan kartu rapor berat badan, anak dipantau terus
oleh sekolah sampai batas tidak gemuknya tercapai. Setelah itu, berat badan
yang tercapai ideal dipertahankan dengan cara makan tidak rakus, dan pilihan menunya
tepat, sambil tetap berolahraga sehingga gemuknya tidak kambuh.
Anak gemuk apakah berarti profil lemak dalam darahnya juga
tinggi? Ya, hal itulah yang paling kita takuti. Kebanyakan remaja Amerika yang
pola makan dan pilihan menunya serba junk food itu, rata-rata sudah kelebihan
kadar lemak dalam darahnya. Walau tidak selalu harus lemak dalam darahnya
tinggi, namun kebanyakan remaja di negara maju, kolesterol dan trigliseride-nya
sudah di atas normal. Itu berarti, risiko muncul malapetaka akibat tingginya
profil lemak tubuhnya, sudah dimulai sejak usia pubertas mula. Dan itu yang menerangkan,
mengapa dewasa ini banyak serangan jantung atau stroke muncul pada usia yang
lebih dini. Semakin banyak stroke dan serangan jantung koroner prematur (kurang
dari
usia 40 tahun) muncul sekarang ini.
Lemak dalam darah yang belebih kini diyakini juga
menceteuskan bangkitnya kanker di organ tubuh mana saja. Kanker rahim, ginjal
dan payudara khususnya. Risiko perlemakan hati, kencing manis, juga disebabkan
semakin tingginya lemak dalam darah. (to/nv)