I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan,
pengetahuan, pendidikan,
kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk
pencegahan dan perawatan.
Namun sebagian besar orang masih mengabaikan kondisi
kesehatan gigi secara
keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting,
padahal manfaatnya sangat
vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi,
2007).
Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan
minuman, tetapi fungsi
mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang mengetahui.
Mulut merupakan bagian yang
penting dari tubuh kita dan dapat dikatakan bahwa mulut
adalah cermin dari kesehatan gigi
karena banyak penyakit umum. Ketua Umum Pengurus Besar
Persatuan Dokter Gigi
Indonesia (PDGI), drg H Emmyr F Moeis, MARS mengatakan,
kondisi gigi dan mulut bisa
mengungkapkan gejala-gejala awal penyakit berbahaya bahkan
sampai memprediksi
kelahiran prematur.
Berdasarkan alasan-alasan diatas, penulis tertarik untuk
meneliti suatu permasalahan
yaitu hubungan pengetahuan tentang penyakit gigi dan mulut
terhadap gejala awal penyakit
yang berbahaya.
I.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, bisa dirumuskan
permasalahan penulisan
ini sebagai berikut, yaitu:
“Adakah hubungan penyakit gigi dan mulut dengan gejala awal
penyakit yang berbahaya
pada manusia ?”
1 I.3. Tujuan penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan penyakit gigi dan mulut dengan gejala
awal penyakit yang
berbahaya pada manusia.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang penyakit gigi dan
mulut
b. Mengetahui gambaran kejadian penyebab, dan cara
pencegahan penyakit gigi dan
mulut pada manusia.
c. Menemukan hubungan pengetahuan tentang penyakit gigi dan
mulut dengan gejala
awal penyakit yang berbahaya pada manusia.
I.4. Manfaat penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Bagi institusi universitas
Dengan adanya penulisan makalah ini dapat dijadikan dasar
untuk lebih meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut para mahasiswa di lingkungan
fakultas masing-masing.
2. Bagi populasi pembaca
Penulisan makalah ini dapat merupakan tambahan pengetahuan
dan wawasan
terhadap masalah yang terkait dengan penyakit gigi dan mulut
terutama cara
pencegahannya.
3. Bagi penulis
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
penyakit gigi dan mulut,
penulisan makalah ini juga untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan
hidup sehat, termasuk keehatan gigi dan mulut bagi setiap
orang agar terwujud derajat
2 kesehatan masyarakat yang optimal
BAB II.
PEMBAHASAN
1. Gigi berlubang (Caries)
Gigi yang berlubang bukanlah disebabkan ulat seperti
anggapan orang pada zaman
dahulu. Teori ini bertahan hingga tahun 1700-an hingga
Willoughby Miller seorang
dokter gigi Amerika yang bekerja di Universitas Berlin
menemukan penyebab
pembusukan gigi. Ia menemukan bahwa lubang gigi disebabkan
oleh pertemuan antara
bakteri dan gula. Bakteri akan mengubah gula dari sisa
makanan menjadi asam yang
menyebabkan lingkungan gigi menjadi asam (lingkungan alami
gigi seharusnya adalah
basa) dan asam inilah yang akhirnya membuat lubang kecil
pada email gigi.
Saat lubang terjadi pada email gigi, kita belum merasakan
sakit gigi. Tetapi, lubang
kecil pada email selanjutnya dapat menjadi celah sisa
makanan dan adanya bakteri akan
membuat lubang semakin besar yang melubangi dentin. Pada
saat ini kita akan
merasakan linu pada gigi saat makan. Bila dibiarkan, lubang
akan sampai pada lubang
saraf sehingga kita akan mulai merasakan sakit gigi. Proses
ini tidak akan berhenti
sampai akhirnya gigi menjadi habis dan hanya tersisa akar
gigi.
Sakit gigi tidak dapat dipandang sebelah mata seperti
anggapan beberapa orang,
karena bila didiamkan, dapat membuat gigimenjadi bengkak dan
meradang. Selain itu
gigi berlubang dapat menjadi sarana saluran masuknya kuman
penyakit menuju saluran
darah yang dapat menyebabkan penyakit ginjal, paru-paru,
jantung maupun penyakit
lainnya.
Agar tidak semakin bertambah parah, maka bila Anda memiliki
gigi berlubang
sebaiknya Anda segera mengunjungi dokter gigi untuk
mengobatinya. Walaupun banyak
orang tidak suka pergi ke dokter gigi dengan alasan tidak
peduli dengan keadaan gigi,
khawatir biayanya mahal, takut atau malu diejek karena gigi
yang rusak, namun pergi ke
dokter gigi adalah solusi terbaik untuk mengatasi sakit
gigi. Gigi berlubang tidak dapat
sembuh dengan sendirinya. Walaupun, mungkin setelah
menderita sakit gigi, rasa
sakitnya dapat hilang tetapi tidak memperbaiki keadaan gigi.
Gigi akan tetap berlubang,
bahkan lubangnya akan terus semakin membesar.
4 Untuk mencegah terjadinya lubang pada gigi, Anda dapat
melakukan langkah-
langkah berikut:
Memeriksa gigi secara rutin
Menyikat gigi secara teratur dan pada waktu yang tepat
Menyikat gigi dengan cara yang benar.
Kumur setelah makan
Gunakan benang gigi untuk mengeluarkan sisa makanan
Pilih pasta gigi yang mengandung fluorida
Makan makanan yang berserat
Kurangi makanan yang mengandung gula dan tepung
Sumber :
www.kumpulaninfosehat.com ditulis pada Senin, 05 Januari
2009
2. Plak Gigi
Plak gigi adalah suatu lapisan bening, sangat tipis ,
terdiri dari mucus dan kumpulan
bakteri yang menyelimuti permukaan gigi. Plak gigi hanya
dapat dilihat dengan
pewarnaan pada gigi. Perwarna yang digunakan juga khusus
dikenal dengan nama
disclosing agent.
Gigi yang sudah disikat akan kembali berkontak dengan saliva
(ludah). Mucin
(salah satu zat yang terkandung dalam saliva) akan melapisi
gigi. Lapisan ini kemudian
dikenal dengan nama Acquired Pellicle (mucus). Acquired
Pellicle ini sangat tipis,
berkisar 1 um. Selain mucin dan protein lainnya, saliva juga
mengandung banyak bakteri.
Beberapa saat setelah Acquired Pellicle terbentuk bakteri
juga akan singgah dan
berkoloni di lapisan tersebut. Keadaan inilah yang kemudian
disebut dengan plak gigi
atau dental plaque.
Plak merupakan penyebab lokal dan utama terbentuknya
penyakit gigidan mulut
yang lain seperti karies (lubang gigi), kalkulus (karang
gigi), gingivitis (radang pada
5 gusi), periodontitis (radang pada jaringan penyangga
gigi), dan lain sebagainya. Oleh
karena plak tidak dapat dihindari pembentukannya, maka
mengurangi akumulasi plak
adalah hal yang sangat penting untuk mencegah terbentuknya
panyakit gigi dan mulut.
Cara yang paling umum dan murah adalah sikat gigi. Dengan
atau tanpa pasta gigi,
minimal 2 kali dalam sehari kita harus menyikat gigi. Pagi
dan sebelum tidur malam.
Lebih ideal jika kita menggunakan bantuan disclosing agent
untuk melihat apakah
penyikatan gigi yang kita lakukan sudah benar-benar
sempurna. Gigi yang terbebas dari
plak ditandai dengan tidak adanya pewarnaan oleh disclosing
pada gigi. Selain itu
perabaan dengan lidah mengidentifikasikan dalam bentuk gigi
terasa kesat — bukan licin.
Jika masih terasa licin maka masih terdapat plak.
Sumber :
www.kumpulaninfosehat.com ditulis pada 22 Desember 2007
pukul 14.00
3. Karang gigi
Karang gigi merupakan kumpulan plak yang
termineralisasi yang sangat lengket di atas email gigi.
Lapisan ini terlihat keputihan dan seiring waktu
berubah kekuningan setelah berasimilasi dengan air
liur. Berdasarkan lokasinya, karang gigi ada di
supragingiva (permukaan gigi diatas gusi) dan
di subgingiva (permukaan gigi di bawah gusi).
Karang gigi terutama timbul pada daerah-daerah gigi yang
sulit dibersihkan.
Pembersihan Karang gigi
Seringkali kita tidak mengetahui bahwa telah terdapat plak
pada gigi . Karang gigi
berkembang dari plak gigi yang menempel pada tepi gusi. Bila
ini terus dibiarkan akan
menyebabkan peradangan gusi, dan pada akhirnya membuat aroma
mulut tidak sedap.
6 Pembersihan karang gigi memerlukan bantuan dokter atau
perawat gigi.Jika dilakukan
dengan cara yang baik dan benar, pembersihan karang tidak
akan merusak gigi. Yang
tidak jarang terjadi adalah gigi jadi ngilu karena bagian -
bagian leher gigi yang tadinya
tertutup karang jadi terbuka. Gusi juga mungkin sedikit
berdarah karena tepi gusi yang
tertutup karang memang lebih sensitif, tapi pendarahan akan
berhenti setelah karang gigi
dibersihkan.
Pencegahan karang gigi :
1. Menjaga kebersihan oral dengan cara menyikat gigi dua
kali sehari, dapat mencegah
pembentukan plak pada permukaan email gigi.
2. Bersihkan sisa-sisa makanan dari sela-sela gigi dengan
menggunakan benang gigi
(dental floss) atau sikat interdental
3. Perbanyak minum air putih
4. Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula dan
tepung.
5. Melakukan pemeriksaan gigi secara berkala, 6 bulan
sekali.
Sumber :
Drg. Henny Susanty
7 4. Sakit gusi
Ada dua jenis utama penyakit gusi: gingivitis dan
periodontitis.
Gingivitis Radang gusi
Pada radang gusi, gusi Anda menjadi terganggu oleh plak -
campuran makanan,
bakteri dan produk-produk limbah bakteri yang terbentuk pada
gigi Anda setelah makan.
Jika plak tidak dibersihkan dari gigi Anda secara teratur,
gusi Anda akan menjadi merah,
bengkak dan mengkilat,
dan mereka. Jika plak
dihapus, gusi akan
sembuh. Jika plak tidak
dibersihkan dari gigi,
gingivitis akan tetap, dan
dapat berkembang
menjadi periodontitis.
The effects of gum disease Efek dari permen penyakit
Periodontitis
Jika tidak diobati gingivitis, gusi mulai menarik diri dari
gigi Anda, meninggalkan
saku kecil di sekitar gigi. Saku ini perangkap plak bahwa
Anda tidak dapat mencapai
dengan sikat gigi. Seiring waktu, plak mengeras untuk tartar
(kalkulus). Plak dan tartar
membangun, menyebabkan iritasi lebih lanjut.
Iiritasi ini secara bertahap menyebar ke struktur tulang di
sekitar gigi Anda. Dengan
berjalannya waktu, mendapatkan kantong lebih dalam dan lebih
sulit dibersihkan, dan
gusi dan tulang dapat menyusut.. Hal ini disebut
periodontitis. Gusi menyusut dapat
mengekspos beberapa akar gigi Anda, membuat mereka goyah dan
sensitif.. Apabila
tidak diobati selama beberapa tahun, gigi Anda mungkin akan
jatuh, atau harus diambil
8 oleh dokter gigi.
Ini jarang mungkin untuk membuat struktur tulang tumbuh
kembali, sehingga
kantong periodontal tidak reversibel. Namun, jika Anda
mendapatkan perawatan yang
tepat dan pastikan Anda floss dan sikat gigi Anda dengan
baik, perkembangan penyakit
ini dapat dihentikan.
Gejala penyakit gusi :
Anda mungkin tidak tahu bahwa anda memiliki penyakit gusi.
Terkadang itu tidak
menyakitkan dan beberapa orang dengan penyakit gusi tidak
memiliki gejala. Ini adalah
salah satu alasan mengapa penting bahwa anda mengikuti
pemeriksaan rutin dengan
dokter gigi Anda, sebagai dokter gigi Anda akan dapat
melihat tanda-tanda awal penyakit
gusi. Biasanya tanda gingivitis pertama adalah pendarahan
dari gusi saat Anda
menggosok gigi Anda.. gusi Anda mungkin juga merah dan
bengkak. Jika gingivitis telah
berkembang menjadi periodontitis, gigi Anda mungkin goyah
dan Anda mungkin
mendapatkan gusi abses (pengumpulan nanah di bawah gusi).
Jika Anda memiliki gejala-
gejala tersebut, penyakit gusi Anda mungkin sudah cukup
maju. Anda akan melihat
dokter gigi Anda segera.
Penyebab penyakit gusi :
. Penyakit gusi terjadi ketika plak terbentuk di sekitar
gigi yang tidak dibersihkan
dengan sempurna.. Hal ini lebih cenderung terjadi jika Anda
menemukan kesulitan untuk
membersihkan gigi dengan baik, misalnya jika Anda memakai
kawat gigi atau gigi palsu,
atau penyimpangan dalam gigi Anda bahwa Anda tidak dapat
mencapai dengan sikat
gigi.
Ada faktor lain yang dapat membuat Anda lebih cenderung
mendapatkan penyakit
gusi. Ini termasuk:
• merokok
• diabetes
9 • perubahan hormonal, misalnya selama kehamilan atau
pubertas
Dalam semua kasus ini meskipun, penyebab utama penyakit gusi
adalah
membangun plak.
Pencegahan penyakit gusi :
Mencegah penyakit gusi melibatkan mengendalikan jumlah plak
dan tartar yang
terbentuk pada gigi Anda. Kunjungan Reguler ke dokter gigi
atau ahli kesehatan,
menyikat gigi dan flossing gigi Anda dengan benar dan
berhenti merokok akan
membantu untuk melakukan hal ini.
. Dokter gigi atau ahli kesehatan dapat menunjukkan kepada
Anda cara yang benar
untuk kuas, benang dan menggunakan sikat antar-gigi. sikat
gigi antar-digunakan untuk
menghilangkan plak dan partikel makanan dari sela gigi dan
di bawah garis gusi. Ini
adalah daerah yang sikat gigi tidak dapat mencapai.
. Bahkan menyeluruh menyikat gigi dan flossing tidak dapat
menghapus setiap jejak
plak. Kebanyakan orang memiliki penyimpangan dalam plak gigi
mereka di mana bisa
membangun di luar jangkauan dan mengeras menjadi tartar. Hal
ini hanya dapat dihapus
oleh dokter gigi atau ahli kesehatan selama scaling.
Sumber :
http://hcd2.bupa.co.uk/fact_sheets/html/gum_disease.html
5. Xerostomia
Xerostomia adalah mulut kering akibat produksi kelenjar
ludah yang berkurang.
Gangguan produksi kelenjar ludah tersebut dapat diakibatkan
oleh gangguan / penyakit
pada pusat ludah, syaraf pembawa rangsang ludah ataupun oleh
perubahan komposisi
faali elektrolit ludah. Gangguan tersebut diatas dapat
terjadi oleh karena rasa takut /
10 cemas, depresi, tumor otak, obat-obatan tertentu,
penyakit kencing manis, penyakit ginjal
dan penyakit radang selaput otak.
Xerostomia yang berarti mulut kering berasal dari kata xeros
= kering dan stoma =
mulut. Xerostomia merupakan karakteristik klinis dari suatu
keadaan berkurangnya
produksi saliva. Produksi saliva yang berkurang dapal
menimbulkan gejala-gejala klinis,
seperti : kering dan pecah-pecah pada Iidah dan bibir; pipi
kering; lidah berlapis;
gingivitis; kandidiasis; dan merah pada mukosa bibir, lidah
dan pipi; adanya karies
rampan. Keadaan mulut yang kering dapat terlihat berupa
kesulitan mengunyah dan
menelan, atau kesulitan dalam mempergunakan gigi timan. Pada
pemakaian gigi tiruan,
saliva mernpunyai peranan yang penting, yaitu sebagai faktor
retensi dan faktor
stabilisasi, Pada pasien yang menderita xerostomia akan
lebih sulit untuk memasang /
memakai gigi timan penuh karena sedikitnya / tidak adanya
saliva yang membantu
memberikan retensi, stabilisasi dan dukungan pada gigi
tiruan penuh tersebut
Sumber :
www.wikipedia.com Merry Chritie Ellora Lumban Toruan pada 13
Mei 2008
6. Sariawan
Sariawan merupakan bahasa awam untuk berbagai macam
lesi/benjolan yang
timbul di rongga mulut. Namun biasanya jenis sariawan yang
sering timbul sehari-hari
pada rongga mulut kita disebut (dalam istilah kedokteran
gigi) Stomatitis Aftosa Rekuren
(SAR)
Gejalanya berupa rasa sakit atau rasa terbakar satu sampai
dua hari yang kemudian
bisa timbul luka (ulser) di rongga mulut. Rasa sakit dan
rasa panas pada sariawan ini
membuat kita susah makan dan minum. Sehingga kadang pasien
dengan SAR datang ke
dokter gigi dalam keadaan lemas.
Ini sering menyerang siapa saja. Tidak mengenal umur maupun
jenis kelamin.
11 Biasanya daerah yang paling sering timbul SAR ini adalah
di mukosa pipi bagian dalam,
bibir bagian dalam, lidah serta di langit-langit.
Penyebabnya :
Sampai saat ini penyebab utama dari SAR belum diketahui.
Namun para ahli telah
menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya sariawan
ini, diantaranya adalah :
1. Defisiensi (kekurangan) vitamin B12 dan zat besi.
2. Infeksi virus dan bakteri juga diduga sebagai pencetus
timbulnya SAR ini. Ada
pula yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi
imunologik abnormal
pada rongga mulut.
3. Nah yang cukup sering terjadi pada kita, terutama warga
kota yang sibuk,
adalah stress. Faktor psilkologis ini (stress) telah
diselidiki berhubungan dengan
timbulnya SAR.
Pencegahan :
Dengan mengetahui penyebabnya, diharapkan kita dapat
menghindari timbulnya
sariawan ini, diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga
mulut serta mengkonsumsi
nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12 dan
zat besi. Juga selain itu,
jangan lupa untuk menghindari stress. Namun bila ternyata
sariwan selalu hilang timbul,
anda dapat mencoba dengan kumur-kumur air garam hangat dan
pergi ke dokter gigi
untuk meminta obat yang tepat untuk sariawannya.
BAB III.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ada hubungan antara penyakit gigi dan mulut dengan gejala
awal penyakit yang
berbahaya pada manusia. Oleh karena itu, diperlukan
kesadaran, kemauan dan kemampuan
untuk mewujudkan hidup sehat, termasuk kesehatan gigi dan
mulut bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3.2. Saran
Alangkah baiknya menanamkan sejak kecil pada anak, tentang
pentingnya
kesehatan gigi dan mulut beserta cara perawatan dan
pemeliharaannya agar nantinya bisa
terhidar dari berbagai penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bence, R. 1990.
Buku Pedoman Endodontik Klinik. Terjemahan dari Handbook of
Clinical Endodontics. Sundoro, E.H. (Penterjemah). Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
2. Rahayu, Y.C. 2007. Infeksi Anaerob Dentofasial dan Nyeri
Orofasial. Jember:
Laboratorium Biologi Mulut FKG Universitas Jember.
3. Sukandar, S.D. & Elisabeth, W. 1995. Efek Analgesik
Akupuntur pada Periodontitis
Apikalis Akuta. Cermin Dunia Kedokteran. 105: 5-10.
4. Walton, R.E. & Torabinejad, M. 1997. Prinsip dan
Praktik Ilmu Endodonsi. Terjemahan
dari Principles and Practice of Endodontics. Narlan
Sumawinata (Ed). Jakarta: EGC.
5. www.kumpulaninfosehat.com
6. www.wikipedia.com
7. www.klikdokter.com
8. www.okezone.com