PENYAKIT ANTHRAX (RADANG LIMPA)
Anthrax adalah penyakit menular yang
biasanya bersifat akut atau perakut pada berbagai jenis ternak (pemamah biak,
kuda, babi dan sebagainya), yang disertai dengan demam tinggi dan disebabkan
oleh Bacillus anthracis. Biasanya ditandai dengan perubahan-perubahan
jaringan bersifat septicemi, timbulnya infiltrasi serohemorrhagi pada
jaringan subkutan dan subserosa dan dengan pembengkakan akut limpa. Pelbagai
jenis ternak liar (rusa, kelinci, babi hutan dan sebagainya) dapat pula
terserang.
Manusia juga rentan terhadap infeksi
bakteri ini, meskipun tidak serentan ternak pemamah biak. Anthrax merupakan
salah satu zoonosis yang penting dan sering menyebabkan kematian pada manusia.
Di Indonesia anthrax menyebabkan
banyak kematian pada ternak. Kerugian dapat berupa kehilangan tenaga kerja di
sawah dan tenaga tarik, serta kehilangan daging dan kulit karena ternak tidak
boleh dipotong.
Penyakit anthrax
di Indonesia ditemukan sejak tahun 1884. Sejak itu Pemerintah baik pada masa
kolonial Belanda sampai Pemerintah RI telah berupaya untuk menurunkan kasus-kasus
penyakit bakterial ini.
Namun pada awal tahun 1990 tiba-tiba
masyarakat peternakan Indonesia dikejutkan dengan wabah anthrax yang menyerang
sapi-sapi perah di Boyolali. peristiwa ini menyebabkan jumlah ternak yang
terjangkiti penyakit anthrax mencapai 3600 ekor sapi dan 1406 ekor sapi mati.
Penyebab
Penyebab penyakit anthrax adalah
bakteri Bacillus anthracis. Faktor-faktor seperti hawa dingin,
kekurangan makanan dan keletihan dapat mempermudah timbulnya penyakit pada
ternak-ternak yang mengandung spora yang bersifat laten.
Bacillus anthracis berbentuk
batang, lurus dengan ujung siku-siku. dalam biakan membentuk rantai panjang.
dalam jaringan tubuh tidak pernah terlihat rantai panjang, biasanya tersusun
secara tunggal atau dalam rantai pendek dari 2 - 6 organisme. Dalam jaringan
tubuh selalu berselubung (berkapsel). kadang-kadang satu kapsel melingkupi
beberapa organisme.
Bakteri Bacillus anthracis
bersifat gram positif, berukuran besar dan tidak dapat bergerak. Bakteri yang
sedang menghasilkan spora memiliki garis tengah 1 mikron atau lebih dan panjang
3 mikron atau lebih.
Basil anthrax bersifat aerob dan
akan membentuk spora yang letaknya di tengah bila cukup oksigen. Spora tersebut
mampu hidup di tanah sampai puluhan tahun. Bentuk spora lebih tahan terhadap
suhu pasteurisasi, oleh macam-macam desinfektan atau proses pembusukan dibandingkan bentuk
vegetatif B. antracis.
Pemusnahan spora B. anthracis
dapat dicapai dengan uap basah bersuhu 900C selama 45 menit, air
mendidih atau uap basah bersuhu 1000C selama 10 menit, dan panas
kering pada suhu 1200C selama satu jam.
Penularan
Anthrax tidak
lazim ditularkan dari ternak yang satu ke ternak yang lain secara langsung.
Wabah anthrax pada umumnya ada hubungannya dengan tanah netral atau berkapur
yang alkalis yang menjadi daerah inkubator bakteri tersebut.
Bila penderita anthrax mati kemudian
diseksi atau termakan burung-burung atau ternak pemakan bangkai, maka sporanya
akan dengan cepat terbentuk dan mencemari tanah sekitarnya. Bila terjadi
demikian, maka menjadi sulit untuk memusnahkannya. Hal tersebut menjadi lebih
sulit lagi, bila spora yang terbentuk itu tersebar angin. air pengolahan tanah,
rumput makanan ternak dan sebagainya. Di daerah iklim panas lalat penghisap
darah antara lain jenis Tabanus dapat bertindak sebagai pemindah
penyakit.
Rumput pada lahan yang tercemari
penyakit ini dapat ditempati spora. Apabila rumput ini dimakan sapi perah
maupun ternak lainnya, mereka akan tertulari.
Penyebaran penyakit ini umumnya
dapat berkaitan dengan pakan yang kasar atau ranting-ranting yang tumbuh di
wilayah yang terjangkit penyakit anthrax. bahan pakan yang kasar kadangkala
menusuk membran di dalam mulut atau saluran pencernaan dan masuklah bakteri Bacillus
anthracis tersebut melalui luka-luka itu. jadi melalui luka-luka kecil
tersebut maka terjadi infeksi spora.
Penularan dapat terjadi karena
ternak menelan tepung tulang atau pakan lain atau air yang sudah terkontaminasi
spora. Selain itu gigitan serangga pada ternak penderita di daerah wabah yang
kemudian serangga tersebut menggigit ternak lain yang peka di daerah yang masih
bebas merupakan cara penularan juga.
Pada manusia, biasanya infeksi
berasal dari ternak melalui permukaan kulit terluka, terutama pada orang-orang
yang banyak berhubungan dengan ternak.
Infeksi melalui pernafasan mungkin
terjadi pada pekerja-pekerja penyortir bulu domba (wool-sarter’s disease),
sedangkan infeksi melalui pencernaan terjadi pada orang-orang yang makan daging
asal ternak penderita anthrax.