Materi Kuliah Pengantar Psikologi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
Pengertian
Psikologi
Psikologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu “ Psyche” dan “ ology”. Secara etimologis
“Psyche” berarti jiwa, roh, sukma atau nafas hidup. Dan “ology” berarti ilmu
pengetahuan atau studi. Jadi Psikologi secara etimologis berarti ilmu tentang
jiwa, ilmu tentang roh, atau sukma tau ilmu tentang nafas hidup.
1)
Keberatan
pertama adalah apabila kita menggunakan istilah ilmu jiwa lalu timbul
pertanyaaan pertama apakah jiwa sama halnya kita mengunakan istilah ilmu bumi
dan ilmu alam lalu timbul pertanyaan pakah bumi atau alam itu. Jawabannya
mungkin tidak terlalu sulit karena dapat diamati secara langsung, diraba,
dilihat dan sebagainya. Tetapu untuk memeberi jawaban apakah jiwa itu sungguh
sulit karena jiwa tidak dapat diamati secara langsung, tidak dapat diraba,
tidak diketahui bentuk dan warnanya.
2)
Dalam
prngguanaan istilah jiwa bahwa jiwa merupakan sebagian daripada manusia, salah
satu aspek hidup pada kehidupan individu sebab disamping jiwa ada badan. Oleh
karena itu berpendapat bahwa yang dipelajari oleh psikologi bukan hanya jiwanya
tetapi juga individu merupakan kesatuan
jasmani rohani yang tidak dapat dibagi atau dipecah.
Lingkungan mempunyai dua
pengertian, yaitu :
-
Lingkungan
dalam pengertian unwelt. Umwelt merupakan lingkungan sekitar individu, yaitu
segala sesuatu yang berada di sekitar individu.
-
Lingkungan
dalam pengertian umgebung. Umgebung merupakan lingkungan yang berarti terhadap
individu. Lingkungan ini bermacam-macam antara lain :
1)
Lingkungan
alam atau natural environment merupakan lingkungannnya yang terdiri atas
benda-benda atau factor-faktor alamiah seperti : alat-alat yang kita pakai,
baju, rumah , kendaraan, makanan, air, dsb.
2)
Lingkungan
social merupakan lingkungan yang berupa hubungan dengan individu yang lain,
hubungan antara manusia seperti manusia seperti kelompok-kelompok keluarga,
sekolah, organisasi.
3)
Lingkungan
budaya atau lingkungan kulturil merupakn lingkungan yang berhubungan dengan
hasil kreasi manusia seperti bahasa, kesenian, adat istiadat dsb.
4)
Lingkungan
spiritual merupakan lingkungan yang berhubungan dengan bagaimana seharusnya
manusia berhubungan denagn penciiptanya (Tuhan ), lingkungan yang berhubungan
dengan keimanan, keyakinan dan kepercayaan kepada yang gaib.
5)
Lingkungan
ekonomi merupakan lingkungan yang berhubungan dengan pengaturan kesejahteraan
hidup materiil manusia.
Secara definitive
psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kegiatan atau tingkah
laku dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Yang di perkuat oleh ahli seperti
Woodworth dan Marquis, Crow dan Crow, Sartain, Benhard dan Bernhard, dan Ernest
Hilgart. Mneurut definisi mereka ternyata bahwa studi psikologi tidak hanya
terbatas pada manusia tetapi juga pada binatang namun bukanlah tujuan akhir
malinkan untuk memahami kegiatan individu manusia.
2.
Kegiatan
individu dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis kegaiatan sebagai berikut :
a.
Kegiatan
motoris atau motoric activity. Meliputi kegiatan dalam gerakan atau perbuatan
jasmania misalnya, berjalan , memukul, melambaikan tangan, mengedipkan mata.
Kegiatan itu ada yang disadari karena merupak perintah dari pusat saraf otak,
dan ada juga tidak disadri karena tidak diperintah oleh otak dan merupak
kegiatan reflex.
b.
Kegiatan
kognitif. Merupakn kegiatan yang berhubungan dengan pengenalan dunia luar.
Contohnya mengamati, mendengar, mencium,
mengingat, menghayal dsb.
c.
Kegiatan
konatif. Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan motif untuk mencapai
tujuan. Contohnya keinigin, cita-cita, tujuan hidup dsb.
d.
Kagiatan
afektif merupakan keiatan yang menyatakan emosi atau perasaaan tertentu,
misalnya bersedih, bergembira, marah , menyayangi dsb.
e.
Kegiatan
yang disadari dan tidak disadari. Kegiatan yang tidak disadari misalnya salah
tulis, salah ucap, salah baca, dsb. Kegiatan yang disadari misalnya belajar,
dsb.
3.
Kegiatan
manusia menjadi objek ilmu pengetahuan
Kegiatan manusia bukan
hanya dipelajari dalam psikologi tetapi juga dalam antropologi,
sosiologi,sejarah, phisiologi, dsb.
-
Antropologi
fisik memepelajari sifat-sifat alamiah dari kelompok besar ras di dunia.
-
Antropologi
budaya memepelajari kebudayaan manusia dan pengaruhnya terhadap kepribadian
manusia.
-
Sejarah
mempelajari kegiatan manusia dari zaman lampau, sekarang dan masa akan datang.
-
Phisiologi
mempelajari organ-organ tubuh manusia sebagai suatu organisme.
4.
Psikologi
sebagai ilmu pengetahuan
Syarat ilmu pengetahuan
antara lain :
1.
Mempunyai
objek formil, yaitu kagiatan dan objek materilnya sama dengan objek materil
ilmu social lainnya.
2.
Metode
ilmiah yang digunakan psikologi yaitu :
a)
Meode
eksperimen
b)
Metode
perkembangan
c)
Metode
studi kasus
3.
Sistematika
percabanagn psikologi :
a)
Psikologi
teoritis, yaitu :
i.
Psikologi
umum
ii.
Psikologi
khusus (psikologi perkembangan, social, abnormal komparatif, diferensial,
kepribadian)
b)
Psikologi
praktis, psikologi yang mempelajari tingkah laku individu di dalam bidang
kehidupan tertentu.
4.
Terminologi,
yaitu menggunakan istilah seperti molekul, kohesi, adhesi, dsb.Demikian pula
psikologi meempunyai istilahseperti intelegensi, minat, motivasi frustasi,
konflik, dsb.
5.
Applied,
yaiu penerapan psikologi dalam berbagai kehidupan.
5.
Tujuan
mempelajari psikologi
Dapat
membantu seseorang agar dapat lebih memahami indinidu baik individu yang lain
maupun individu diri sendiri
6.
Aplikasi
psikologi
Beberapa aplikasi
psikologi dalam berbagai bidang :
1.
Dalam
bidang pendidikan. Bidang masalah aplikasi psikologi dalam pendidikan antara
lain :
-
Masalah
perkembangan dan pertumbuhan
-
Masalah
belajar
-
Masalah
kesehatan mental
-
Masalah
penilaian dan pengukuran
2.
Dalam
bidang guidance dan counseling, ada beberapa jenis guidance :
-
Psykological
guidance, yaitu bantuan terhadap individu yang mangalami gangguan mental dan
emosional.
-
Family
dan marriage guidance, yaitu bimbingan khusus melayani atau membantu menghadapi
kesulitan dalam kehidupan keluarga atau perkawinan.
-
Educational
guidance counseling, yaitu bimbingan untuk murid yang mengalami kesulitan
dengan fungsinya sebagai murid di sekolah.
-
Vocational,
yaitu bimbingan yang melayani atau membantu individu yang mengalami ksulitan
dalam pekerjaan atau jabatan.
3.
Dalam
bidang industry/perusahaan, meliputi 3 hal yaitu :
-
Kepemimpinan
perusahaan, mengusahakan kelancaran perusahaan menyeleksi pegawai menentukan
barbagai bakat, memeberikan latihan khusus untuk meningkatkan skill dan
pengetahuan pegawai, dsb.
-
Penyuluhan
pegawai, yaitu membantu memecahkan masalah yang dihadapi pegawai, memahami
kemajuan dan memeperbaiaki ketrampilan atau skillnya.
-
Human
engineering, yaitu pegawai yang membutuhkan bantuan dalam usaha mmeperoleh
penyesuain dengan alata-alat atau mesin baru, perubahaan dalam tata kerja,
manajeman, administrasi,dsb.
4.
Dalam
bidang klinis (pengobatan, yaitu digunakan dalam usaha penyembuhan atau pengobatan
individu-individu yang menderita gangguan atau sakit mental.er
Bab II
Interaksi individu dengan lingkungan
1.Persoalan-persoalan pokok
psychology
Persoalan-persoalan yang
timbul dalam psychology adalah apakah yang sebenarnya hendak diketahui oleh
psychology dari kegiatan atau tingkah laku individu tersebut.
Apakah yang hendak ditemukan ? atau
tentang apa dari tingkah laku individu yang dipelajari oleh psychology ? dengan
singkat, apakah parsoalan-persoalan pokok dalam psychology dalam mempelajari
tingkah laku individu
Secara sederhana,
persoalan-persoalan pokok dari psychology dapat dirumuskan dalam tiga buah
pertanyaan saya yaitu : what (apa), why (mengapa), dan how (bagaimana) tentang
tingkah laku individu. “what (apa) yang diperbuat individu” kegitan-kegiatan
apa saja yang dicapainya ? “why (mengapa) individu berbuat demikian ? “how
(bagaimana) individu berbuat ?. artinya proses apakah yang dilalui dalam
mencapai hasil-hasil tertentu ? dengan perkataan lain, persoalan psychology
adalah goal (what) apa yang dituju dan apa yang diperbuat, motive (why) yaitu
alas an yang langsung menyebabkan individu berbuat dan raute (how) atau cara
melakukan tindakan dalam mencapai tujuan tersebut.
Sebagai contoh misalnya :
seorang anak yang baru pulang dari sekolah minta makan kepada ibunya karena
lapar. Ibunya menyajikan makanan diatas meja makan lengkap dengan lauk pauknya.
Setelah memilih-milih makanan yang disukainya, makanlah sianak dengan lahapnya.
Dalam persoalan what, why, dan how dari tingkah laku anak tersebut, dapat
dirumuskan kira-kira sebagai berikut : “ apakah yang diperbuat oleh anak itu ?
“ (what ). Ia sedang makan, siang untuk mengenyangkan perutnya yang sedang
lapar. “ mengapa ia berbuat demikian ?”(why) karena terdorong rasa laparnya.
“bagaimana ia berbuat ?’(how). Ia minta makan kepada ibunya, setelah makan
terhidang ia duduk dikursi, kemudian mengambil makanan yang disukainya dan
makan dengan lahapnya sampai perutnya merasa kenyang.
2.YANG DIPERBUAT INDIVIDU DALAM
BERHUBUNGAN DENGAN LINGKUNGANNYA
Dari persoalan why, yaitu apa yang diperbuat individu, ada
satu jawaban yang umum yaitu “ ia berinteraksi dengan lingkungannya “. Interaksi individu dengan lingkungannya ini
mempunyai pengertian luas, artinya individu tidak hanya berinteraksi dalam
kegiatan-kegiatan luar yang Nampak (jasmaniah). Akan tetapi juga dalam kegiatan
yang tidak Nampak (bersifat rohaniah). Orang yang sedang melamun, pada
hakikatnya ia sedang berinteraksi dengan lingkungannya, hanya tidak nampak
karena melamun merupakan kegiatan yang rohaniah.
Persoalan selanjutnya adalah,
bagaimanakah bentuk interaksi tersebut? Atau apa yang diperbuat individu dalam
interaksinya? Secara umum dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) jenis bentuk kegiatan
individu dalam intersksinya dengan lingkungan, yaitu :
1.Individu
menggunakan lungkungan (uses the environment).
Dalam kegiatan-kagiatan /
tindakan-tindakannya individu membuktikan sesuatu yang ada dilingkungannya.
Untik kelangsungan hidupnya, individu menggunakan makanan dan minuman untuk
menjaga kelangsungan hidupnya. Para mahasiswa
menggunakan kecakapan –kecakapannya yang telah diperolahnya untuk mengikuti
kulia dengan baik.
2.Individumenentang lingkungannya
(resist the environment).
Disamping individu menggunakan
lingkungannya sebagaimana telah disebutkan diatas, untuk menjaga kelangsungan
hidupnya, individu harus menentang atau melawan atau menghindari lingkungan.
Individu harus mempertahankan diri terhadap lingkungan-lingkungan yang
mengganggu hidupnya atau berbahaya. Cara-cara individu mempertahankan dirinya
dapat dibagi dalam dua bentuk yaitu bentuk prlawanan (resistance). Atau dalam
bentuk penghindaran (avoidance). Beberapa contoh dari bentuk interaksi ini,
adalah misalnya jika hari hujan, kita memakai payung atau jas hujan, memakai
baju tebal dan hangat pada cuaca dingin.
3.Individu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (adjustment)
bentuk penyesuaian diri/adjustment
ini ada dua kemungkinan, yaitu individu mengubah dirinya sendiri gar interaksi
dengan lingkungannya lebih baik. Bentuk yang pertama disebut penyesuaian
autoplastis, dan yang kedua disebut penyesuaian alloplas. Seorang mahasiswa
yang akan menempati kamarnya yang baru berusaha untuk mengubah, mengatur dan
menyusun segala sesuatu isi kamarnya agar ia merasa betah dalam kamarnya, dan
dapat belajar dengan baik. Dipasangnya hiasan-hiasan pada dinding dengan
warna-warna yang cocok. Ini adalah salah satu contoh dari bentuk penyesuaian
alloplastis.
Contoh bentuk penyesuaian autoplastis
misalnya seorang pemuda yang beruaha belajar bahasa sunsda karena pacarnya
adalah seorang bandung asli, sedang ia sendiri
berasal dari Kalimantan .
Tidak selamanya usaha penyesuaian
diri ini berhasil baik, kadang-kadang individu mengalami kegagalan dalam memperoleh
penyesuaian. Kegagalan dalam penyesuian diri disebut maladjustment.
4.Individu turut serta dengan
kegiatan yang sedang berlangsung (participation)
Dalm kegiatan percakapan-percakapan,
permainan-permainan nyanyian-nyanyian dan sebagainya, individu harus turut
ambil bagian atau turut serta dengan kegiatan yang siftnya dawlam keadaan diam
(statis) maupun merupakan suatu proses ynag dinamis atau bergerak, baik yang sedang be langsung maypun yang telah
berlangsung.
Dalam pergaulan-pergaulan social kegiatan
partisipasi ini merupakan slah satu syarat untuk tercapainya interaksi social
yang efisien.
3.Formula
interaksi.
Dalam proses
berlangsungnya interaksi ada 2 pihak atau unsure yang berperan yaitu individu
disatu pihak dan lingkungan dipihak lain.
Individu member pengaruh
kepada lingkungan dan lingkungan member pengaruh kepada individu. Individu
memperoleh sesuatu dari lingkungan dan lingkungan memperoleh sesuatu dari
individu. Begitu peristiwa timbale balik saling berpengaruh itu terjadi dalam
setiap kegiatan individu
Dengan merumuskan dengan
formula sebagai berikut :
W – O – W
atau L – I – L dimana :
W = world atau lingkungan
O = organism atau
individu
Jadi world atau
lingkungan member pengaruh kepada organism atau individu dan individu member
pengaruh kepada lingkungan.
Lingkungan member
rangsangan atau stimuli kepada individu jika tunggal (jika tunggal = stimuli
dan dalam bentuk jamaknya = stimulus). Stimulus yang diberikan oleh lingkungan
ini bermacam-macam bentuknya, antara lain dalam bentuk suara, cahaya, wujud,
bau-bauan, tekanan, rasa dan sebagainya. Dalam diri individu terdapat alat-alat
yang berfungsi untuk menerima stimulus tersebut dan mengirimkannya kepusat
kesadaran dan kemudian individu memberikan respoon (jawaban) atau reaksi kepada
lingkungan.
Alat-alat penerima dalam
diri individu itu disebut receptors (alatdria) yaitu yang menerima
tenaga-tenaga dari lingkungan (stimulus). Alat-alat ndria itu antara lain mata
sebagai alt penerima rangsang (stimulus berupa cahaya, telinga sebagai alat
penerima suara, kulit sebagai alat penerima tekanan (oerba), lidah sebagai alt
pengecap,hidung sebagai alat pencium bau-bauan dan sebagainya. Perangsang (stimulus) yang sampai kea lat indera
(receptors) dilanjutkan ke syaraf sensoris yang kemudian menyampaikan ke otak
sebagai pusat kesadaran. Dari otak kemudian disampaikan kepada syaraf motoris
yang melanjutkan kepada effectors. Yang dimaksud dengan effectors adalah
organ-organ individu untuk mengadakan reaksi (respon), misalnya otot-otot,
kelenjer-kelenjer dan sebagainya. Jadi dalam individu terdapat receptors
sebagai alat penerima rangsang (stimulus) dari lingkungan dan effectors sebagai
alat untuk memberikan respon kepada lingkunganya. Dengan demikian individu
dapat menerima stimulus dan memberkan reaksi atau respon kepada lingkungannya.
Dengan singkat, suatu peristiwa interaksi dapat dirumuskan sebagai berikut :
W – S – O –
W atau
L – S – I – R – L
Artinya world atau
lingkungan memberikan stimulus atau perangsang kepada organism atau individu dn
individu memberikan respon atau jawaban kepada lingkungan.
a.structure, permanent characteristic ( structure dan
karekteristik yang menetap ) yang dimaksid dengan structure, permanent
characteristic adalah seluruh kecakapan dan karekteristik individu yang telah
tetap sebagai hasil interaksi antara pembawaan dan lingkungan. Yang termasuk
kedalam factor ini adalah antara lain : umur, kelamin, pendidikan, pengalan,
struktur, falsafah hidup, agama dan sebagainya. Contoh : seorang pria akan
memberikan reaksi yang berbeda dengan seorang wanita ketika menunggu kelahiran
bayinya ( pikiran dan perasaan )
b.Temporary state (keadaan sementara)
yang dimaksud dengan keadaan sementara adalah suatu situasi
dalam diri individu yang bersifat
sementara. Contoh dari keadaan sementara misalnya sakit, marah , sedih,
gembira, lapar, lelah dan sebagainya. Seseorang yang sedang lapar akan lain
reaksinya dengan orang yang tidak lapar kalau kepada mereka di hidangkan
makanan
c.aktivity in process (kegiatan yang sedang berlangsung)
individu-individu yang sedang melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu tetu akan mengarahkan segalanya untuk mencapai tujuannya. Ia
memusatkan segalanya baik pikiran, tenaga, kemauan, tindakan-tindakan dan
sebagainya. Untuk percapaian tuhjuan itu segal rangsangan-rangsangan yang
datang dari luar yang menghalangi kegiatan
akan dihindarkan dan sebaliknya perangsang yang membantu kegiatannya
akan didekati atau dipergunakan. Oleh sebab itu kegiatan yang sedang dilakukan
individu itu akan mempengaruhi responnya
terhadap rangsangan yang sampai kepadanya
contoh : seprang prajurit yang sedang dalam pertempuran,
karena semangatnya yang menyala-nyala, maka ia tidak menghiraukan luka-lukanya.
4.INTERAKSI SECARA EFISIEN
Persoalan selanjutnya adalah bagaimanakah agar interaksi itu
berlangsung secara efesien artinya bisa mencapai tujuan dengan hasil yang baik.
Seorang pedagang tentu menghedaki agar dagangannya menarik minat para
langganannya. Seorang yang sakit pergi ke dokter menghendaki agar cepat sembuh.
Contoh-contoh diatas menunjukkan bahwa individu senantiasa
agar dapat berinteraksi secara efisien dengan lingkunagannya. Tetu saja
bermacam-macam caranya tergantung dari situasi, individu, tujuannya dan
sebagainya. Ada
2 faktor utama yang harus diperhatikan individu agar terjadi interaksi yang
efesien yaitu :
a.selectivity atau daya memilih
yaitu kesanggupan individu untuk mengadakan
pemilihan-pemilihan yang tepat didalam tindakan-tindakannya agar supaya
interaksinya berlangsung secara efisien. Dalam pemilihan ini individu
seharusnya sanggup untuk memilih stimulus yang tepat receptor (alat indera)
yang sesuai dan respon yang sesuai dengan situasi kegiatan individu.
Seorang mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah, hendaknya ia
sanggup memilih perangsang yang tepat, mana yang harus dicatat, dan dimana yang
tidak, harus memilih alat indera yang tepat respon atau reaksi yang tepat
sesuai dengan situasi kuliah
b.Set.
yang dimaksud dengan set adalah samoai sejauh manakah
kesiapan individu untuk melakukan suatu tindakan (kegiatan). Beberapa jenis set
(kesiapan) yang harus diperhatikan diantaranya adalah :
mental set
atau kesiapan mental yaitu keadaan siap mental atau kerohaniah untuk melakukan
tindakan. Dengan mental yang siap maka individu akan bertindak dan bekerja lebih
cepat (Quickness), teliti (Accuracy), dan efesien (Eficiency).
Goal set,
yaitu kesiapan individu untuk memahami tujuan yang akan dicapai. Makin jelas
dan dipahami tujuan, makin efesien tindakan individu.
Situation
set, artinya keadaan siap untuk mengenal, sadar dan memahami situasi dimana
kita berada dan situasi itu kita berhubungan.
Physical
set, artinya keadaan siap jasmani untuk melakukan suatu tindakan atau tindakan.
Dengan
memperhatikan 2 faktor diatas maka formula interaksi yang telah disebutkn diatas
dapat disusun sebagai berikut :
W – S – Q –
R – W
Dimana huruf
“ W “ menunjukkan prinsip selectivity dan set dalam cirri individu.
BAB III
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INDIVIDU
1.Pembawaan (Heradity)
Factor
pertama yang menentukan perkembangan individu adalah pembawaan (heredity
natura). Pembawaan melliputi segala potens yang dimiliki individu sejakmasa
kosepsi. Tiap individu, binatang ataupun tanaman memulai kehidupan sebagai
organism yang bersel tunggal yang kecil sekali, garis tengahnya ± 1/200 inch
(1/80 cm ).
Tiap-tiap
sel tersebut mempunyai inti sel (nucleus) yang sangat kecil sekali. Inti sel
benih berlainan dengan sel-sel badan yang lain secara fisiologis maupun secara
ohemis sel-sel badan mempunyai fungsi menggerakkan otot, menghubungkan syaraf,
menahan keseimbangan dan sebagainnya. Sedangkan sel benih mempunyai fungsi yang
istimewa dan khusus, yaitu fungsi pertumbuhan (pembentukan organism yang baru).
Tiap sel benih mempunyai 48 lembar cromosom yang berpasangan menjadi 24 pasang
sehingga terjadi perpaduan yang diikuti oleh pembelahan menjadi 2 organisme.
Pada umumnya
hanya satu organism yang berhasil hidup, maka akan lahir 1 orang anak. Akan
tetapi kedua-duanya berhasil dapat mempertahankan hiduppnya ; maka nanti akan
lahir kembar (2 orang anak). Kembar yang demikian itu yaitu berasal dari satu
sel telur disebut identicaltwins (kembar identik). Tetapi ada kemungkinan pula
kembar ini terjadi bukan berasal dari 1 sel telur tetapi ada 2 sel yang pada
saat yang sama dibuahi oleh 2 sperma kembar yang berasal dari satu sel telur
disebut flaternal twins (kembar bersaudara)
Tiap
organisme manusia mempunyai 24 pasang
chromosom diantara 24 pasang chromosom ini ada 1 chromosom yang menentukan
jenis kelamin (chromosom yang ke 24). Bentuk chromosom yang ke 24 berlainan
pada pria dan wanita. Pria memiliki pasangan XY sedang wanita memiliki pasangan
XX. Bila tejadi perpaduan chromoson terjadi pasangan XY maka anak yang akan
lahir berjenis kelamin laki-laki dan bila terjadi pasangan XX maka akan
berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian yang menentukan jenis kelamin
adalah chromoson kelamin yang berasal dari pria, sebab chromoson kelamin wanita
kedu-duanya sama.
Tiap-tiap
chromoson mempunyai sejumlah gen-gen (gens). Dalam 1 sel telur yang telah
dibuahi terdapat 10.000 sampai 15.000 gen. gen-gen inilah merupakan
factor-faktor dasar dalam pembawaan. Gen-gen inilah yang akan menentukan
sifat-sifat individu baik fisis maupun phycis
Adapun oleh
orang tua kepada anaknya adalah sifat-sifat structural ( structural, permanent
state). Bukan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil belajar atau
pengalaman. Penurunan sifat-sifat ini mengikuti beberapa prinsip-prinsip yaitu
:
1).prinsip
reproduksi
Prinsip ini
berarti bahwa penurunan sifat hanya berlangsung dengan melalui sel benih dan
bukan sel-sel yang lain.
Sifat-sifat yang diturunkan adalah sifat- sifat stukturil dan
bukan kecakapan hasil belajar atau hasil usaha
2).prinsip
konformitas
Arti dari
prinsip ini adalah bahwa dalam setiap proses penurunan sifat akan mengikuti
pola-pola pada jenis (species) generasi sebelumnya. Keseragaman yang diikuti
dalam proses hereditas ini adalah pola species (jenis), pola ras, bangsa, suku
bangsa, keluarga, phase-phase pertumbuhan dan perkembangan dan sebagainya.
Sebagai contoh misalnya keturunan orang-orang eropa akan memilikii ciri-ciri
yang seragam, demikian pula dengan orang-orang negro, arab dan lain sebagainya.
3).Prinsip
variasi
Karena
jumlah gen-gen dalam setiap chromoson amat banyak, maka kombinasi gen-gen pada
setiap pembuahan akan mempunyai kemungkinan yang banyak pula. Dengan demikian
untuk setiap proses punurunan sifat akan terjadi penurunan sifat yang
bervariasi.
4).Prinsip
regresi filial.
Prinsip ini
dikemukakan oleh Sir Francis Gilton, yang berarti bahwa penurunan sifat
cenderung menuju kearah rata-rata. Anak-anak akan cenderung memiliki sifat
rata-rata pada umumnya.
2)LINGKUNGAN (ENVIRONMENT).
Factor kedua
yang juga sangat penting peranannya dalam perkembangan dan pembentukan individu
adalah factor lingkungan (environment) atau natura. Yang dimaksud dengan
lingkungan adalah segal hal yang merangsang kepada individu sehinnga individu
turut terlibat karenanya.
Hal-hal yang
merupakan lingkungan individu pada garis besarnya dapat dibedakan dalam :
2.1.Lingkungan
dalam (internal environment)
Hal-hal yang
pada mulanya berasal dari luar individu yang kemudian masuk kedalam tubuh dan
bersatu dengan sel-sel tubuh individu seperti makana, minuman, udara, dan
sebagainya. Merupakan lingkungan dalam satu internal atau innes environment
dari individu. Kedalam lingkungan dalam ini termasuk pula hormone-hormon serta
berbagai cauran tubuh yang dihasilkan oleh kelenjer-kelenjer tubuh.
2.2.Lingkungan
luar (external environment)
Segala yang
merangsang dan melihat individu yang berasal dari luar individu termasuk
lingkungan luar individu tak usah selalu yang berada disekitar individu, tetapi
mungkin berada jauh dari individu, asal memberikan rangsangan dan menyebabkan
individu terlihat kepadanya. Untu mudaknya baiklah kita urutkan beberapa
lingkungan luar individu tersebut :
a.Lingkungan
alam (physical environment)
yang
dimaksud dengan lingkungan alam adalah segala sesuatu disekitar individu yang
berupa benda-benda alam atau fisik. Yang termasuk kedalam lingkungan alam adlah
antara lain makanan, minuman , pakaian , rumah, iklim, cuaca, tumbuh-tumbuhan,
mobil, binatang, alat-alat rumah, tangga, udar , dan sebagainya. Demikian pula perkembangan
dan pertumbuhan serta tingkah laku individu dipengaruhi oleh lingkungan ala
mini.
b.Lingkungan
social (social environment)
manusia
sebagai makhluk social, mempunyai kemampuan untuk hidup dan berinteraksi
bersama manusia lainnya. Individu tidak dapat hidup dengan sempurna tanpa
berinteraksi dangan individu lainnya. Interaksi antar individu ini merupakan
lingkungan social bagi individu. Demikianlah tingkah laku individu dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan socialnya.
c.Lingkungan
budaya (cultural environment)
kebudayaan
adalah segala sesuatu hasil ciptaan manusia sebagai usaha untuk mempertahankan
hidupnya. Sebagai hasil kebudayaan misalnya ilmu pengetahuan, penemuan-penemuan
teknologi, peraturan-peraturan, bahasa, kesenian, olahraga, dan sebagainya.
Hasil ciptaan manusia (kebudayaan) itu merupakan lingkungan bagi individu dan
mempengaruhi tingkah lakunya.
d.Lingkungan
spiritual (spiritual environment)
sebagai
makhluk berkeTuhanan individu juga selalu berada dan dibesarkan dalam suatu
lingkungan spiritual tertentu, sesuai dengan jenis agama atau kepercayaan yang
dianut oleh keluarganya atau masyarakat sekitarnya. Ada lingkungan spiritual islam, Kristen,
hindu, budha dan kepercayaan-kepercayaan tertentu.
e.Lingkungan
efektif
yang
dimaksud dengan lingkungan yang efektif adalah segala yang merupakan lingkungan
atau berada dilingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya atau kebutuhan
perkembangan individu, sesuatu yang mempunyai arti yang positif bagi individu.
Contoh-contoh
lain dari lingkunagan efektif adalah potongan-potongan kayu kecil bagi
anak-anak yang berumur 3-4 tahun, sepasang kerbau dengan bajaknya bagi petani,
buku-buku ilmu pengetahuan bagi mahasiswa, alat-alat suntik bagi dokter, mesin
tik bagi seprang juru tik dan sebagainya.
3.INTERAKSI PEMBAWAAN DENGAN LINGKUNGANNYA
Sekarang
timbullah pertanyaan manakah diantara factor pembawaan dan lingkungan ini yang
paling kuat.untuk menjawab pertanyaan tersebut, baiklah kita lihat contoh
dibawah ini.
Contoh I
Professor A
mengadakan percobaan terhadap seekor kera. Ia membuat lingkungan yang
sebaik-baiknya menyediakan alat-alat yang paling baik serta menggunakan
metode-metode yang baik pula untuk melatih seekor kera agar dapat berbicara
seperti manusia. Tetapi hasilnya sangat mengecewakan sekali.
Hasilnya tak
lebih daripada raungan-raungan serta teriakan-teriakan yang tak dapat dimasukkan kedalam bunyi bahasa,
apalagi membentuk pengertian tentang lambang-lambang bahasa. Mengapa demikian ?
jawabannya sederhana sekali, sebab kera tidak mempunyai pembawaan untuk dapat
berbicar seperti manusia.
Dari contoh
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembawaan tanpa lingkungan yang efektif
tak menimbulkan perkembangan yang diharapkan. Jadi baik pembawaan maupun
lingkungan adalah merupakan factor-faktor yang sama pentingnya.
Perkembangan
individu adalah hasil interaksi antara
pembawaan dan lingkungan. Pembawaan yang baik dan lingkungan yang baik
diharapkan akan menghasilkan individu yang baik, sesuai yang diharapkan.
4.KEMATANGAN (MATURATION)
Pembawaan
dan lingkungan adalah factor-faktor yang sangat penting dalam perkembangan
individu. Interaksi antara factor-faktor tersebut tidak terjadi sekehendak hati,
tetapi dipengaruhi oleh factor ketiga yaitu factor kematangan (maturation) atau
waktu (time).
Yang
dimaksud dengan kematangan adalah siapnya suatu fungsi kehidupan baik fisik
maupun psyclus berkembang dan melakukan tugasnya sebaik-baiknya. Bagaimana
kayaknya pembawaan seorang individu dan betapapun baiknya lingkungan yang
tersedia baginya belum mencapai kematangan untuk berfungsi, maka sustu fungsi
kehidupan belum dapat berkembang.
Contoh :
Seorang bayi
yang cukup sehat berasal dari keluarga yang sehat pula dan dibesarkan serta
dipelihara dalam lingkungan yang sangat baik, mutu makanan dan sebagainya, baik
dengan usaha yang bagaimana pun tentu akan sia-sia untuk menyuruh bayi yang
baru berumur 5 bulan itu untuk berjalan. Apa sebabnya ? sebab bayi yang normal
rata-rata akan berjalan pada umur 12 tahun atau dengan perkataan lain
kematangan berjalan pada umur 12 tahun. Bayi yang berumur 5 bulan belum matang
untuk berjalan.
Setiap
individu mempunyai masa-masa kematangan yang berlainan demikianlah aspek-aspek
kehidupan tertentu mempunyai masa kematangan yang berlainan. Setiap individu
mempunyai irama dan tempo perkembangan tertentu. Sampai pada batas tertentu
masa kematangan sesuatu aspek kehidupan individu dapay dipercepat walaupun
kemungkinan dapat memberikan ekses-ekses tertentu.
Untuk
memudahkan pemahaman interaksi dari factor-faktor yang telah diuraikan diatas,
baiklah kita nyatakan dalam sebuah formula sebagai berikut :
P ( I ) = F . ( H . E . T ) atau
I = F . ( P . L . K )
Keterangan : P =
Person
I = Individu
F = fuction (product) I
H = Heredity P = pembawaan
E = environment = L =
Lingkungan
T = Times = waktu = K = Kematangan
BAB III
INTEGRASI SOSIAL
Penyesuaian diri
Sebagai titik tolak ingin kami mulai dari pengertian
ALLport tentang kepribadian manusia,
yang kami rumuskannya sebagai berikut : keperibadian adalah organisai dinamis
dari system pisiko-fisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang
khas dalam menyasuaikan dirinya dalam lingakungannya.
Perharikan bagian rumusan yang cetak miring itu.
Pribadi manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan
sick ( suatu individu saja ) tanpa sekaligus melekatkan hubungannya dengan
lingkungannya. Justru kepribadian itu menjadi kepribadian apabila keseluruhan
system psiko-fisiknya, termasuk bakat kecekapan diri cita-cita kegiatannya,
menyatakan dirinya dengan khas di dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Hubungan utama antara individu manusia dan
lingkungannya,yaitu manusia senantiasa berusaha untuk menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan.
Lingkungan dalan ini melaluai, baik lingkungan
fisik,yaitu alam benda-benda yang konkret,maupun lingkungan psikis,yaitu
jiwa-raga,orang-orang dalam lingkungan.ataupun lingkungan rohani, yaitu objective
Geist,berari keyakinan-keyakinan, ide-ide,filsafat-filsafat yang terdapat dilingkungan
individu itu,baik yang dikandung oleh orang-orangnya sendiri dilingkungannya
maupun yang tercantum dalam buku-buku atau hasil kebudayaan lain.
Penyesuaian diri dalam artinya pertama disebut juga
penyesuaian diri yang autoplastis (auton = sendiri, plastis = dibentuk ),
sedangkan penyesuaian diri yang kedua juga disebut penyesuaian diri yang aloplastis
(alo = yang lain ).jadi,penyesuan diri ada artinya yang “Pasif “,dimana
kegiatan kita ditentukan oleh lingkungan, dan ada artinya yang “aktif”,dimana
kita pengaruhi lingkungan.
Rumusan
Rumusan H.Bonner (3) dalam bukunya, Social Psychology,
yang dalam garis besarnya berbunyi sebagai berikut : Interaktif social adalah
suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia ,di mana kelakuan
individu yang satu mempengaruhi,mengubah,dan memperbaiki kelakuan individu yang
lain , atau sebaliknya. Rumusan ini dengan tepat menggambarkan kelangsungan
timbale-baliknya integrasi social antara dua atau lebih manusia itu.
Kelangsungan interaksi social ini,sekalipun dalam
bentuknya yang sederhana, ternya merupakan proses yang kompleks, tetapi padanya
dapat kita beda-bedakan beberapa factor yang mendasarinya,baik secara tunggal
maupun bergabung ,yaitu (vide Bonner, Social Psychologi, no.3) :
a. Faktor imitasi
b. Faktor sugesi
c. Faktor identifikasi
d. Faktor simpati
Marilah kita tinjau keempat factor
itu masing-masing.
A.
Faktor
imitasi
Telah diuraikan dalam perkembangan
ilmu jiwa social mengenai pendapat Gabriel Tard, yang beranggapan bahwa seluru
kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan factor imitasi saja. Walaupun
pendapat ini ternyata berat sebelah,namun peranan imitasi dalam interaksi
sosisl itu tidak kecil . Misalnya saja jika kita amati bagaimana seorang anak
belajar berbicara.
Malahan
tidak hanya berbicara saja,yang merupakan alat komunikasi yang terpenting.
Misalnya tingkah laku tertentu , cara member hormat, cara menyatakan terima
kasih, cara menyatakan kegirangan orang apabila bertemu dengan seorang kawan
yang lama yang tidak dijumpainya, cara-cara member isyarat tanpa bicara dan
lain-lain cara ekspresi itu kita pelajari pada mulainya cara mengimitasinya.
Juga cara-cara berpakain ,gejala “mode” yang mudah mengajar itu, dipelajari
orang dengan jalan imitasi.
Peranan
faktor imitasi dalam interaksi sosial juga mempunyai segi-segi yang negatif .
Yaitu pabila hal-hal yang diimitasikan itu mungkinlah salah satunya segi-segi
yang negative.Yaitu apabila hal-hal yang diimitasi itu mungkinlah salah ayaupun
secara moral dan yuridis harus ditolak .Apabila contoh demikian diimitasi orang
banyak, proses imitasi itu dapat menimbulkan terjadinya kesalahan kolektif yang
meliputi jumlah serba besar.
Imitasi
bukan menjadi dasar pokok dan semua interaksi sosial seperti yang diuraikan
oleh Gabriel Tarde, melaikan merupak suatu segi dari proses interaksi sosia,
yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam
pandangan dan tingkah laku diantara orang banyak.Dangan cara imitasi ,
pandangan dan tingkah laku ,seseorang mewujudkan kelompok masyarakat,dan dengan
demikian pula seseorang itupun lebih melebihkan dan meluasakan
hubungan-hubungannya dengan orang lain.
B.
Faktor
Sugesti
Artinya sugest dan
imitasi dalam hubungannya dengan interaksi social hamper sama. Bedanya
ialah,bahwa dalam imitasi itu orang yang satu mengikuti sesuatu di luar
dirinya, sedangkan pada sugesti, seseorang memerikan pandangan atau sikap diri
dirinya yang lalu diterima oleh orang lain diluarnya.
Sugesti dalam ilmu jiwa
sosial dapat kita rumuskan sebagai suatu
proses di mana seorang individu menerima suatu cara pengalihatan atau
pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Syarat-syarat terjadinya
sugeste ?
a.
sugesti
karena hambatan berfikir
b.
sugesti
karena keadan pikiran terpecah-pecah,
c.
sugesti
karena otoritas
d.
sugesti
karena mayoritas
e.
sugesti
karena “ will to belive”
a.
Sugesti
karena hambatan berfikir.
Dalam proses sugesti
terjadi gejala bahwa orang yang dikenainya mengambil oper pandangan-pandangan
dari pada orang lain tanpa memberinya pertimbangan-pertimbangan kritik terlebih
dahulu.Orang yang kena sugesti itu menelan saja apa yang dianjurkan orang lain
. Hal ini tentulah lebih mudah terjadi
apabila ia ,pada waktu dikenai sugesti, benda dalam keadaan ketika
cara-cara berfikir kritis itu sudah agak terhambay-hambat. Dan hal ini dapat
terjadi ,misalnya ,apabila orang itu sudah lelah berfikir , tetapi juga apabila
peruses berfikir secara itu dikurangi dayanya kerena sedang mengalami rangsangan-rangsangan emosiaonal.
Misalnya : Rapat-rapat
partainya atau rapat-rapat raksasanya kerap kali diadakan pada malam hari, di
waktu orang sudah capai dari pekerjaan nya. Selanjutnya merekapun senantiasa memasukkan dalam acara
rapat itu hal-hal yang menarik perhatian ,merangsang emosi dan kekaguman ,
sehingga mudah terjadi sugesti kepada orang banyak itu.
b.Sugesti karena pikiran
terpecah-pecah (disosiasi)
sugesti
mudah terjadi pada diri orang apabila ia mengalami disosiasi dalam pikirannya,
yaitu apabila pikiran orang itu mengalami keadaan terpecah belah. Hal ini dapat
terjadi,misalnya,apabila orang bersangkutan menjadi bingung karena ia
dihadapkan kepada kesulitan-kesulitan hidup yang terlalu kompleks bagi daya
penampungnya. Apabila orang, karena suatu hal, menjadi bingung, maka ia lebih
mudah terkena oleh sugesti orang lain yang mengetahui jalan keluarnya dari
kesulitan-kesulitan yang ia hadapi itu.
Lapangan
sosial tempat sugesti itu memegang peranan penting sekali ialah, lapangan iklan
dan reklame.
Dalam
hubungan ini terdapatlah keadaan-keadaan tertentu, dimana sugesti reklame dan
iklan dapat berlangsung dengan relatif mudah.Pengaruh sugesti itu dapat
diperoleh karena factor otoritas dan faktor mayoritas.
c.Sugesti karena otoritas atau
prestise
Dalam
hal ini orang-orang cenderung akan menerima pandangan-pandangan atau sikp-sikap
tertentu apabila pandangan atau sikap tersebut dimiliki oleh orang-orang yang
ahli dalam lapangannya, sehingga dianggap otoritas pada lapangan tersebut
ataupun dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai prestise social yang tinggi.
d.Sugesti karena mayoritas
Dalam
hal ini orang banyak kerp kali cenderung akan menerima suatu pandangan atau
ucapan apabila ucapan itu sokong oleh mayoritas, oleh sebagian besar dari
golongannya, kelompoknya, atau masyarakatnya.Mereka cenderung untuk menerima
pandangan itu tanpa pertimbangan lebih lanjut, karena, kalau kebanyakkan sudah
berpendapat demikian.
e.Sugesti karena “will to believe”
Mengenai
sugesti terdapat pula suatu pendapat, bahwa sugesti.
D.Faktor Simpati
Simpati
dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang
yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasinal, tetapi berdasarkan
penilaian perasaan, seperti juga pada proses identifikasi. Orang tiba-tiba
merasa dirinya tertarik kepada orang lain seakan-akan dengan sendirinya, dan tertariknya itu bukan karena
salah satu cirri tertentu, melainkan karena keseluruhan cara-cara bertingkah
laku orang tersebut.
Gejala
identifikasi dan simpati itu sebenarnya sudah berdekatan. Tetapi dalam hal
simpati yang timbale balik itu akan dihasilkan suatu hubungan kerja sama,
dimana orang yang satu ingin lebih mengerti orang yang lain demikian jauhnya,
sehingga ia dapat merasa berfikir dan bertingkah laku seakan-akan ia adalah
orang lainnya itu.
Pada
simpati dorongan utama adalah ingin mengerti
dan ingin kerja sama dengan orang lain, sedangkan pada identifikasi
dorongan utamanya ialah ingin mengikuti
jejaknya, ingin mencontoh ingin belajar dari orang lain yang dianggapnya
sebagai ideal.
Simpati
hanyalah dapat berkembang dalam suatu relasi kerja sama antara dua atau lebih
orang, yang menjamin terdapatnya saling mengeti itu.
Mutual understanding tidak dapat dicapai
tanpa adanya simpati.
Introyeksi
Suatu
gejala yang lain, yang berdekatan pula dengan simpati, ialah apa yang disebut
introyeksi, suatu istilah yang berasal dari psikologi Freud seperti juga
istilah identifikasi. Gejala introyeksi itu tidak begitu sering terjadi dalam
pergaulan social seperti factor-faktor dasar lainnya sehingga tidak disebut
sebagai factor tersendiri.
Dalam
interaksi social, saling pengaruh atau saling mengubah tingkah laku antar
manusia itu marupakan kelangsungan yang kompleks, tetapi diantaranya dapat kita
beda-bedakan factor-faktor imitasi,sugesti, identifikasi, dan simpati yang
masing-masingnya, sendiri atau dalam gabungan dengan yang lain, mempunyai
peranan.
Dalam
pada itu, imitasi dan sugesti merupakan gejala-gejala yang menerangkan
bagaimana terjadinya bahwa suatu sikap, gagasan, atau pandangan dapat
disebarkan dengan cepat sekali diantara orang banyak, walaupun mungkin tidak
begitu mendalam. Sedangkan identifikasi dan simpati merupakan
kelangsungan-kelangsungan yang agak memakan waktu, tetapi dalam pada itu
perubahan sikap, norma atau cita-cita pada diri orang yang terjadi karenanya
merupakan perubahan yang lebih mendalam dan lebih mengenai inti-inti pribadi
individu.
Situasi social
Situasi
social adalah tiap-tiap situasi dimana terdapat saling hubungan antara manusia
yang satu dengan yang lain.
A.Situasi Kebersamaan
Pada
situasi ini, individu-individu yang turut serta didalam situasi tersebut belum
mempunyai saling hubungan yang teratur seperti yang terdapat pada situasi
kelompok social. Situasi kebersamaan itu merupakan situasi dimana berkumpul
sejumlah orang yang sebelumnya tidak kenal mengenal, dan interaksi social yang
lalu terdapat antara mereka itu tidak beberapa mendalam.
B.Situasi Kelompok Sosial
Situasi
ini merupakan situasi dimana kelompok, dimana kelompok social tempat
orang-orangnya berinteraksi itu merupakan suatu
keseluruhan tertentu, misalnya suatu perkumpulan, suatu partai, dan
anggota-anggotanya sudah mempunyai saling hubungan yang lebih mendalam antara
yang satu dengan yang lain, saling hubungan yang tidak berlaku pada hari itu
saja mereka berkumpul, tetapi saling hubungan itu sudah terdapat sebelumnya.
Eksperimen situasi kebersamaan F.H.Allport (1916-1919)
Dalam
eksperimen ini ternyata bahwa situasi kebersamaan itu, togetherness situation itu,
pada dirinya sendiri sudah dapat dipengaruhi tingkah laku manusia dengan cara
demikian sehingga menjadi berlainan dibandingkan dengan tingkah laku manusia
itu dalam keadaan sendirian.
Eksperimen Rosenbaum dan Blake
Eksperimen
ini dilakukan untuk menyelidiki akibat dari situasi sikap dan tingkah laku yang
dinyatakan oleh seseorang didalam keadaan tersebut apabila menghadapi persoalan
yang sama. Dengan kata lain, mudah atau tidakkah terjadi imitasi dalam keadaan
kebersamaan itu.
Eksperimen Asch
Pada eksperimen berikut,
yaitu eksperimen Asch (2) 1952, akan nyata betapa besar peranan sugesti dalam
situasi social pada umumnya dan di dalam situasi keadaan kebersamaan pada
khususnya. Dalam pada itu diteliti antara lain peranan dari sugesti mayoritas.
Dalam eksperimen-eksperimen Asch ini
terdapat tiga variable, yaitu:
a.Jumlah mayoritas,
b.Jumlah minoritas,
c.Taraf kesukaran tugas,
keadaan-keadaan
lain dalam eksperimen-eksperimen itu sama, dan senantiasa seorang saja yang
diuji dalam eksperimen itu.Orang tersebut bertugas untuk menilai dan
membandingkan panjang garis yang satu terhadap yang lain dari bermacam-macam
gambar yang diproyeksikan pada dinding ruangan eksperimen.
Kesimpulan eksperimen
Segala
kesimpulan dari eksperimen-eksperimen yang digambarkan itu dapat dikatakan
sebagai berikut :
Dari
eksperimen allport ternyata bahwa situasi sosisl pada diri sendiri (an sich)
sudah mempunyai pengaruh tertentu terhadap kegiatan-kegiatan individu
dibandingkan dengan kegiatan-kegiatannya yang sama apabila dalam keadaan
sendirian, yaitu bahwa situasi kebersamaan mempunyai pengaruh menyamaratakan
pendapat-pendapat orang yang terlibat didalamnya.
Dari
eksperimen Rosembaum dan blake ternyata
bahwa situasi togetherness itu, sebagai bentuk situasi social, dan sikap
keragu-raguan individu mengenai apa yang harus ia lakukan, sangat memudahkan terjadinya imitasi dan
sugesti terhadap tingkah laku orang dalam keadaan yang sama
Dari
eksperimen asch ternyata bahwa pengaruh sugesti (mayoritas) terhadap penilaian
individu dalam keadaan kebersamaan itu besar apabila individu itu ragu-ragu
dalam penilaiannya. Sugesti (mayoritas) tidak berpengaruh apabila individu
dengan jelas mengetahui apa yang harus ia lakukan. Pengaruh sugesti (mayoritas)
dalam keadaan tadi akan diperkecil apabila terdapat pula sugesti minoritas yang
berlawanan dengan sugesti mayoritas dalam keadaan yang sama.
BAB IV
MOTIVASI
Motivasi merupakan suatu
kegiatan-kegiatan individu dan bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri
akan tetapi selalu ada yang mendorongnya dan selalu ada yang dituju. Ataupun
dengan perkataan lain kegiatan individu selalu mempunyai motif dan tujuan (goal
atau incetive).
1.
Pengertian
Motif.
Motif
atau drives merupakan satu kesatuan tenaga (complex state) dalam diri individu
yang mendorong individu tersebut melakukan kegiatan mencapai suatu tujuan. Ada beberapa motif dasar
(biological drives) yang dimiliki individu manusia dan juga binatang.
2.
Pengelompokan
Motif.
Keseluruhan
“kesatuan tenaga” yang mendorong individu melakukan kegiatan pada umumnya dapat
dikelompokkan kedalam (a) motif dasar (basic motive) atau dorongan-dorongan
biologis (biological drivers) dan (b) motif sosial (social motives).
·
Motif
Dasar (Biological drives).
Motif
Dasar atau Biological Drives merupakan motif yang berasal dari dari
kebutuhan-kebutuhan biologis. Motif ini merupakan motif yang tidak dipelajari
artinya telah dimiliki sejak dari lahir atau timbul tanpa usaha belajar dari
individu . datau dengan kata lain motif ini bedifat istinktif atau bersifat
naluriah.
Beberapa motif dasar
(biological drives) yang dimiliki individu, manusia dan juga binatang
diantaranya :
a.
Motif
dasar untuk makan, minum, bernafas, (hunger, thirst, breath)
b.
Motif
dasar untuk perlindungan diri/rasa aman (security drives)
c.
Motif
dasar untuk beristrahat dan bergerak (rest and activity drives)
d.
Motif
dasar untuk mengembangkan keturunan (self drives)
·
Motif
Sosial (social motives).
Manusia
adalah makhluk social, dalam kehidupannya selalu berada bersama orang lain atau
selalu berada dalam relasinya dengan orang lain. Selain dari itu juga manusia
adalah mahluk berakal karena kedua aspek ini mempunyai kemungkinan untuk
belajar dari orang lain. Dengan jalan belajar kehidupan manusia akan lebih
berkembang lebih jauh sesuai dengan factor-faktor yang dimungkinkan oleh
lingkungannnya. Dan manusia juga tidak hanya menetap pada motif dasar akan
tetapi berkembang pada motif-motif social, letak geografis dan tingkat
peradaban adat istiadat serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungan social
masyarakat.
Motif social yang umum (common social motives).
Walaupun motif social ini
bervariasi pada setiap lingkungan sosial, namun ada beberapa motif social yang
secara umum ditemukan pada berbagai lingkungan social diantaranya adalah :
1.
Motif
untuk dikenal (need for recognition).
2.
Motif
untuk dibutuhkan (need to be needed).
3.
Kebiasaan
(habit).
4.
Disamping
motif social seperti tersebut diatas masih banyak lagi motif-motif social yang
umum yang lain, diantaranya motif untuk memperoleh penghargaan, motif untuk
berkelompok, motif untuk memperoleh status,dsb.
Motif-motif sosial yang berhubungan dengan sistem nilai-nilai (value
sistem)
1.
Organic
needs (kebutuhan-kebutuhan organ).
2.
Emergency
motives (kebutuhan-kebutuhan darurat) dan dalam motif ini di bagi dalam 4
bagian :
1.1.
Escape
motive atau motif untuk melepaskan diri dari bahaya. Jenis motif ini timbul
pada waktu individu berada dalam situasi yang mengancam hidupnya atau berbahaya
bagi kelagsungan hidupnya.
1.2.
Combat
motive atau motif untuk melawan/mempertahankan diri.
1.3.
Effort
motive atau Masteri Motive yaitu motif untuk mengatasi rintangan.
1.4.
Pursuit
motive atau motif untuk belajar, motif ini mendorong individu untuk mengejar mencapai
objek.
3.Objective motive (motof obyektif).
Motif ini timbul dan diarahkan untuk dapat berhubungan
secara efektif dengan lingkungan yaitu termasuk dalam motif ini adalah :
3.1. Expleration motive atau motif menyelidiki
adalah untuk memperoleh suatu kebenaran yang lebih obyektif.
3.2 Manipulatoin motive atau motif menyelidiki
adalah menggunakan sesuatu dari lingkungan sehingga dapat berguna bagi dirinya dan
bagi kelang sungan hidupnya.
3.3. Interest
atau niat yaitu memusatkan kegiatan mental dan perhatian terhadap suatu obyek
yang banyak bersangkut paut daru dari individu.
3. Pengukuran Motif.
Pada
suatu ketika mungkin kegiatan individu tidak hanya didorong oleh satu motif,
tetapi oleh sejumlah motif atau mungkin pula kegiatan individu tersebut
didorong oleh motif-motif yang paling kuat, Jadi setiap motif itu mempunyai
kekuatan dan kekuatan dapat berbeda pada setiap individu dan setiap kegiatan
yang sesuai dengan arti incentive atau gool yang akan dicapainya bagi individu
tersebut.
5.
Usaha-usaha
Membangkitkan Motivasi.
Diatas kita telah dipaparkan betapa pentingnya peran motif
dalam kegiatan individu.Agar sesuatu usaha memberikan hasil yang efektifmaka diperlakukan
adanya motif yang kuat.
Dengan demikian motif ini
perlu diperkuat atau dibangkitkan.Beberapa usaha untuk membangkitkan atau
memperkuat motivasi adalah :
a.
Konpotisi
/ persaingan (compotition) adalah kompotisi dengan prestasi sendiri, berusaha
memperbaiki prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
b.
Pace
making gool atau tujuan dari suatuperbutan bermotif seringkali jauh untuk
mencapai suatu tujuan.
c.
Tujuan
yang jelas adalah motif yang mendorong individu untuk mencapai tujuan.
d.
Minat
yang besar adalah motif akan timbul bila individu mempunyai minat yang besar.
Maka untuk membangkitkan motif kuta harus mungusahakan adanya minat yang besar.
e.
Kesempatan
untuk sukses yaitu sukses dapat menimbulkan rasa puas, rasa senang dan rasa
kepercayaan terhadap diri sendiri. Kegagalan dapat memberikan efek yang
sebaliknya.
BAB
V
MOTIF
DAN SIKAP
Motif dan sikap merupakan
pengertian-pengertian yang utama dalam uraian kegiatan dan tingkah laku
manusia, baik secara umum maupun secara khusus dalam interaksi social.
5.Motif manusia.
Motif
manusia merupakan pendorong, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak lainnya
yang berasal dari dalam dirinya, untuk
melakukan sesuatu dan motif itu memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku
kita.
6.Motif tunggal, motif bergabung
Motif
kegiatan-kegiatan kita dapat berupa motif tunggal maupun motif bergabung.
Misalnya mendengar warta berita RRI itu mungkin mempunyai motif yang umum dan
mungkin pula bermotif yang lain. Misalnya mendengarkian berita tentu yang
berhubungan dengan kantor kita.
7.Motif biogenetis
Motif
ini merupakan motif yang berasal dari kebutuhan organisme orang demi
kelangsungan hidupnya secara biologis, dan motif ini bercorak universal dan
kurang terikat dengan lingkungan kebudayaan tempat manusia itu kebetulan berada
dan berkembang. Motif ini juga asli didalam diri oaring, dan berkembang dengan
diri sendirinya.
8.Motif sosiogenetis
Motif
ini adalah motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan tempat orang
itu berada dan berkembang, motif ini tidak berkembang sendirinya, akan tetapi
berdasarkan interaksi sosoial dengan orang-orang atau hasil kebudayaan orang.
Motif ini juga banyak sekali dan berbeda-beda yang terdapat diantara corak
kebudayaan di dunia.
9. Motif teogenetis
Motif
ini barasal dari interaksi antara manusia dengan Tuhan saperti yang nyata dalam
ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-sehari dimana ia berusaha merealisasi
norma-norma agam tertentu.
10. Motif teogenetis peran motif
dalam pengamatan
Pada
umumnya peranan motif ini adalah segala tingkah laku manusia besar sekali pada
suatu kegiatan yang sederhana seperti dalam hal pengamatan.
11.Eksperimen
Dalam
motif ini bahwasanya manusia itu mempunyai peranan yang besar dalam proses
pengamatan, telah pula dibuktikan dengan sekali eksperimen. Diantaranya akan
memperoleh dua eksperimen yaitu eksperimen Harggard dan Rose.
12. Kesimpulan eksperimen.
Dari kedua
eksperimen ini bahwa apabila orang berhadapan dengan suatu lapangan pengamatan
yang kurang jelas strukturnya, maka dengan mudah sekali penafsiran dari
rangsangan yang mereka amati itu dipengaruhi oleh kegiatan atau motif yang pada
waktu itu bekerja yang nyata pada diri orang.
13. Attitude
Pengertian
attitude dapat kita terjemahkan dengan sikap tehadap dengan objek tertentu,
yang merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap itu cenderung
untuk bertindak sesuai dengan sikap yang objektif. Manusia juga dapat mempunyai
sikap yang attitude terhadap macam-macam hal misalnya : untuk seorang muslim
atau yahudi yang sungguh-sungguh bahwa daging babi itu haram, tak disukai, atau
dianggap kotor, attitude mungkin juga diarahkan terhadap benda-benda,
orang-orang tetapi juga peristiwa, lembaga-lembaga atau norma-norma,
nilai-nilai dll.
14. Attitude social atau individual
Peranan
attitude dalam kehidupan manusia adalah peranan
besar, sebab sudah dibentuk pada diri manusia dan merupakan attitude
social.
Attitude
individual berbeda dengan attitude social, yaitu :
1.bahwa attitude individual dimiliki oleh seorang demi seorang
saja misalnya kesukaan terhadap bintang-bintang tertentu
2.bahwa attitude individual berkenaan dengan objek-objek yang
bukan merupakan objek perhatian social
15. Ciri-cirri attitude
1. attitude bukan dibawa orang sejak
dilahirkan, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang orang itu dalam
perkembangannya dengan objeknya.
2.
attitude dapat berubah-ubah karena itu attitude dapat dipelajari orang atau
sebaliknya
3.
attitude tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu
terhadap suatu objek.
4.
objek attitude dapat merupakan sesuatu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan hal-hal tersebut.
5.
attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.
16.
Memahami attitude
Untuk dapat memahami attitude dapt
menggunakan beberapa metode langsung dan tak langsung dan terdapat lagi metode
tes tersusun langsung dan tersusun tak langsung.
-
metode langsung adalah dimana orang itu secara
langsung meminta pendapat atau anggapannya mengenai objek tertentu.
-
Pada
metode tak langsung orang diminta supaya menyatakan dirinya mengenai objek
attitude yang diselidiki.
-
Attitude
ialah dikonstuksikan terlebih dahulu menurut prinsip-prinsip tertentu.
-
Attitude
tidak tersusun ialah wawancara, daftar pertanyaan biasa, pengertian biografi
atau karangan.
17. Pembentukan dan perubahan
attitude
Pembentukan
attitude ini tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja.
Pembentukan senantiasa, Pembentukan senantiasa terjadi langsung dalam interaksi
manusia.
18. Faktor-faktor ekstern ialah
Melihat
factor-faktor ektern maka pada garis besarnya attitude dapt dibentuk atau
diubah
1.adnya interaksi
kelompok dimana terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia
2.kaarena komunikasi,
diman terdapat hubungan-hubungan langsung dari suatu pihak.
19.
Interaksi kelompok adalah merupakan kegiatan individu dalam bermasyarakat
maupun dilingkup keluarganya.
20.
Perubahan attitude dalam situasi kontak antar kelompok.
Perbuatan attitude dalam situasi
kontak antara dua kelompok berbeda dengan situasi dimana individu dilibatkan
secara aktif untuk turut serta dalam interaksi intensif dan cukup lama.
21.
Beberapa eksperimen
Masalah dalam eksperimen ini
diselidiki oleh Hovland. Berdasarkan-berdasarkan hasil eksperimennya memperoleh
kesimpulan bahwa :
1.
Apabila isi komunikasi itu rumit maka komunikasi yang
harus menarik kesimpulan.
2.
Juga
apabila isi komunikasi itu tidak ada
hubungannya yang erat dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar, maka komunikator
hendaknya menarik kesimpulan.
22.
Kesimpulan umum.
1.
Sumber
penerangan itu memperoleh kepercayaan orang banyak
2.
Orang
banyak belum mengetahui benar atau ragu-ragu tentang isi dan fakta-fakta
attitude baru
3.
Attitude
yang dibuat itu tidak melampaui jauh isinya
4.
Argument
dua pihak lebih bertahan terhadap kontra propaganda daripada argument sepihak
5.
Bila
attitude yang dibuat melampaui aing bagi frame of reference orang-orang, akan
terjadi boomerang atau oembentukan attitude sebaliknya.
23.
Prasangka social
Prasangka social merupakan prasangka
orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan rasa tau kebudayaan
berlainan dengan golongan orang yang berprasangka itu.
24.
penjelasan prasangka social
Adanya prasangka social itu dapat
ditunjukkan pada bermacam-macam pada masyarakat merdeka di dunia
25.
Stereotip
Adanya prasangka social itu
bergandengan pula dengan adanya yang disebut “ steroetip “ yang merupakan
gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang
golongan lain yang bercorak negative.
26.
Metode penilaian
Metode ini berbagai macam
konstruksinya seperti metode likers, Thourstone, dan Guttman yang kami tidak
bicarakan di seni tetapi dipelajari seperti psikologi social.
27.
Terjadinya prasangka social.
Terjadinya prasangka social seperti
ini dapat juga disebut pertumbuhan prasangka social dengan tidak sadar dan yang
berdasarkan kekurangan pengetahuan dan pengertian-pengertian akan fakta
kehidupan yang sebenarnya dari golongan-golongan orang yang dikenakan
streotip.