Blog Seputar Cara Menghilangkan Jerawat, Cara Menghilangkan Bekas Jerawat, Cara Menghilangkan Jerawat Secara Alami, Cara Menghilangkan Komedo, Cara Memutihkan Wajah ,Cara Memutihkan Kulit, Cara Memutihkan Gigi, Cara Manfaat Daun Sirsak , Artikel Kesehatan , Makalah Kesehatan, Tips Kesehataan, Skripsi Kesehatan, manfaat dan Khasiat Daun, contoh surat.Contoh makalah

PENGERTIAN GENOME HIV |PENULARAN DAN GEJALA|Siklus/daur hidup HIV

Advertisement
Advertisement

Genome HIV

Kompleksitas genomik dan heterogeneiti dari HIV adalah merupakan efek patologi dari virus ini. Pada ukuran 9-kilobase strand-singel RNA HIV genome mengandung tiga gene(gag, env, pol) yang berguna untuk replikasi retroviral dan juga terdapat 6 gen tambahan yang menjadi media yang berfungsi untuk siklus hidup dari virus HIV(Tabel 6.2).
Tabel 6.1. genom HIV produksi dan fungsinya
Gen
Produksi protein
Fungsi dalam daur hidup
gag
Gag/pusat precursor protein
Pusat (core) protein virus
p24=capsid protein utama
p17=matrix  protein
p9=melekat pada RNA virus
p7=melekat pada RNA virus
env
Env/ protein amplop
Amplop protein virus
gp120=amplop protein utama, sebagai mediator perlekatan pada sel reseptor (CD4+)
gp41=sebagai mediator untuk fusi amplop virus dengan membran sel.
pol
Reverse transcriptase

Integrase


Protease
Mengubah singel strand virus RNA menjadi virus DNA duplex
Integrasi virus DNA duplex kedalam sel genome inang sebagai provirus DNA
Memisahkan core precursor poliprotein kedalam fungsi core protein
tat
Tat protein
Regulator protein esensiil, transaktivasi ekspresi dari semua gen virus
rev
Rev protein
Virus regulator, mengaktivasi ekspresi struktur virus HIV dan gen enzim
vif
Vif protein
Berperan dalam awal pertumbuhan virus dan aktivitas virion bebas
vpu
Vpu protein
Memacu pembebasan virus baru (virion) dari sel inang
nef
Nef protein
Protein regulator (esensial untuk pathogenitas SIV)
vpr
Vpr protein
protein regulatore, peran belum jelas
Mellors (2002)

Penularan dan gejala

 Penularan HIV paling sering terjadi adalah dengan hubungan kelamin tanpa pelindung (kondom), dimana HIV masuk melalui lapisan mukosa vagina, vulva, penis, rektum ataupun mulut. HIV juga dapat ditularkan melalui darah yang terinfeksi, dimana HIV ditularkan melalui transfusi darah atau komponen darah. Akhir-akhir ini telah dilakukan skreening darah terhadap HIV dengan perlakuan pemanasan, sehingga resiko penularan HIV melalui transfusi darah sangat kecil. Diantara pengguna obat bius, HIV sering ditularkan melalui injeksi yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, dimana jarum atau siring tersebut telah terkontaminasi HIV walaupun dalam jumlah yang sangat kecil. Ibu hamil dan menyusui dapat menularkan HIV melalui plasenta pada janin yang dikandungnya atau melalui air susu terhadap bayi yang disusuinya. Sekitar ¼ sampai 1/3 ibu hamil yang menderita HIV menularkan infeksi HIV pada bayinya. Dewasa ini telah dikembangkan pencegahan penularan HIV dari ibu hamil kepada bayinya dengan pemberian AZT dan ibunya melahirkan lewat operasi cesar, ternyata dapat mengurangi resiko penularan HIV sampai 1%. Penelitian yang dilakukan pada sebuah keluarga yang salah satu anggotanya penderita AIDS menunjukkan bahwa  tidak pernah terjadi penularan HIV melalui kontak seperti penggunaan alat makan (sendok piring dsb), handuk atupun tempat tidur, kolam renang, telepon ataupun toilet. HIV juga tidak ditularkan melalui gigitan serangga seperti nyamuk ataupun kutu.
Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala pada awal masa infeksi HIV, tetapi beberapa orang menunjukkan gejala mirip penyakit flu dalam waktu satu atau dua bulan setelah infeksi. Gejalanya adalah: demam, sakit kepala, kelelahan dan pembengkakan kelenjar limfe. Gejala tersebut biasanya menghilang dalam waktu satu minggu sampai satu bulan dan sering dikelirukan dengan gejala infeksi virus lainnya. Selama periode ini penderita sangat berpotensi untuk menularkan virus dan HIV ditemukan dalam jumlah besar dalam cairan genital. Gejala yang lebih parah dapat timbul dalam kurun waktu 10 tahun atau lebih setelah HIV pertama kali masuk kedalam tubuh orang dewasa, atau dalam waktu dua tahun pada anak yang dilahirkan tertular HIV dari ibunya. Pada periode yang asimptomatik tersebut, timbulnya sangat bervariasi untuk setiap individu. Beberapa orang kadang menunjukkan gejala dalam waktu beberapa bulan setelah infeksi, sementara yang lain tidak menunjukkan gejala sampai lebih dari 10 tahun. Pada kondisi asimptomatik tersebut, virus sangat aktiv berkembang biak (multiplikasi), dapat menular dan membunuh sel pada sistem imun. Yang paling terlihat pada kondisi ini adalah terjadinya penurunan jumlah sel CD4+ sel-T yang terdapat dalam darah (kurang dari 200 sel, normalnya lebih dari 1000 sel), dimana sel CD4+ sel-T ini merupakan kuncinya sistem imun untuk melawan agen penyakit. Pada awal infeksi, HIV merusak dan membunuh sel tersebut tanpa menunjukkan gejala penyakit.
Pada saat sistem imun sangat menurun, maka akan terjadi komplikasi oleh infeksi penyakit lain. Pada kebanyakan orang, gejala yang terlihat pertama adalah pembengkakan kelenjar limfe yang terjadi selama lebih dari tiga bulan. Gejala lain yang terlihat dalam waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun adalah:
-          Terasa kelemahan yang sangat
-          Bobot badan menurun drastis
-          Demam dan berkeringat terus menerus
-          Terjadi infeksi persisten karena jamur (oral atau vaginal)
-          Kulit kering dan terkelupas
-          Peradangan pada bagian pinggul pada wanita dan tidak merespon terhadap pengobatan
-          Hilang ingatan sesaat
Beberapa individu mengalami infeksi virus herpes yang mengakibatkan luka pada mulut, genital atau anus, dan terasa sakit pada sistem saraf. Pada anak pertumbuhan lambat dan sering menderita berbagai penyakit.

Siklus/daur hidup HIV

Yang merupakan sel target untuk infeksi HIV secara invitro dan invivo adalah CD4+T-limposit dan makrofag pada manusia. CD4+ glikoprotein pada permukaan sel Th menyediakan perlekatan yang kuat sebagai reseptor untuk HIV. Infeksi awal adalah perlekatan amplop virion gp120 pada CD4+ reseptor dari sel hospes (human). Akihir-akhir ini telah dikembangkan dan ditemukan koreseptor (CCR5 atau CXCR4) untuk perlekatan HIV-1 yang merupakan target sel yang memudahkan HIV masuk kedalam tubuh. CCR5 adalah reseptor chemotaktik cytokine (beta-chimokine) adalah reseptor untuk strain makrofag-tropic (M) dari HIV, sedangkan CXCR4, juga reseptor chemokine yaitu reseptor untuk strain T-limphocyte-tropic(T) dari HIV. Infeksi HIV dimulai dari perlekatan amplop virus glikoprotein gp120 pada reseptor CD4+ dan satu atau dua reseptor lainnya oleh gp41-mediated fusion dari amplop virus pada sel membran. Setelah melepas core(pusat) dan componen-RNA virus, protein gag gen dan amplop gen enzim terbebaskan kedalam sitoplasma. Dalam sitoplasma virus dipengaruhi enzim reverse transcriptase merubah singel strand  virus RNA menjadi strand pertama DNA copy dan secara bertahap akan menjadi dua strand virus DNA duplex. Virus DNA duplex akan ditransport kedalam nukleus sel dimana virus tersebut disisipkan (diintegrasi) oleh enzim HIV integrase kedalam sel genome dari hospes sebagai ikatan kovalen HIV provirus DNA.
Yang penting disini adalah enzim HIV riverse transcriptase adalah suatu kelainan prone (very error-prone), sehingga terjadinya ketidak sesuaian nukleotida yang menyebabkan mutasi besar-besaran dari genome virus. Terjadinya diversivikasi baik genotipe maupun phenotipe dari HIV adalah faktor utama dalam patogenesitas didalam sistem pertahanan tubuh dari hospes, yang akibatnya terjadinya resistensi terhadap pengobatan antivirus seperti: reverse transcriptase inhibitors (RTIs) dan protease inhibitors (PIs).
Sekali berintegrasi kedalam sel genome hospes sebagai provirus DNA, HIV akan menjadi stabil sebagai infeksi virus produser atau infeksi laten yang sangat bergantung pada kondisi dari hospes, terutama apakah sel yang terinfeksi dalam keadaan aktif atau istirahat. Pada kondisi lingkungan seluler yang baik, provirus DNA dikopi oleh enzim RNA polymerase dari sel hospes menjadi protein regulator HIV (Tat, Rev dan lainnya) atau precursor protein yang dikode oleh gen gag, pol dan env. Precursor core protein dilepas oleh HIV protease. Sekali bergabung, core HIV mengandung HIV RNA (2 kopi), protein core (p24, p17, p9, p7) dan enzim pol (reverse transcriptase, integrase, protease) yang kemudian bergerak kepermukaan  sel dan mendapatkan protein HIV amplop (gp120, gp41) tumbuh pada membran plasma dan terbebaskan sebagai virus yang infeksius.
Pada sel laten yang terinfeksi virus, provirus HIV DNA tidak diekspresikan sebagai virus RNA, protein virus, atau virion tetapi direplikasi sebagai DNA oleh sel DNA polymerase hospes sebagai gen seluler lainnya dan kemudian ditranmisi kedalam sel progeni dengan cara pembelahan sel. Kemungkinan besar sel yang terinfeksi HIV pada pasien yang tidak menunjukkan gejala (periode asimptomatis) pada infeksi-HIV, adalah masa infeksi laten. Pada periode laten tersebut, sel yang terinfeksi virus, menyebabkan proses mekanisme sistem imun anti-HIV tidak berefek. Sel yang terinfeksi pada periode laten ini, seperti CD4+ sel-T, dapat diaktivkan oleh antigen, mitogen, cytokine dan produksi gen virus lainnya  untuk memulai mentranscript dan translasi provirus HIV-DNA yang kemudian memproduksi virus dan menyebarkan virus infektif
Facebook Twitter Google+
Back To Top