BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare atau dikenal dengan sebutan
mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan
bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak
yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua
terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang
menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau
kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian
kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak
akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar
dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja diare akan
membahayakan anak. (anaksehat.blogdrive.com).
Menurut
data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health Organization
(WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di
dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF
memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
Angka
tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika
digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita
mendapatkan penanganan serius.
Di Indonesia sendiri,
sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita setiap
harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di
mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun.
Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan
perawatan pertama saat anak terkena diare.
Diare disebabkan
faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan
kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya.
Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.
Oleh karena itu,
upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan
tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare
baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran
pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap
di makanan. (lifestyle.okezone.com).
Angka kejadian diare
di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia,
sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap
harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare
merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta
nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare
sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun
Kasubdit Diare dan
Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk
dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten
di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah
kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan
kematian. Hal tersebut, terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih,
sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat. (piogama.ugm.ac.id).
Sedangkan di Provinsi
Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus yang diakibatkan adanya banjir
di Provinsi Riau. Adapun kecamatan yang terkena banjir sebanyak 36 kecamatan,
164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950 Jiwa.
(yankesriau.wordpress.com).
Sepintas diare
terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan untuk
mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata
ada beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau
bakteri yang masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi
makanan, reaksi obat, alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan
diare, begitu pula sejumlah penyakit tertentu. (lovenhealth.blogspot.com).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada
anak dengan diare
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis
diare
2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak
dengan diare
3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan
pada anak dengan diare
4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan
pada anak dengan diare
5. Untuk mengetahui Implementasi
keperawatan pada anak dengan diare
6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan
pada anak dengan diare
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Menurut Haroen N, S.
Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali
sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L
Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi
mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi &
Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air
besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat
diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3
kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa
disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada
lambung atau usus.
2.
Etiologi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran
pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri
(Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,
dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll),
infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C.
albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi
di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media
akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
c. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida
(intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi
lemak dan protein.
d. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi
makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
e. Diare dapat terjadi karena faktor
psikologis (rasa takut dan cemas).
3.
Manifestasi klinis
Diare akut karena
infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri
perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung
lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis
metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus,
berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih
menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala
ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan
bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang
mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan
kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang
sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan
darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria.
Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
4.
Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan tinja.
- Pemeriksaan
gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan
menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
- Pemeriksaan kadar
ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
- Pemeriksaan
elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
5.
Penatalaksanaan
Penanggulangan
kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal
sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution
(ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala
diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah.
Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah
gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare
yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena merupakan
pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu
diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk
merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam
dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan
yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin
lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus
biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi stabil,
maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi
sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi
bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli
perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang
diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab
diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan
gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab
pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan
terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah
membaik.
6.
Komplikasi
Menurut Broyles
(1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia,
disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia),
hiponatremia, dan shock hipovolemik.
B.
Konsep
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Pengkajian yang
sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan
fisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat
keperawatan.
· Awalan serangan :
Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul
diare.
· Keluhan utama :
Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi
gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus
dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi
BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan
masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat
pemberian imunisasi.
4. Riwayat
psikososial keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi
anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak
mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya,
mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
· Pola eliminasi :
akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau
jarang.
· Pola nutrisi :
diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan
pasien.
· Pola tidur dan
istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa
tidak nyaman.
· Pola hygiene :
kebiasaan mandi setiap harinya.
· Aktivitas : akan
terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi
abdomen.
6. Pemerikasaan
fisik.
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum
tampak lemah, kesadaran composmentis
sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
· Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar,
selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
· Perkusi : adanya distensi abdomen.
· Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
· Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan
tingkat tumbuh kembang.
d. Pada anak diare
akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.
e. Pemeriksaan
penunjang.
f.Pemeriksaan tinja,
darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara
kuantitatip dan kualitatif.
2.
Diagnosa yang Mungkin
Muncul
a. Kekurangan volume
cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas
(mual).
b. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan
peristaltik usus.
c. Nyeri (akut) b.d
hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d. Kecemasan keluarga
b.d perubahan status kesehatan anaknya
e. Kurang pengetahuan
keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan
informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan
kognitif.
f. Kecemasan anak b.d
perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru
3.
Intervensi dan
Rasional
Dx.1 Kekurangan
volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake
terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan
cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Berikan cairan oral
dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
Sebagai upaya
rehidrasi untuk mengganti cairan
Pantau intake dan
output. yang keluar bersama feses.
Memberikan informasi
status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti.
Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa
Kolaborasi
pelaksanaan terapi definitif
Pemberian obat-obatan
secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui
Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan
Pertahankan tirah
baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
Menurunkan kebutuhan metabolic
Menurunkan kebutuhan metabolic
Pertahankan status
puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian
makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral
mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga
terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah
keadaan klinis klien memungkinkan.
Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju
Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan : Nyeri
berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal
Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
Lakukan aktivitas
pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres
hangat abdomen
Meningkatkan
relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan koping
Bersihkan area
anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan
kulit
Melindungi kulit dari
keasaman feses, mencegah iritasi
Kolaborasi pemberian
obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
Analgetik sebagai
agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat
diberikan sesuai indikasi klinis
Kaji keluhan nyeri
dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk
verbal dan non verbal
Mengevaluasi
perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya
Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
Dorong keluarga klien
untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping
yang tepat.
Membantu
mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah
Tekankan bahwa
kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya
mengalami masalah yang sama
Membantu menurunkan
stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami
masalah yang demikian
Ciptakan lingkungan
yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien.
Mengurangi rangsang
eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan
Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Tujuan : Keluarga
akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu
mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya.
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya.
Efektivitas
pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang
pengetahuan sebelumnya.
Jelaskan tentang
proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
Pemahaman tentang
masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga
dalam proses perawatan klien
Jelaskan tentang
tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping
yang mungkin timbul
Meningkatkan
pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
Jelaskan dan
tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
Meningkatkan
kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri
anaknya
Dx. 6 : Kecemasan
anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan : Kecemasan
anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan
Anjurkan pada
keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn yang
dilakukan
Mencegah stres yang
berhubungan dengan perpisahan
Berikan sentuhan dan
berbicara pada anak sesering mungkin
Memberikan rasa
nyaman dan mengurangi stress
Lakukan stimulasi
sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien
Meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan secara optimum
4.
Implementasi
Melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan
pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang
belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana,
kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila
dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya
sampai tujuan tercapai.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Anak Arya
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya
Tanggal Masuk: 23
oktober 2010
Diagnosa medis:
gastroenteritis
Nama Ayah : Tuan Endang
Umur :35 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : sunda
Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya
Nama Ayah : Bu Novi
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : sunda
Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya
1. Keluhan Utama
Alas
an masuk dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah sudah 4 hari yang lalu. BAB
yang sedikit tapi sering sekitar 7-8 kali perhari.ps. masuk via IGD Rujukan dr.
Arya Bunda.
3. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran compos mentis, panjang badan
65 cm, BB 6 kg, LILA 35 cm, lingkar kepala 18 cm, TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140
x/menit, RR 46 x/menit, keluhan lain BAB berlendir dan berdarah serta encer.
4. Riwayat kesehatan
keluhan utama BAB encer, berlendir
dan berdarah,sehari bias 7-8 kali. Keluhan sudah ada 4 hari sebelum pasien
masuk RS, factor pencetus adalah alergi susu sapi. Pada riwayat kesehatan
dahulu tidak ada penyakit berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada
penyakit menular atau keturunan.
5. Riwayat Imunisasi
imunisasi belum lengkap, imunisasi yang
didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi yang belum didapat adalah Campak,
waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.
6. Psikososial
hubungan dengan anggota keluarga anak sangat
dekat dengan ayah dan ibunya. ps tidak ada teman sebaya. karakter periang.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
motorik
halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik.
8. Jenis Kebutuhan
a. makanan, pada kondisi sehat nakan
teratur, makanan air tajin, 3x/ hari. selama sakit ps tidak diperbolehkan minum
susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap putting susu lemah, ASI
diberikan tidak adekuat, ibu jarang menyusui bayinya.
b. cairan, selama sehat ps minum susu
teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc dan pemasukan parenteral
sebanyak 250cc total 550 cc.
c. eliminasi, selama sehat frekuensi BAK
5-6 kali perhari, warna kuning bening bau khas, jumlah 350- 400 cc/ hari.
selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau khas, tidak
terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB selama sehat 1 x / hari, konsistensi
lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak terkaji. waktu sakit BAB
7-8 x / hari dengan konsistensi encer,
tidak mengikuti bentuk kolon, warna kuning kemerahan, bau amis, jumlah tidak
terkaji, ada lendir dan darah, ps tampak mengedan saat BAB dan meringis, tidak
ada pemakaian laksatif.
d. tidur, selama sehat pola tidur teratur,
malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam tidur 11,5 jam. waktu sakit, pola
teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,
e. kebutuha bermain, waktu sehat, jenis
permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps tidak bisa tidur, 16 menit tiap
bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan sama.
9. Pemeriksaan Fisik
a. kepala : lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya
dibagian atas saja tekstur rambut halus, warna hitam, tidak ada lesi, wajah
agak pucat.
b. Mata : mata simetris, palpebra tidak
ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera putih,m ukuran pupil 2 cm,
reaksi pupil +/+ kiri dan kanan..
c. Hidung : hidung simetris, warna sama
dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung tidak ada kelainan, tidak
ada sekret dan polip.
d. Telinga: posis sejajar kiri dan kana,
tidak ada secret, membrane timpani tidak ada peradangan, ketajaman penuh. Tidak
ada nyri aurikel dan mastoid.
e. Mulut : simetris, bersih, bibir normal,
gigi belum lengkap, tonsil normal.
f. Thorak / dada paru : bentuk normal
chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris, ekspansi dada
simetris, taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak
ada suara nafas tambahan.
g. Jantung: iktus kordis tidak terlihat,
precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba, batas jantung
jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi jantung S1 dan
S2 terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung
tambahan.
h. Abdomen dan anus : abdomen bentuk
soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar, tidak ada lesi dan asites.
Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen tympani,
tidak terdapat massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda
peritonitis tidak ada. Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak terdapat
pembesaran dan nyeri. Warna anus merah muda / kemerah-merahan. terdapat lesi,
tidak ada fistula dan hemoroid.
i. Genitalia : simetris, tidak terpasang
kateter dan tidak ada kelainan.
j. Ektremitas dan punggung : punggung
tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang belakang. Ekstremitas
simetris, tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan sendi
normal. Kekuatan otot 5. Tidak ada keterbatasan gerak.
k. Kulit : lesi tidak ada, kulit lembab,
turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah merah.
10.
Pemeriksaan Neurologis
Reflek
fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting
susu ibunya, reflek meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.
11.
Hasil Pemeriksaan Diagnostic
- Pemeriksaan Hb = 9,8 gr% ( 04 Nov. 2010)
- Pemeriksaan Hb = 10,2 gr% ( 05 Nov. 2010)
- Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% ( 06 Nov. 2010)
12.
Terapi Yang Diberikan
02-11-2010 :
Luminal 2
x 15 mg
Oralit 50 mg
tiap mencret
Diit ML 700
kkal
IVFD Kaen
IIIB 28 tts / i
03-11-2010
:
Luminal 2
x 15 mg
Oralit 50 mg
tiap mencret
Diit ML 700
kkal
IVFD Kaen
IIIB 28 tts / i
02-11-2010
:
Luminal 2
x 15 mg
Oralit 50 mg
tiap mencret
Diit ML 700
kkal
IVFD Kaen
IIIB 28 tts / i
B.
Analisa
Data
No.
|
Data
Fokus
|
Penyebab
|
Masalah
|
1.
|
DO:
·
BAB encer, berlendir serta berdarah
·
KU ps. Lemah
·
Bising usus 38x/menit
·
BAB 7-8 Perhari
·
TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit,
RR 46 x/menit
DS:
·
Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4
hari, jumlah sedikit.
|
Alergi susu sapi
|
Diare
|
2.
|
DO:
·
Warna anus kemerahan
·
Terdapat lesi disekitar anus
·
Frekuensi diare 7-8 x/ hari
·
Daerah sekitar anus lembab
DS:
·
Keluarga mengatakan lesi dibagian
anus sudah 2 hari.
|
ekskresi/BAB sering
|
Kerusakan
integritas kulit
|
3.
|
Do:
·
Bayi tampak malas menyusu kepada
ibunya
·
Reflek menyusu lemah
·
BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hari
·
KU lemah
·
Ps. Hanya minum susu ASI
·
Hb: 9,8 gr%
·
Wajah bayi agak pucat
DS:
· Ibunya mengataka bahwa jarang
menyusui anaknya
· Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya
tidak teratur
|
Kelemahan reflek
menyusui
|
Menyusui tidak
efektif
|
C.
Diagnosa
Keperawatan
·
Diare
b.d Alergi susu sapi
·
kerusakan
integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
·
Menyusui
tidak efektif b.d Kelemahan reflek
menyusui
D.
Intervensi
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
|
Intervensi
(NIC)
|
1
|
Diare b.d Alergi susu sapi
Ditandai dengan :
·
Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4
hari, jumlah sedikit.
·
BAB encer, berlendir serta berdarah
·
KU ps. Lemah
·
Bising usus 38x/menit
·
BAB 7-8 Perhari
·
TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit,
RR 46 x/menit
|
Setelah dilakukan tidakan keperawatan
dalam 5 x 24 jam eliminasi BAB dan status hidrasi efektif.
Kriteria hasil:
·
Tidak ada diare
·
Konsistensi tidak cair
·
Ada ampas
·
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
·
TTV dalam batas normal
·
Bising usus dalam batas normal
|
Fluid
management
· Timbang popok/pembalut jika
diperlukan
· Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
· Monitor status hidrasi
(kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika
diperlukan
· Monitor vital sign
· Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake kalori harian
· Kolaborasikan pemberian
cairan intravena IV
· Monitor status nutrisi
· Dorong masukan oral
· Kontrol bising usus
· Dorong keluarga untuk
membantu pasien minum susu
· Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul meburuk
· Berikan oralit sesuai indikasi
|
2
|
kerusakan integritas kulit b/d
ekskresi/BAB sering
DO:
·
Warna anus kemerahan
·
Terdapat lesi disekitar anus
·
Frekuensi diare 7-8 x/ hari
·
Daerah sekitar anus lembab
DS:
Keluarga mengatakan lesi dibagian
anus sudah 2 hari.
|
Setelah dilakukan
tidakan keperawatan dalam 5 x 24 jam membrane mukosa dan kulit kembali
efektif
Kriteria Hasil :
v Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi,
elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
v Tidak ada luka/lesi pada kulit
v Perfusi
jaringan baik
v Menunjukkan
pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera
berulang
v Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban
kulit dan perawatan alami
|
Skin care
§ Hindari
kerutan padaa tempat tidur
§ Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
§ Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
sekali
§ Monitor
kulit akan adanya kemerahan
§ Oleskan
lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
§ Monitor
status nutrisi pasien
§ Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
§ Jaga kulit tetap kering
|
3
|
Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui d.d:
Do:
·
Bayi tampak malas menyusu kepada
ibunya
·
Reflek menyusu lemah
·
BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hari
·
KU lemah
·
Ps. Hanya minum susu ASI
·
Hb: 9,8 gr%
·
Wajah bayi agak pucat
DS:
· Ibunya mengatakan bahwa jarang
menyusui anaknya
· Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya
tidak teratur
|
Setelah dilakukan
tidakan keperawatan dalam 7 x 24 jam status nutrisi dan menyusui efektif.
Kriteria Hasil :
·
Adanya peningkatan berat badan sesuai
dengan tujuan
·
malnutrisi
·
Tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti
·
Ibu mau menyusui anaknya dengan
teratur
·
Reflek menyusui anak baik
·
Hb dalam batas normal
·
Bayi tidak lagi malas mengisap
putting susu
·
Bayi tidak lagi pucat
|
Nutrition Management
§ Kaji
BB setiap hari
§ Kaji
adanya kelemahan dan kelasan bayi dalam menyusui
§ Kaji
kadar Hb
§ Ajarkan
ibu pentingnya memberi susu secara teratur
§ Kaji
adanya pucat
§ Beritahu
ibu pentingnya ASI bagi bayi
|
E.
Implementasi
dan Evaluasi
Tanggal
/
hari
|
Jam
|
No.
Dx
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Paraf
|
04
Nov.
2010
Kamis
|
09.00
09.10
10.00
12.00
12.30
12.45
13.00
|
I
|
·
Mengukur
TTV
·
Mengkaji
keadaan umum ps
·
Memberikan
cairan lewat infus
·
Mengukur
balance cairan
·
Mengkaji
BAB
·
Menimbang
popok
·
Mengukur
bising usus
|
S:
-
O:
-
berat popok 500 gr
-
TTV: S: 36,6 C
N: 140x/menit
RR:46 X/menit
- IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
- Balance cairan +150 ml
- KU ps lemah
- BAB encer, berlendir, dan berdarah
- Bisisng usus = 38 x / menit
A: Diare b.d Alergi susu sapi belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
|
TTD
|
04
Nov.
2010
Kamis
|
09.00
09.10
19.15
10.00
12.00
|
II
|
·
Mengkaji adnya lesi
·
Mengkaji frekuensi diare setiap 24
jam
·
Mengobservasi tanda – tanda kerusakan
integritas kulit
·
Memandikan ps
·
Melakukan verbeden
|
S:
-
keluaga mengatakan ada lesi dibagian
anus
O:
-
frekuensi diare 7-8 x/ hari
-
terdapat kemerahan disekitar anus
-
verbeden setiap hari
-
ps. Tamapk tenag setelah dimandikan
dan diberi lotion
A: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB
sering belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
|
TTD
|
04
Nov.
2010
Kamis
|
10.00
12.00
12.10
12.15
12.30
12.45
|
III
|
§ mengkaji
kekuatan menusui pada bayi
§ menimbang
BB
§ Mengkaji
turgor kulit
§ Mengkaji
adanya alergi
§ Mengkaji
tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.
§ Memberiakn
diit sesuai indikasi
§ Mengukur
Hb
|
S:-
O:
- Ps. Alergi susu sapi
- Diit diberikan sesuai konsultasi ahli
gizi
- BB: 6 kg
- Turgor kulit jelek
- Lingkungan nyaman selama pemberian
diit
- Tidak ada perubahan pigmen kulit
- Hb 9,8 gr%
A: Menyusui tidak
efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
|
TTD
|
Tanggal
/
hari
|
Jam
|
No.
Dx
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Paraf
|
06
Nov.
2010
Sabtu
|
09.00
09.10
10.00
12.00
12.30
12.45
13.00
|
I
|
·
Mengukur
TTV
·
Mengkaji
keadaan umum ps
·
Memberikan
cairan lewat infus
·
Mengukur
balance cairan
·
Mengkaji
BAB
·
Menimbang
popok
·
Mengukur
bising usus
|
S:
-
O:
-
berat popok 400 gr
-
TTV: S: 36,8 C
N: 148 x /menit
RR:50 x /menit
- IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
- Balance cairan +170 ml
- KU ps lemah
- BAB encer, berlendir, dan berdarah
- Bisisng usus = 36 x / menit
A: Diare b.d Alergi susu sapi belum
teratasi
P=Intervensi dilanjutkan
|
TTD
|
06
Nov.
2010
Sabtu
|
09.00
09.10
19.15
10.00
12.00
|
II
|
·
Mengkaji adnya lesi
·
Mengkaji frekuensi diare setiap 24
jam
·
Mengobservasi tanda – tanda kerusakan
integritas kulit
·
Memandikan ps
·
Melakukan verbeden
|
S:
-
keluaga mengatakan masih ada lesi
dibagian anus
O:
-
frekuensi diare 6-7 x / hari
-
terdapat kemerahan disekitar anus
-
verbeden setiap hari
-
ps. Tampak tenag setelah dimandikan
dan diberi lotion
A: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB
sering belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
|
TTD
|
06
Nov.
2010
Sabtu
|
10.00
12.00
12.10
12.15
12.30
12.45
13.00
|
III
|
§ mengkaji
kekuatan menusui pada bayi
§ menimbang
BB
§ Mengkaji
turgor kulit
§ Mengkaji
adanya alergi
§ Mengkaji
tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.
§ Memberiakn
diit sesuai indikasi
§ Mengukur
Hb
|
S:-
O:
- Ps. Alergi susu sapi
- Diit diberikan sesuai konsultasi ahli
gizi
- BB: 6,1 kg
- Turgor kulit jelek
- Lingkungan nyaman selama pemberian
diit
- Tidak ada perubahan pigmen kulit
- Hb 10,2 gr%
A: Menyusui tidak
efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
|
TTD
|
Tanggal
/
hari
|
Jam
|
No.
Dx
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Paraf
|
05
Nov.
2010
Jumat
|
09.00
09.10
10.00
12.00
12.30
12.45
13.00
|
I
|
·
Mengukur
TTV
·
Mengkaji
keadaan umum ps
·
Memberikan
cairan lewat infus
·
Mengukur
balance cairan
·
Mengkaji
BAB
·
Menimbang
popok
·
Mengukur
bising usus
|
S:
-
O:
-
berat popok 350 gr
-
TTV: S: 36,5 C
N: 140 x /menit
RR: 46 x /menit
- IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
- Balance cairan +170 ml
- KU ps lemah
- BAB encer, berlendir, dan berdarah
- Bising usus = 32 x / menit
A: Diare b.d Alergi susu sapi belum
teratasi
P=Intervensi dilanjutkan
|
TTD
|
05
Nov.
2010
Jumat
|
09.00
09.10
19.15
10.00
12.00
|
II
|
·
Mengkaji adnya lesi
·
Mengkaji frekuensi diare setiap 24
jam
·
Mengobservasi tanda – tanda kerusakan
integritas kulit
·
Memandikan ps
·
Melakukan verbeden
|
S:
-
keluaga mengatakan masih ada lesi
dibagian anus
O:
-
frekuensi diare 5 x / hari
-
terdapat kemerahan disekitar anus
-
verbeden setiap hari
-
ps. Tampak tenag setelah dimandikan
dan diberi lotion
A: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB
sering belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
|
TTD
|
05
Nov.
2010
Jumat
|
10.00
12.00
12.10
12.15
12.30
12.45
13.00
|
III
|
§ mengkaji
kekuatan menusui pada bayi
§ menimbang
BB
§ Mengkaji
turgor kulit
§ Mengkaji
adanya alergi
§ Mengkaji
tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.
§ Memberiakn
diit sesuai indikasi
§ Mengukur
Hb
|
S:-
O:
- Ps. Alergi susu sapi
- Diit diberikan sesuai konsultasi ahli
gizi
- BB: 6,3 kg
- Turgor kulit jelek
- Lingkungan nyaman selama pemberian
diit
- Tidak ada perubahan pigmen kulit
- Hb 10,7 gr%
A: Menyusui tidak
efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
|
TTD
|
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Sesuai
dengan pengkajian teoritis dibandingkan dengan Pengkajian pada Anak Arya dengan
Gastroenteritis maka didapatkan data senajng sebagai berikut :
No.
|
Data Senjang
|
Penyebab
|
Masalah
|
1.
|
DO:
·
BAB encer, berlendir serta berdarah
·
KU ps. Lemah
·
Bising usus 38x/menit
·
BAB 7-8 Perhari
·
TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46
x/menit
DS:
·
Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari,
jumlah sedikit.
|
Alergi susu sapi
|
Diare
|
2.
|
DO:
·
Warna anus kemerahan
·
Terdapat lesi disekitar anus
·
Frekuensi diare 7-8 x/ hari
·
Daerah sekitar anus lembab
DS:
·
Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2
hari.
|
ekskresi/BAB sering
|
Kerusakan integritas kulit
|
3.
|
Do:
·
Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya
·
Reflek menyusu lemah
·
BB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hari
·
KU lemah
·
Ps. Hanya minum susu ASI
·
Hb: 9,8 gr%
·
Wajah bayi agak pucat
DS:
·
Ibunya mengatakan bahwa jarang menyusui
anaknya
·
Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak
teratur
|
Kelemahan reflek menyusui
|
Menyusui tidak efektif
|
Data
senjang diatas sesuai dengan pengkajian teoritis yang telah dibuat.
B. Diagnosa Keperawatan
Secara
teoritis diagnosa keperawatan yang berkemungkinan muncul pada diare ada 6
diagnosa. Dari 6 diagnosa keperawatan tersebut, hanya 3 diagnosa yang kelompok
temukan pada kasus ini. Adapun diagnosa yang muncul pada anak Arya Yaitu:
1.
Diare b.d Alergi susu sapi
Diagnosa ini diangkat
karena bayi tersebut diare disebabkan oleh alergi susu sapi.
2.
kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Diagnosa ini diangkat
karena pada anus pasien sudah terdapat lesi dan warnanya merah muda
3.
Menyusui tidak efektif b.d
Kelemahan reflek menyusui
Diagnosa
ini diangkat karena bayi tampak malas menyusui dan menyusui tidak teratur
C. Perencanaan
1.
Intervensi Fluid management
diangkat diharapkan eliminasi BAB
dan status hidrasi bias efektif
2.
Intervensi Skin care
diangkat diharapkan membrane mukosa dan kulit kembali
efektif
3.
Intervensi Nutrition
Management diangkat diharapkan status nutrisi dan menyusui efektif.
4.
Implementasi
a.
Diare b.d Alergi susu sapi
1. Mengukur TTV
2. Mengkaji keadaan
umum ps
3. Memberikan cairan
lewat infus
4. Mengukur balance
cairan
5. Mengkaji BAB
6. Menimbang popok
7. Mengukur bising
usus
b.
kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
1.
Mengkaji
adnya lesi
2.
Mengkaji
frekuensi diare setiap 24 jam
3.
Mengobservasi
tanda – tanda kerusakan integritas kulit
4.
Memandikan
ps
5.
Melakukan
verbeden
c.
Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
1.
mengkaji kekuatan
menusui pada bayi
2.
menimbang BB
3.
Mengkaji turgor kulit
4.
Mengkaji adanya
alergi
5.
Mengkaji tingkat
kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.
6.
Memberiakan diit
sesuai indikasi
7.
Mengukur Hb
Dalam asuhan
keperawatn hanya implementasi diatas saja yang dilaksanakan, ada beberapa
intervensi yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu bagi kelompok untuk
mengelola pasien.
E. Evaluasi
Dalam evaluasi ini
tidak semua criteria hasil dapat tercapai karena keterbatasan waktu dari
kelompok untuk mengelola asuhan keperawatan pada anak Arya.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil penerapan
proses keperawatan yang kelompom lakukan pada An. A dengan Gastroenteritis
diruangan Merak I RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat ditemukan 3 diagnosa
keperawatan yang muncul yaitu:
·
Diare b.d Alergi susu sapi
·
kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
·
Menyusui tidak efektif
b.d Kelemahan reflek menyusui
Setelah Perencanaan
keperawatan disusun, dalam pelaksanaan keperawatan, kelompok dapat melaksanakan semua rencana
keperawatan yang telah disusun Dalam melaksanakan tindakan keperawatan kelompok
bekerjasama dengan klien, keluarga, dan perawat ruangan. Selain itu,
implementasi keperawatan tersebut disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas
ruangan perawatan klien.
B.
Saran
Bagi Institusi
Diharapkan dapat
menambah koleksi bacaan di perpustakaan sehingga mudah dalam pembuatan tugas.
Bagi Rumah Sakit
Diharapkan data ini
dapat menjadi referensi dalam pembuatan asuhan keperawatan yang mengacu pada
standar SNL (Standard Nursing Language) yang dianjurkan oleh NANDA.
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum, 1991,
Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Ngastiyah, 997,
Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price & Wilson
1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta
Soetjiningsih 1998,
Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Soeparman &
Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono, 1986,
Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong,
1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda company,
USA.
NIC (Nursing Intervention
Classification)
NOC (Nursing Outcomes Classification)
NANDA