BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan mental merupakan keinginan wajar bagi setiap manusia
seutuhnya, tapi tidaklah mudah mendapatkan kesehatan jiwa seperti itu. Perlu
pembelajaran tingkah laku, pencegahan yang dimulai secara dini untuk mendapatkan
hasil yang dituju oleh manusia. Untuk menelusurinya diperlukan keterbukaan
psikis manusia ataupun suatu penelitian secara langsung atau tidak langsung
pada manusia yang menderita gangguan jiwa. Pada dasarnya untuk mencapai manusia
dalam segala hal diperlukan psikis yang sehat. Sehingga dapat berjalan menurut
tujuan manusia itu diciptakan secara normal.
B. Rumusan Masalah
Untuk memfokuskan pembahasan, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan
kesehatan mental ?
2.
Bagaimanakah ciri – ciri
atau kategori dari kesehatan mental ?
3.
Bagaimanakah mengatasi
kesehatan mental itu ?
C. Tujuan Permasalahan
Dalam penulisan makalah ini, kami berharap dapat membantu dan
menjelaskan lebih terperinci serta mampu memahami dan mengerti tentang
pengertian kesehatan mental, ciri – ciri dan kategori kesehatan mental serta
bagaimana mengatasi kesehatan mental tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Mental
Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene.
Kata “mental” diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche
dalam bahas latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Kesehatan mental
merupakan bagian dari psikologi agama, terus berkembang dengan pesat. jadi
dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau
kesehatan mental. Sedangkan yang dimaksud Kesehatan mental adalah terhindarnya
seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis
(penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial).
Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor
(Penyebab terjadinya stres) orang yang memiliki mental sehat berarti mampu
menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan
lingkungannya. Noto Soedirdjo, menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki
kesehatan mental adalah Memiliki kemampuan diri untuk bertahan dari
tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen
Karentanan (Susceptibility) Keberadaan seseorang terhadap stressor berbeda-beda
karena faktor genetic, proses belajar dan budaya yang ada dilingkungannya, juga
intensitas stressor yang diterima oleh seseorang dengan orang lain juga
berbeda.
Zakiah Daradjat mendefinisikan kesehatan mental dengan beberapa
pengertian :
1. Terhindarnya orang dari gejala - gejala gangguan jiwa (neurose)
dan dari gejala - gejala penyakit jiwa (psychose).
2. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan
orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
3. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan
memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin,
sehingga membawa kepada kebahagian diri dan orang lain, serta terhindar dari
gangguan - gangguan dan penyakit jiwa.
4. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh - sungguh antara fungsi -
fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem - problem
biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian dan kemampuan
dirinya.
Jadi Kesehatan mental adalah keserasian atau kesesuaian antara
seluruh aspek psikologis dan dimiliki oleh seorang untuk dikembangkan secara
optimal agar individu mampu melakukan kehidupan-kehidupan sesuai dengan
tuntutan-tuntutan atau nilai-nilai yang berlaku secara individual, kelompok
maupun masyarakat luas sehingga yang sehat baik secara mental maupun secara
sosial.
Kesehatan mental pada manusia itu dipengaruhi oleh faktor
internal dan external. Keduanya saling mempengaruhi dan dapat menyebabkan
mental yang sakit sehingga bisa menyebabkan gangguan jiwa dan penyakit jiwa.
1.
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang seperti sifat, bakat, keturunan dan sebagainya. Contoh sifat yaitu
seperti sifat jahat, baik, pemarah, dengki, iri, pemalu, pemberani, dan lain
sebagainya. Contoh bakat yakni misalnya bakat melukis, bermain musik,
menciptakan lagu, akting, dan lain-lain. Sedangkan aspek keturunan seperti
turunan emosi, intelektualitas, potensi diri, dan sebagainya.
2.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri
seseorang yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang
paling dekat dengan seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak,
istri, kakak, adik, kakek-nenek, dan masih banyak lagi lainnya. Faktor luar
lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial budaya, agama,
pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal
yang baik dapat menjaga mental seseorang, namun faktor external yang buruk /
tidak baik dapat berpotensi menimbulkan mental tidak sehat.
Selanjutnya selain kedua factor tersebut yang dapat mempengaruhi
kesehatan mental, juga dapat dipengaruhi oleh aspek psikis manusia. Aspek
psikis manusia pada dasarnya merupakan satu kesatuan dengan sistem biologis, sebagai
sub sistem dari eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi
dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat
dipisahkan untuk melihat jiwa manusia. Ada beberapa aspek psikis yang turut
berpengaruh terhadap kesehatan mental, antara lain :
1.
Pengalaman awal
Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang
terjadi pada individu terutama yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman awal
ini adalah merupakan bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi
mental individu di kemudian hari.
2.
Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental
seseorang. Orang yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang
mengeksploitasi dan segenap kemampuan bakat, ketrampilannya sepenuhnya, akan
mencapai tingkatan apa yang disebut dengan tingkatan pengalaman puncak.
Dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa orang-orang yang
mengalami gangguan mental, disebabkan oleh ketidakmampuan individu memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud di sini adalah kebutuhan dasar
yang tersusun secara hirarki. Kebutuhan biologis, kebutuhan rasa aman, meliputi
kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, pengetahuan, keindahan dan kebutuhan
aktualisasi diri.
B. Ciri-ciri Kesehatan Mental
Ciri-ciri kesehatan mental dikelompokkan kedalam enam kategori,
yaitu:
1. Memiliki sikap batin (Attidude) yang positif terhadap dirinya
sendiri.
2. Aktualisasi diri
3. Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi yang psikis
ada
4. Mampu berotonom terhadap diri sendiri (Mandiri)
5. Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada
6. Mampu menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri.
Pada abad 17 kondisi suatu pasien yang sakit hanya
diidentifikasi dengan medis, namun pada perkembangannya pada abad 19 para ahli
kedokteran menyadari bahwa adanya hubungan antara penyakit dengan kondisi dan
psikis manusia. Hubungan timbal balik ini menyebabkan manusia menderita
gangguan fisik yang disebabkan oleh gangguan mental (Somapsikotis) dan sebaliknya
gangguan mental dapat menyebabkan penyakit fisik (Psikomatik).
Memasuki abad 19 konsep kesehatan mental mulai berkembang dengan
pesatnya namun apabila ditinjau lebih mendalam teori-teori yang berkembang
tentang kesehatan mental masih bersifat sekuler, pusat perhatian dan kajian
dari kesehatan mental tersebut adalah kehidupan di dunia, pribadi yang sehat
dalam menghadapi masalah dan menjalani kehidupan hanya berorientasi pada konsep
sekarang ini dan disini, tanpa memikirkan adanya hubungan antara masa lalu,
masa kini dan masa yang akan datang. Orang yang sehat mental akan senantiasa
merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi
atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan
mengendalikan dirinya sendiri.
Solusi terbaik untuk dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan
mental adalah dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari,
kesehatan mental seseorang dapat ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam
penyesuaian diri dengan lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang
terdapat dalam dirinya sendiri semaksimal mungkin untuk menggapai ridho Allah
SWT, serta dengan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan, baik kesehatan
spiritual, emosi maupun kecerdasan intelektual.
Hal ini dapat ditarik kesimpulan karena pada dasarnya hidup
adalah proses penyesuaian diri terhadap seluruh aspek kehidupan, orang yang
tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya akan gagal dalam menjalani
kehidupannya. Manusia diciptakan untuk hidup bersama, bermasyarakat, saling
membutuhkan satu sama lain dan selalu berinteraksi.
Seseorang dapat berusaha memelihara kesehatan mentalnya dengan
menegakkan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan, yaitu :
1. Mempunyai self image atau gambaran dan sikap terhadap diri
sendiri yang positif.
2. Memiliki interaksi diri atau keseimbangan fungsi-fungsi jiwa
dalam menghadapi problema hidup termasuk stress.
3. Mampu mengaktualisasikan secara optimal guna berproses mencapai
kematangan.
4. Mampu bersosialisasi dan menerima kehadiran orang lain
5. Menemukan minat dan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan
6. Memiliki falsafah atau agama yang dapat memberikan makna dan
tujuan bagi hidupnya.
7. Mawas diri atau memiliki control terhadap segala kegiatan yang
muncul
8. Memiliki perasaan benar dan sikap yang bertanggung jawab atas
perbuatan-perbuatannya.
Manusia sebagai mahkluk yang memiliki banyak keterbatasan kerap
kali mengalami perasaan yang takut, cemas, sedih, bimbang dan sebagainya. Dalam
psikologi gangguan atau penyakit jiwa akrab di isitilahkan dengan
psikopatologi. Ada dua macam psikopatologi pertama Neurosis dan yang kedua
Psikosis. Sementara dari H. Tarmidzi membagi psikopatologi menjadi 6 macam,
selain 2 yang sudah disebutkan diatas dia mengemukakan yang lainnya :
Psikomatik, kelainan kepribadian, deviasi seksual, dan retardasi mental.
C. Kategori atau Penggolongan Kesehatan Mental
1. Gangguan Somatofarm
Gejalanya bersifat fisik, tetapi tidak terdapat dasar organic
dan factor-faktor psikologis.
2. Gangguan Disosiatif
Perubahan sementara fungsi-fungsi kesadaran, ingatan, atau
identitas yang disebabkan oleh masalah emosional.
3. Gangguan Psikoseksual
Termasuk masalah identitas seksual (impotent, ejakulasi,
pramatang, frigiditas) dan tujuan seksual.
4. Kondisi yang tidak dicantumkan sebagai gangguan jiwa.
Mencakup banyak masalah yang dihadapi orang-orang yang
membutuhkan pertolongan seperti perkawinan, kesulitan orang tua, perlakuan
kejam pada anak.
5. Gangguan kepribadian
Pola prilaku maladaptik yang sudah menahun yang merupakan
cara-cara yang tidak dewasa dan tidak tepat dalam mengatasi stres atau
pemecahan masalah.
6. Gangguan yang terlihat sejak bayi, masa kanak-kanak atau remaja.
Meliputi keterbelakangan mental, hiperaktif, emosi pada
kanak-kanak, gangguan dalam hal makan.
7. Gangguan jiwa organik
Terdapat gejala psikologis langsung terkait dengan luka pada
otak atau keabnormalan lingkungan biokimianya sebagai akibat dari usia tua dan
lain-lain.
8. Gangguan penggunaan zat-zat
Penggunaan alkohol berlebihan, obat bius, anfetamin, kokain, dan
obat-obatan yang mengubah prilaku.
9. Gangguan Skisofrenik
Serangkaian gangguan yang dilandasi dengan hilangnya kontak
dengan realitas, sehingga pikiran, persepsi, dan prilaku kacau dan aneh.
10. Gangguan Paranoid
Gangguan yang ditandai dengan kecurigaan dan sifat permusuhan
yang berlebihan disertai perasaan yang dikejar-kejar.
11. Gangguan Afektif
Gangguan suasana hati (mood) yang normal, penderita mungkin
mengalami depresi yang berat, gembira yang abnormal, atau berganti antara saat
gembira dan depresi.
12. Gangguan Kecemasan
Gangguan dimana rasa cemas merupakan gejala utama atau rasa
cemas dialami bila individu tidak menghindari situasi-situasi tertentu yang
ditakuti.
D. Terapi Gangguan Jiwa
Terapi di sini mengandung arti proses penyembuhan dan pemulihan
jiwa yang benar-benar sehat. Di antaranya terapi-terapi yang digunakan meliputi
beberapa bentuk :
1.
Terapi holistic, yaitu
terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan kepada gangguan jiwanya
saja, dalam arti lain terapi ini mengobati pasien secara menyeluruh
2.
Psikoterapi keagamaan,
yaitu terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran
agama
3.
Farmakoterapi, yaitu
terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini biasanya diberikan oleh dokter
dengan memberikan resep obat pada pasien.
4.
Terapi perilaku, yaitu
terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah baik sikap maupun perilakunya
terhadap obyek atau situasi yang menakutkan. Secara bertahap pasien dibimbing
dan dilatih untuk menghadapi berbagai objek atau situasi yang menimbulkan rasa
panik dan takut. Sebelum melakukan terapi ini diberikan psikoterapi untuk
memperkuat kepercayaan diri.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Yang dimaksud dengan kesehatan mental adalah terhindarnya
orang dari gejala - gejala gangguan jiwa serta mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain maupun dengan
masyarakat dimana seseorang itu berada dan bisa mengembangkan dan memanfaatkan
segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin untuk
mewujudkan suatu keharmonisan yang sungguh - sungguh antara fungsi - fungsi
jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem - problem biasa yang
terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian dan kemampuan dirinya sendiri
Kesehatan mental merupakan faktor terpenting untuk menjalankan
kehidupan manusia secara normal. Psikis manusia jika tidak dijaga akan
menimbulkan suatu gangguan jiwa yang lambat laun dibiarkan akan menjadi suatu
beban yang berat bagi penderitanya. Di antara gangguan jiwa meliputi
Somatofarm, kelainan kepribadian, Psikoseksual, gangguan penggunaan zat-zat dan
gangguan kecemasan dan sebagainya, yang dari gangguan jiwa itu disebabkan
karena ada faktor yang mempengaruhinya meliputi factor internal dan eksternal,
juga dapat disebabkan karena pengalaman awal, proses pembelajaran, dan
kebutuhan. Dengan adanya gangguan jiwa karena pengaruh tersebut dibutuhkan
terapi penyembuhan sampai manusia dinyatakan benar-benar sehat baik jasmani
maupun psikisnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Casmini dkk, Kesehatan Mental, Uin Suka, 2006
2. Dr. Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cv haji
samaagung , Jakarta, 1994
3. Jalaluddin, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada,
2007
4. Kartini Kartono, Hygiene Mental, Bandar Maju, 2000
5. Moeljono Soedirjo dan Latipun, Kesehatan Mental Konsep
dan Terapi, UMM Press, 2005
6. Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, Global
Pustaka Utama, Yogyakarta, 2001, cet.ke-1.
7. Moeljono Notosoedirjo, Latipun, Kesehatan Mental,
Universitas Muhammadiyah Malang, 2000.
8. Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi,
PT. Bulan Bintang, Bandung, 1986, cet ke-7.
9. Sururin, Ilmu Jiwa Agama, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004, cet. ke-1.
Diposkan ol